SUMUTPOS.CO – Kemenangan PSMS kontra Persita Tangerang di laga pamungkas 16 besar Liga 2 diwarnai kabar tidak sedap. Bentrok yang terjadi di Stadion Cibinong, Rabu (11/10) usai laga antara para pendukung kedua tim berujung pada tewasnya satu orang suporter Persita Tangerang bernama Banu Rusman.
Banu menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis (12/10) kemarin setelah mengalami pendarahan hebat dibagian kepala akibat benturan benda keras. Banu sejatinya sudah dirawat di RSUD Cibinong, Bogor-Jawa Barat. Namun, nyawanya tak tertolong.
Kejadian ini sangat disayangkan. Pasalnya para pemain PSMS dan Persita tak terlibat tensi yang panas sepanjang laga. Pengurus PSMS, Julius Raja yang turut hadir langsung menyaksikan PSMS menyatakan PSMS turut berbela sungkawa. “Berbela sungkawa pasti. Karena kita satu Indonesia. Ini jadi pembelajaran bagi kelompok suporter di manapun berada. Jadilah suporter yang baik,” kata Juius Raja.
Pun demikian, King-sapaan akrabnya, mengatakan, pihaknya tidak terima jika kemudian hari PSSI memberikan sanksi untuk PSMS, karena kasus ini. “Soal ancaman sanksi kita tidak terima itu,” tegasnya.
King yang berada di lokasi saat kericuhan terjadi mengurai akar masalah dari versinya. “Provokasi awalnya dimulai dari pendukung Persita. Mereka yang membuat kerusuhan mereka sendiri. Pertandingan 2 x 45 menit sudah berjalan tertib aman dan lancar tanpa kendala apapupn. Selesai pertandigan, mereka (Suporter Persita) tidak terima persita kalah, mereka membuat kembang api dan banyak asap. Mereka datang menyerang kubu Persita dengan membawa spanduk, mereka kejar-kejar pemain Persita,” urainya.
“Bukan ke kubu kami (dikejar), ke kubu Persita. Saya melihat langsung, menyaksikan. Mereka tidak terima juga, menyerang kelompok suporter PSMS. Tetapi karena brutalnya suporter-suporter ini, membuat kelompok suporter kita tidak bisa menahan emosi, dan akhirnya menyerang mereka,” ungkapnya.
Disinggung soal suporter PSMS tidak resmi yang disebut-sebut dari TNI. King menegaskan, pihaknya tak melihat soal tentaranya. “Kami melihat kelompok kita banyak. Apakah itu tentara atau tidak kami tidak tahu. Mereka memang ramai, mereka pasti kan tahu kalau itu TNI. Tapi mereka kan tidak memakai dinas,” jelasnya.