SUMUTPOS.CO – Presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan Piala Dunia Brasil 2014 mendapatkan ‘nilai’ “9,25 dari 10”.
Jerman meraih gelar keempat di Piala Dunia pada Minggu, mengakhiri turnamen yang mencatat rekor 170 gol dan digambarkan oleh banyak kalangan sebagai yang terbaik.
“Kami menghitung dengan menggunakan seluruh perangkat komputer dan Facebook, dan kemudian keluar angka 9,25 dari 10,” kata Blatter.
Pria berusia 78 tahun itu mengatakan penyelenggaraan Piala Dunia di Brasil lebih baik dibandingkan Afrika.
Padahal sebelum ajang pertandingan olahraga digelar kekhawatian muncul seputar masalah keamanan, transportasi, kapasitas stadion.
Kejutan juga banyak terjadi di Piala Dunia Brasil, dimana Spanyol harus tersingkir di babak awal, dengan tim non unggulan seperti Kosta Rika, Aljazair dan Kolumbia mampu tampil bagus.
Dan di semifinal, Brasil harus menelan kekalahan dari Jerman dengan skor telak 7-1. Tim Panser akhirnya menjuarai Piala Dunia 2014 dengan mengalahkan Argentina di final dengan skor 1-0 melalui perpanjangan waktu.
Kontroversi terjadi dalam ajang sepakbola dunia itu adalah penyerang Uruguay Luis Suarez dilarang tampil dalam empat kali pertandingan setelah mengigit pemain belakang Italia Giorgio Chiellini.
Blatter mengatakan hukuman itu diluar wewenangnya dan berharap Suarez yang bergabung dengan Barcelona dari Liverpool dengan nilai tranfser £75 juta atau Rp , akan kembali tampil baik secepatnya.
“Sebagai pesebakbola, hukuman seperti itu menyakitkan,” kata Blatter dalam keterangan pers terakhir di Rio. “Tetapi sebagai presiden FIFA saya harus menerima keputusan yang diambil oleh komite independen kami. Saya berharap dia kembali, dia sekarang berada di salah satu klub terbaik di dunia.”
Rusia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia empat tahun mendatang, sementara Qatar dijadwalkan pada 2022.
“Orang-orang dari Rusia dan Qatar yang pernah ke Brasil, mereka harus belajar banyak dan mereka tahu bagaimana tantangannya.
“Saya yakin dua Piala Dunia mendatang akan berlangsung seindah ini – berbeda, tetapi seindah di Brasil.” (BBC)
