26 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Detik-detik Benturan Choirul Huda Hingga Meninggal Dunia

Foto: PERSELA FC
Para pendukung mengungkapkan duka atas wafatnya Choirul Huda.

Menurut dia, Huda mengalami benturan keras di dada dan rahang sebelah kiri dengan Ramon. Benturan itu membuat Huda tergeletak dan sempat tidak sadarkan diri.

’’Mengalami trauma. Huda terkena henti napas dan jantung seketika,’’ jelasnya.

Yudhi menyatakan, tim medis di Stadion Surajaya sudah bertindak tepat. Pembebasan napas melalui alat bantu medis sudah dilakukan.

Pukul 15.40, Huda juga langsung dibawa dengan ambulans ke RSUD dr Soegiri. ’’Kami di IGD sudah siap. Pukul 15.50 Huda langsung kami tangani,’’ tegasnya.

Doktes spesialis anestesi itu mengungkapkan, Huda sempat sadarkan diri setelah dipasangi alat bantu napas permanen. Kulitnya sempat memerah setelah mendapat perawatan sekitar 30 menit.

Sayang, setelah itu kondisinya menurun drastis. ’’Kami langsung lakukan pompa jantung. Tapi, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan,’’ ungkap Yudhi.

Timnya terus melakukan pertolongan. Namun, lebih dari sejam mendapat perawatan, Huda tidak terselamatkan. Pemain kebanggaan publik Lamongan itu meninggal pukul 16.50.

’’Saya memang belum lakukan scanning karena kondisi Huda yang kritis. Tapi, menurut analisis saya, dia terkena trauma akibat benturan. Terutama di rahang. Sebab, di bagian leher ada saraf yang terhubung ke otak. Di situ kenanya. Vital soalnya,’’ terangnya.

Zakky Mubarok, tim medis yang merawat Huda di lapangan, menuturkan, sang pemain masih sadar saat ditandu ke ambulans. Namun, beberapa saat kemudian, napas dan detak jantungnya terhenti.

’’Kami langsung memberikan pertolongan secepatnya. Sepanjang perjalanan masih hidup. Di rumah sakit baru meninggal,’’ ungkapnya.

Marcel menyatakan, dirinya memang berusaha menghindari tabrakan dengan Huda. Dia sadar, bola tidak akan bisa diraihnya.

’’Tapi, bek Persela tidak tahu kiper sudah maju. Mereka tabrakan,’’ katanya.

Pesepak bola bernomor punggung 8 itu mengaku sempat melihat keadaan Huda setelah bertabrakan.

Lidah sang kiper sudah menjulur ke samping. ’’Saya shock. Turut berdukacita atas meninggalnya Huda,’’ ujarnya.

Meninggalnya Huda menjadi tragedi yang menyesakkan bagi sepak bola Lamongan. Bahkan Indonesia. Kota dengan luas 1.782 kilometer persegi itu kehilangan pahlawan lapangan hijaunya.

Ya, pria kelahiran 2 Juni 1979 itu memang melegenda di klub berkostum biru langit tersebut. Huda tidak pernah pindah ke klub lain sepanjang karir profesionalnya. Dia berseragam Persela mulai 1999 hingga meninggal kemarin.

Foto: PERSELA FC
Para pendukung mengungkapkan duka atas wafatnya Choirul Huda.

Menurut dia, Huda mengalami benturan keras di dada dan rahang sebelah kiri dengan Ramon. Benturan itu membuat Huda tergeletak dan sempat tidak sadarkan diri.

’’Mengalami trauma. Huda terkena henti napas dan jantung seketika,’’ jelasnya.

Yudhi menyatakan, tim medis di Stadion Surajaya sudah bertindak tepat. Pembebasan napas melalui alat bantu medis sudah dilakukan.

Pukul 15.40, Huda juga langsung dibawa dengan ambulans ke RSUD dr Soegiri. ’’Kami di IGD sudah siap. Pukul 15.50 Huda langsung kami tangani,’’ tegasnya.

Doktes spesialis anestesi itu mengungkapkan, Huda sempat sadarkan diri setelah dipasangi alat bantu napas permanen. Kulitnya sempat memerah setelah mendapat perawatan sekitar 30 menit.

Sayang, setelah itu kondisinya menurun drastis. ’’Kami langsung lakukan pompa jantung. Tapi, sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan,’’ ungkap Yudhi.

Timnya terus melakukan pertolongan. Namun, lebih dari sejam mendapat perawatan, Huda tidak terselamatkan. Pemain kebanggaan publik Lamongan itu meninggal pukul 16.50.

’’Saya memang belum lakukan scanning karena kondisi Huda yang kritis. Tapi, menurut analisis saya, dia terkena trauma akibat benturan. Terutama di rahang. Sebab, di bagian leher ada saraf yang terhubung ke otak. Di situ kenanya. Vital soalnya,’’ terangnya.

Zakky Mubarok, tim medis yang merawat Huda di lapangan, menuturkan, sang pemain masih sadar saat ditandu ke ambulans. Namun, beberapa saat kemudian, napas dan detak jantungnya terhenti.

’’Kami langsung memberikan pertolongan secepatnya. Sepanjang perjalanan masih hidup. Di rumah sakit baru meninggal,’’ ungkapnya.

Marcel menyatakan, dirinya memang berusaha menghindari tabrakan dengan Huda. Dia sadar, bola tidak akan bisa diraihnya.

’’Tapi, bek Persela tidak tahu kiper sudah maju. Mereka tabrakan,’’ katanya.

Pesepak bola bernomor punggung 8 itu mengaku sempat melihat keadaan Huda setelah bertabrakan.

Lidah sang kiper sudah menjulur ke samping. ’’Saya shock. Turut berdukacita atas meninggalnya Huda,’’ ujarnya.

Meninggalnya Huda menjadi tragedi yang menyesakkan bagi sepak bola Lamongan. Bahkan Indonesia. Kota dengan luas 1.782 kilometer persegi itu kehilangan pahlawan lapangan hijaunya.

Ya, pria kelahiran 2 Juni 1979 itu memang melegenda di klub berkostum biru langit tersebut. Huda tidak pernah pindah ke klub lain sepanjang karir profesionalnya. Dia berseragam Persela mulai 1999 hingga meninggal kemarin.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/