32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

PSSI tak Tegas Soal Aspek Finansial

valentino simanjuntak

JAKARTA – Langkah PSSI menoleransi klub-klub untuk mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 disesalkan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Dengan tidak mengindahkan licensing FIFA, dinilai tidak akan membuat klub-klub Indonesia menjadi lebih profesional.

“Ini tidaklah membuat klub-klub menjadi profesional, tapi malah sebaliknya,” ujar, Rabu (11/12).

Bagi APPI, aspek penting yang harusnya ditekankan dengan serius dan tegas adalah finansial. Tapi, kenyataannya, PSSI tidak menolak klub yang masih memiliki tunggakan gaji untuk berkompetisi. Sebaliknya, PSSI masih memberikan kesempatan kepada mereka berkompetisi.

Pernyataan APPI ini ada benarnya. Mengingat, dari 25 klub yang diverifikasi oleh PSSI untuk dipilih 22 klub yang layak berkompetisi musim depan, ternyata masih ada yang diberi keringanan.

SSI sebelumnya menegaskan, klub yang masih bermasalah dengan menunggak gaji, maka tidak akan diloloskan dari verifikasi dan berkompetisi musim depan. Dengan kenyataan ini, ketegasan yang diutarakan oleh PSSI, bisa dipastikan hanya sebatas lisan. “PSSI hanya memiliki tekad untuk profesional, tapi belum ada tindakan,” ucapnya.

Memang, daftar 22 klub yang dirilis dan dinilai bisa mengikuti kompetisi musim depan masih belum ditetapkan secara resmi. 15 klub lainnya, masih diminta untuk memenuhi persyaratan finansial ataupun infrastruktur.

Jika klub-klub tersebut tak mampu memenuhi kekurangan yang diumumkan oleh PSSI, maka Sekjen PSSI menegaskan bahwa mereka bisa tak ikut kompetisi. Namun, apakah pernyataan ini akan dilakukan dengan tegas, belum ada jaminan tertulis. Jika tidak ada tindakan tegas, maka ini seperti mengulang verifikasi tahun-tahun lalu yang akhirnya menghasilkan peserta kompetisi yang kurang berkualitas.

Saat ini PSSI mencoba menunjukkan keseriusan mereka dengan menhimbau pemain, pelatih atau yang masih tertunggak gajinya oleh klub, melaporkannya ke PSSI. Tujuannya, agar mereka bisa mendapatkan data sebelum mengambil keputusan final peserta kompetisi pada 17 Desember mendatang.

“Kami akan terus melindungi kepentingan pesepakbola yang terkait dengan hasil verifikasi ini, kami akan berkoordinasi menunggu waktu tujuh hari untuk melaporkan klub yang masih memiliki utang,” tuturnya.

Meski APPI ngotot, besar kemungkinan mereka tidak terlalu didengarkan oleh PSSI. Sebab, sejak kongres di Surabaya Juni lalu, otoritas sepak bola Indonesia, hanya mengakui APSNI sebagai organisasi pemain di Indonesia, bukan APPI. (aam/ko)

valentino simanjuntak

JAKARTA – Langkah PSSI menoleransi klub-klub untuk mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 disesalkan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Dengan tidak mengindahkan licensing FIFA, dinilai tidak akan membuat klub-klub Indonesia menjadi lebih profesional.

“Ini tidaklah membuat klub-klub menjadi profesional, tapi malah sebaliknya,” ujar, Rabu (11/12).

Bagi APPI, aspek penting yang harusnya ditekankan dengan serius dan tegas adalah finansial. Tapi, kenyataannya, PSSI tidak menolak klub yang masih memiliki tunggakan gaji untuk berkompetisi. Sebaliknya, PSSI masih memberikan kesempatan kepada mereka berkompetisi.

Pernyataan APPI ini ada benarnya. Mengingat, dari 25 klub yang diverifikasi oleh PSSI untuk dipilih 22 klub yang layak berkompetisi musim depan, ternyata masih ada yang diberi keringanan.

SSI sebelumnya menegaskan, klub yang masih bermasalah dengan menunggak gaji, maka tidak akan diloloskan dari verifikasi dan berkompetisi musim depan. Dengan kenyataan ini, ketegasan yang diutarakan oleh PSSI, bisa dipastikan hanya sebatas lisan. “PSSI hanya memiliki tekad untuk profesional, tapi belum ada tindakan,” ucapnya.

Memang, daftar 22 klub yang dirilis dan dinilai bisa mengikuti kompetisi musim depan masih belum ditetapkan secara resmi. 15 klub lainnya, masih diminta untuk memenuhi persyaratan finansial ataupun infrastruktur.

Jika klub-klub tersebut tak mampu memenuhi kekurangan yang diumumkan oleh PSSI, maka Sekjen PSSI menegaskan bahwa mereka bisa tak ikut kompetisi. Namun, apakah pernyataan ini akan dilakukan dengan tegas, belum ada jaminan tertulis. Jika tidak ada tindakan tegas, maka ini seperti mengulang verifikasi tahun-tahun lalu yang akhirnya menghasilkan peserta kompetisi yang kurang berkualitas.

Saat ini PSSI mencoba menunjukkan keseriusan mereka dengan menhimbau pemain, pelatih atau yang masih tertunggak gajinya oleh klub, melaporkannya ke PSSI. Tujuannya, agar mereka bisa mendapatkan data sebelum mengambil keputusan final peserta kompetisi pada 17 Desember mendatang.

“Kami akan terus melindungi kepentingan pesepakbola yang terkait dengan hasil verifikasi ini, kami akan berkoordinasi menunggu waktu tujuh hari untuk melaporkan klub yang masih memiliki utang,” tuturnya.

Meski APPI ngotot, besar kemungkinan mereka tidak terlalu didengarkan oleh PSSI. Sebab, sejak kongres di Surabaya Juni lalu, otoritas sepak bola Indonesia, hanya mengakui APSNI sebagai organisasi pemain di Indonesia, bukan APPI. (aam/ko)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/