25.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Kalahkan Djokovic, Andy Murray Akhiri Puasa Panjang Inggris Raya

Akhir Penantian 76 Tahun

NEW YORK- Fred Perry yang meninggal pada 1995 sekarang bisa tenang di alam kuburnya. Bebannya sebagai petenis Inggris Raya yang menang di ajang Grand Slam dalam 76 terakhir akhirnya terangkat. Petenis pemalu asal Skotlandia berusia 25 tahun Andy Murray menuntaskan penantian panjang rakyat Inggris dengan menjadi juara Amerika Serikat Terbuka (US Open) 2012.

Murray menuntaskan perlawanan sang juara bertahan asal Serbia Novak Djokovic melalui pertandingan mendebarkan lima set dalam empat jam 54 menit, 7-6, 7-5, 2-6, 3-6, dan 6-2 di Arthur Ashe Stadium, New York yang berangin.

Bagi Murray, gelar itu juga mengakhiri penantian panjangnya. Sebelum meraih trofi US Open 2012, Murray kadung mendapat stigma sebagai petenis pecundang. Sebab dia gagal di empat final Grand Slam sebelumnya yakni di dan US Open (2012), Australia Terbuka (2010, 2011), dan Wimbledon (2012).
“Saya sudah sering ditanya ketika sudah dekat memenangi Grand Slam. Saat di ruang ganti saya berfikir dan tidak mau gagal untuk kelima kalinya. Saya juara Grand Slam sekarang,” girang Murray seperti dilansir Reuters.

“Saya berharap trofi ini menjadi inspirasi anak-anak untuk bermain tenis. Saya juga ingin menghapus label petenis Inggris yang selama ini dianggap pencundang,” imbuhnya.

Apapun itu, kemenangan atas Djokovic membuat derai air mata kesedihan Murray berhenti mengalir. Publik tenis dunia ingat bagaimana petenis bertinggi 190 cm itu menangis sesenggukan setelah kalah di final Australia Open 2010 melawan pahlawan Swiss Roger Federer. Murray juga kembali menangis ketika Federer mengalahkannya di final Wimbledon 2012 Juli lalu.

Kunci kembangkitan mental Murray adalah ketika dia memutuskan menyewa mantan petenis nomor satu dunia era 1980-an Ivan Lendl sebagai pelatih. Pemilik delapan gelar grand slam dari Republik Ceko tersebut mengubah gaya permainan Murray menjadi lebih agresif. Backhand dua tangan Murray juga semakin tajam di bawah polesan Lendl.

Hasilnya langsung tampak. Murray mampu menembus final Wimbledon 2012. Dia menjadi petenis Inggris pertama sejak Bunny Austin melakukannya pada 1938.

Beberapa pekan setelahnya, Murray membalas kekalahannya di Wimbledon atas Roger Federer pada final Olimpiade 2012. Medali emas itu menjadi yang pertama bagi petenis Inggris Raya sejak Josiah Ritchie meraihnya di Olimpiade London 1908 atau 104 lalu. Kemenangannya di Olimpiade membuat kepercayaan diri Murray di Flushing Meadows semakin tinggi.

“Saya sungguh sangat emosional. Saya menangis sedikit di lapangan. Namun sekarang saya tidak sedih, saya sungguh sangat bahagia,” ujarnya.
“Jika kamu berada di posisi saya, bertahun-tahun tidak menang, kamu pasti akan merasa sangat, sangat, sangat bahagia berada di momen ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Djokovic mengaku sedikit kecewa dengan kekalahannya itu. Sebab mantan petenis nomor satu dunia tersebut berjuang begitu keras untuk bisa mempertahankan gelar.

Paska tertinggal dua set awal, Djokovic bangkit dan merebut set ketiga dan keempat. Namun sayang, di set terakhir, Djokovic yang menahan kesakitan karena cedera selangkangan akhirnya kalah dengan skor 6-2.

