FORTALEZA, SUMUTPOS.CO – Jerman belum mampu meraih kepastian lolos menuju babak 16 besar. Alih-alih meraih jalan yang mulus setelah kemenangan di laga perdana, Jerman harus berusaha ekstra keras untuk sekadar meraih hasil seri pada laga keduanya. Der Panzer (julukan Jerman) dipaksa bermain imbang 2-2 oleh wakil Afrika, Ghana, dalam laga yang berlangsung di Estadio Castelao, Fortaleza.
Striker veteran Jerman Miroslav Klose tampil sebagai penyelamat timnya. Dia mencetak gol penyeimbang kedudukan pada menit ke-71. Sebelumnya, Jerman unggul lebih dulu, tapi langsung dibalas dua gol oleh Ghana.
Mario Goetze membuka keunggulan Jerman pada menit ke-51 memanfaatkan crossing Thomas Mueller. Namun, hanya dalam sembilan menit Ghana membalikkan kedudukan. Andre Ayew memanfaatkan crossing Harrison Afful pada menit ke-54, disusul gol Asamoah Gyan pada menit ke-63.
Pelatih Jerman Joachim Loew mengakui kondisi fisik timnya sangat terkuras usai laga melawan Ghana. Mereka kesulitan menandingi kecepatan dan determinasi yang ditunjukkan Ghana di babak kedua. Dia menyebut, ketenangan dari Philipp Lahm dkk yang membuat mereka tak panik setelah keadaan berbalik.
“Ghana melakukan tugasnya dengan baik. Mereka menutup setiap ruang, tak ada ruang terbuka bagi kami. Sebuah laga dengan kecepatan yang luar biasa dan tiap pemain menunjukkan semua kemampuan terbaiknya,” ujar Loew seperti dikutip Reuters.
Pelatih Ghana Kwesi Appiah sepakat pada pendapat Loew. Dia menyebut pertarungan kedua tim kali ini sebagai duel seimbang dalam tempo yang tinggi. Karena itu, tak boleh ada sedikit pun kelengahan sepanjang laga.
“Jerman adalah tim terbaik di dunia dan menghadapi mereka selalu sulit. Kami punya banyak peluang dan sayangnya, ketika melawan tim yang besar seperti mereka, akan berhadapan dengan masalah jika tak mampu memanfaatkannya,” ungkap Appiah.
Dua kondisi berbeda terjadi di dua babak laga tersebut. Di babak pertama, kedua tim menunjukkan organisasi yang rapi dan cenderung lambat. Tapi, begitu babak kedua dimulai, terutama setelah gol Goetze, tempo laga makin cepat.
Ghana menggunakan kecepatan yang dimiliki para pemainnya. Appiah mengakui mempercayai pertahanan yang baik adalah dengan serangan dan menekan lawannya secepat mungkin. Dua gol Black Star (julukan Ghana) terjadi melalui skema yang berkembang dari taktik itu.
“Saat menghadapi tim Afrika, yang ada di depan anda adalah tim yang sangat cepat dan kuat. Terutama dalam kondisi suhu udara seperti di sini,” ujar Loew.
Selanjutnya, Appiah mengakui kesempatan Ghana untuk lolos dari Grup G. Kekalahan dari Amerika Serikat (AS) di laga perdana membuat mereka masih mengoleksi satu poin. Apalagi, di laga terakhir mereka menjalani laga hidup mati menghadapi Portugal.
“Hanya ada satu tujuna kami dari laga terakhir, itu adalah menang. Portugal tim hebat, dengan Cristiano Ronaldo yang akan menyulitkan siapa pun. Tapi, sebuah pertandingan bukan soal satu pemain, tapi keseluruhan tim,” cetus Appiah. (ady)