“Namanya dunia pelatih sudah seperti ini. Masa saya harus merengek. Walaupun sebenarnya saya masih punya keyakinan kalau saya masih bisa untuk bangkit dari degradasi. Tapi apa boleh buat.”
Begitupun Djanur tetap berharap PSMS bisa bertahan di Liga 1. “Tolonglah bergerak cepat untuk membenahi tim itu. Sangat disayangkan saya sudah bawa tim ini naik. Jangan sampai degradasi. Jangan sampai numpang lewat. Saya yakin masih bisa,” tambahnya.
Djanur juga mengucapkan terima kasih kepada suporter yang terus mendukungnya dalam situasi buruk. “Terimakasih kepada suporter baik itu SMeCK, PSMS Fans Club, KAMPAK dan masyarakat Medan yang terus mendukung. Sampai saat terakhir padahal kalau di tempat lain mungkin saya sudah diapa-apakan (dituntut mundur). Tapi mereka tetap baik sama saya,” bebernya.
Namun bagaimanapun PSMS harus berterimakasih kepada Djanur. Berkat tangan dinginnya, Djanur kembali membawa PSMS ke kasta tertinggi pasca ditunjuk di 16 besar Liga 2. “Saya bersyukur telah berbuat sesuatu, mengangkat PSMS ke Liga 1 itu sebuah perjalanan mengesankan dalam hidup saya. Saya tidak pernah menyesal menangani tim ini. Saya sudah berbuat untuk masyarakat Medan. Alhamdulillah,” katanya.
Pendepakan Djanur menuai reaksi kekecewaan suporter PSMS. Ketua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir mengatakan seharusnya bukan Djanur yang dievaluasi. Dia mempertanyakan kinerja manajemen. “Harusnya selesaikan dulu putaran pertama. Lagipula bukan Djanur yang harusnya dipecat, tapi pengurus. Apa kontribusi mereka selama ini. Sekadar memberi semangat pemain di ruang ganti saja tidak ada,” pungkas Lawren. (don)