JAKARTA-Meninggalnya 17 orang penonton tinju di Nabire membuat Pertina Papua resah. Tragedi dalam acara Bupati Cup Minggu (14/7) lalu dikhawatirkan mengganggu proses pembinaan tinju amatir di provinsi paling timur Indonesia tersebut.
Hal tersebut dikatakan ketua komisi teknik dan organisasi Pertina papua Carol Renwarin. Menurut Carol pelajaran terbesar yang bisa diambil dari meninggalnya para penonton tersebut adalah ketidaksiapan panpel.
“Satu kelemahan dari panpel Nabire di Bupati Cup adalah tak melibatkan Pengprov Pertina Papua sebagai technical delegate dalam penyelenggaraan.
Alhasil ketika ada kejadian rusuh, mereka tak bisa antisipasi karena kurang jam terbang,” kata Carol, saat dihubungi Jawa Pos (Grup Sumut Pos), Selasa (16/7).
Pria berusia 61 tahun itu mengatakan Pertina Papua sudah berpengalaman menggelar kejuaraan tinju. Dalam setahun Pertina Papua memiliki enam agenda kejuaraan. Dan semua kegiatan tinju di Papua selalu membeludak dari segi penonton.
Nah, bicara mengenai potensi tinju di Nabire Carol menyebutkan geliat tinju di daerah tersebut cukup marak. Dari data yang dimiliki Pertina Papua ada enam sasana tinju di Nabire. Tiap sasana tersebut memayungi 25 sampai 30 petinju.
Ditanya soal efek meninggalnya para penonton tinju di Nabire, Carol bersama pengurus Pertina Papua akan melakukan rapat. Pengprov akan bersikap tegas dan menunggu laporan pertanggungjawaban dari panpel. “Imbas tragedi kemarin pasti berbuntut panjang. Misalnya masalah ijin keamanan dari pihak berwenang yang bisa saja semakin sulit. Atau di tataran kabupaten kota, semangat bertinju karena ada kejadian kemarin menurun,” tutur Carol.
Karena itulah, Carol menuturkan akan memberikan sanksi kepada Pertina Nabire sebagai wujud pembelajaran. Sanksi yang dijatuhkan bisa kepada organisasi ataupun individu. (dra/jpnn)