“Jika saya memenangi set pertama mungkin hasilnya akan lain. Namun tidak ada alasan dan mengatakan, Bagaimana Jika “, Bagaimana Jika “. Saya melawan musuh tangguh hari ini. Dia (Murray) layak menang Grand Slam dari siapapun,” tandas Djokovic. (nur/jpnn)

 

Akhir Penantian 76 Tahun

NEW YORK- Fred Perry yang meninggal pada 1995 sekarang bisa tenang di alam kuburnya. Bebannya sebagai petenis Inggris Raya yang menang di ajang Grand Slam dalam 76 terakhir akhirnya terangkat. Petenis pemalu asal Skotlandia berusia 25 tahun Andy Murray menuntaskan penantian panjang rakyat Inggris dengan menjadi juara Amerika Serikat Terbuka (US Open) 2012.

Murray menuntaskan perlawanan sang juara bertahan asal Serbia Novak Djokovic melalui pertandingan mendebarkan lima set dalam empat jam 54 menit, 7-6, 7-5, 2-6, 3-6, dan 6-2 di Arthur Ashe Stadium, New York yang berangin.

Bagi Murray, gelar itu juga mengakhiri penantian panjangnya. Sebelum meraih trofi US Open 2012, Murray kadung mendapat stigma sebagai petenis pecundang. Sebab dia gagal di empat final Grand Slam sebelumnya yakni di dan US Open (2012), Australia Terbuka (2010, 2011), dan Wimbledon (2012).
“Saya sudah sering ditanya ketika sudah dekat memenangi Grand Slam. Saat di ruang ganti saya berfikir dan tidak mau gagal untuk kelima kalinya. Saya juara Grand Slam sekarang,” girang Murray seperti dilansir Reuters.

“Saya berharap trofi ini menjadi inspirasi anak-anak untuk bermain tenis. Saya juga ingin menghapus label petenis Inggris yang selama ini dianggap pencundang,” imbuhnya.

Apapun itu, kemenangan atas Djokovic membuat derai air mata kesedihan Murray berhenti mengalir. Publik tenis dunia ingat bagaimana petenis bertinggi 190 cm itu menangis sesenggukan setelah kalah di final Australia Open 2010 melawan pahlawan Swiss Roger Federer. Murray juga kembali menangis ketika Federer mengalahkannya di final Wimbledon 2012 Juli lalu.

Kunci kembangkitan mental Murray adalah ketika dia memutuskan menyewa mantan petenis nomor satu dunia era 1980-an Ivan Lendl sebagai pelatih. Pemilik delapan gelar grand slam dari Republik Ceko tersebut mengubah gaya permainan Murray menjadi lebih agresif. Backhand dua tangan Murray juga semakin tajam di bawah polesan Lendl.

Hasilnya langsung tampak. Murray mampu menembus final Wimbledon 2012. Dia menjadi petenis Inggris pertama sejak Bunny Austin melakukannya pada 1938.

Beberapa pekan setelahnya, Murray membalas kekalahannya di Wimbledon atas Roger Federer pada final Olimpiade 2012. Medali emas itu menjadi yang pertama bagi petenis Inggris Raya sejak Josiah Ritchie meraihnya di Olimpiade London 1908 atau 104 lalu. Kemenangannya di Olimpiade membuat kepercayaan diri Murray di Flushing Meadows semakin tinggi.

“Saya sungguh sangat emosional. Saya menangis sedikit di lapangan. Namun sekarang saya tidak sedih, saya sungguh sangat bahagia,” ujarnya.
“Jika kamu berada di posisi saya, bertahun-tahun tidak menang, kamu pasti akan merasa sangat, sangat, sangat bahagia berada di momen ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Djokovic mengaku sedikit kecewa dengan kekalahannya itu. Sebab mantan petenis nomor satu dunia tersebut berjuang begitu keras untuk bisa mempertahankan gelar.

Paska tertinggal dua set awal, Djokovic bangkit dan merebut set ketiga dan keempat. Namun sayang, di set terakhir, Djokovic yang menahan kesakitan karena cedera selangkangan akhirnya kalah dengan skor 6-2.

“Jika saya memenangi set pertama mungkin hasilnya akan lain. Namun tidak ada alasan dan mengatakan, Bagaimana Jika “, Bagaimana Jika “. Saya melawan musuh tangguh hari ini. Dia (Murray) layak menang Grand Slam dari siapapun,” tandas Djokovic. (nur/jpnn)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/