Salah satu yang ingin dijiplak pelatih kelahiran Pomigliano d’Arco ini dari Mourinho adalah menanamkan mental pemenang kepada anak didiknya. Sayangnya hal ini ibarat jauh panggang dari api.
Sevilla sejak ditangani Montella dalam 13 pertandingan di semua ajang lebih mirip yoyo karena gagal mempertahankan kestabilan. Delapan menang, dua seri, dan tiga kalah.
Meski berhasil menyingkirkan Atletico Madrid di perempat final Copa del Rey, namun Montella menjadikan Sevilla pecundang dalam Derby Seville. Sevilla dihajar Real Betis dengan skor 5-3 di kandang (6/1). Kurang lebih sebulan kemudian, Sevilla dipermak Eibar dengan skor 5-1 di laga tandang (3/2).
Cuma pencapaian Montella membawa Sevilla ke final Copa del Rey musim ini bisa dikatakan sekoci bagi keberlangsungan keberadaannya di Sevilla setidaknya untuk musim depan.
“Saya kadang merasa lelah karena penampilan naik dan turun tim ini.Melawan tim yang kuat, kami seharusnya lebih terorganisir,” ujar Montella kepada The Times.
Seperti diberitakan Mundo Deportivo kemarin (20/2), dua pemain Sevilla yang masuk dalam skema utama Sevilla, Ever Banega dan Joaquin Correa sudah bergabung dengan latihan. Banega mengalami cedera otot paha sejak 7 Februari lalu. Sedang Correa mengalami nyeri di otot hamstring kaki kanannya.
Sementara itu, bagi Mourinho kota Seville adalah satu dari beberapa ‘monumen’ karirnya. Di Seville inilah, pria 55 tahun tersebut menancapkan cakarnya pertama kali di ajang Eropa. Mourinho yang saat itu melatih FC Porto menang 3-2 atas Celtic di final Piala UEFA 2002-2003. Setahun kemudian, FC Porto dibawanya kampiun Liga Champions. (dra/jpg)