24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

Rusli Zaenal Kecewa Keputusan Menpora

JAKARTA- Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo memindahkan venue penyelenggaraan Islamic Solidarity Games (ISG) dikeluhkan Gubernur Riau Rusli Zaenal.  Rusli  menganggap keputusan itu sepihak, karena tidak melibatkan panitia daerah dalam rapat pemindahan.

Menurut Rusli, keputusan Menpora ini tidak menghargai perjuangan panitia daerah dan jerih payah Riau  untuk menyiapkan diri menjadi tuan rumah. Tanpa diskusi, Menpora langsung memutuskan memindah ISG dari Riau ke Jakarta. Padahal, dalam Keputusan Presiden (Keppres) sudah diputuskan  bahwa ISG berlangsung di Riau.

“Harusnya Menpora memberikan solusi, mendorong pembangunan daerah sesuai semangat otonomi melalui olahraga. Ini yang sedang kami perjuangan dan sudah disiapkan selama tiga tahun. Tapi semuanya seperti tidak ada dihargai sama sekali oleh Menpora,” kata Rusli melakui rilis, kemarin (23/4).

Dia menegaskan bahwa Riau sejatinya siap karena sebelumnya telah menyelenggarakan PON XVIII dengan menggunakan dana APBD. Padahal, itu seharusnya tanggung jawab pusat. Dengan kerja sama pusat dan daerah, dia yakin pelaksanaan bisa tepat waktu karena Technical Delegate sudah meninjau langsung dan menyebut tak ada masalah berarti.

Konsekuensi dari pembatalan Riau menjadi tuan rumah ISG ini menurut Rusli sangat merugikan.  Sebab, sebelumnya mereka sudah mengeluarkan anggaran dan melakukan perekrutan volunteer.

“Bagaimana pertanggung jawabannya ? Sejak 4 bulan lalu, panitia daerah sudah merekrut empat ribu orang LO (panitia) dan 825 penerjemah, Belum lagi perbaikan-perbaikan venue yang sudah dilakukan dengan anggaran daerah,” keluh Rusli.
Dia merasa sangat kecewa, karena sebelumnya Menpora juga sudah menegaskan di hadapan panitia daerah dan tokoh masyarakat Riau bahwa venue ISG tetap di Riau.

Menpora sendiri, ketika dikonfirmasi terkait penyataan Rusli menyebut keputusan itu diambil setelah mnerima masukan berbagai pihak. Bahkan, pihak dari Riau juga sudah dilibatkan, tapi yang netral dan tidak termasuk dalam kepanitiaan.
“Kalau melihat aspirasi yang ada disana, suasana persiapan ISG sama sekali tidak ada. Saya sudah beri kesempatan yang bersangkutan, tapi tidak terlaksana,” tutur Roy.

Dia mencontohkan dengan persiapan Stadion Utama, sampai deadline, pemerintah Riau ternyata tak bisa menyelesaikan. Sementara itu, venue Aquatic yang dipersiapkan ternyata tidak memenuhi standard an sampai saat ini tidak bisa dibenahi sesuai harapan.
Menpora menolak jika dianggap tidak memikirkan Riau. Justru, lanjut Roy, langkah yang diambil pemerintah dengan menggeser venue ISG ke Jakarta adalah upaya penyelematan Riau.

“Kami tidak mau lagi ada kasus seperti PON lalu. Warga Riau berbicara langsung dan berterima kasih karena tidak ingin ISG kembali dibuka di Riau dan ditutup di KPK,” tandasnya. (aam/bas/jpnn)

JAKARTA- Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo memindahkan venue penyelenggaraan Islamic Solidarity Games (ISG) dikeluhkan Gubernur Riau Rusli Zaenal.  Rusli  menganggap keputusan itu sepihak, karena tidak melibatkan panitia daerah dalam rapat pemindahan.

Menurut Rusli, keputusan Menpora ini tidak menghargai perjuangan panitia daerah dan jerih payah Riau  untuk menyiapkan diri menjadi tuan rumah. Tanpa diskusi, Menpora langsung memutuskan memindah ISG dari Riau ke Jakarta. Padahal, dalam Keputusan Presiden (Keppres) sudah diputuskan  bahwa ISG berlangsung di Riau.

“Harusnya Menpora memberikan solusi, mendorong pembangunan daerah sesuai semangat otonomi melalui olahraga. Ini yang sedang kami perjuangan dan sudah disiapkan selama tiga tahun. Tapi semuanya seperti tidak ada dihargai sama sekali oleh Menpora,” kata Rusli melakui rilis, kemarin (23/4).

Dia menegaskan bahwa Riau sejatinya siap karena sebelumnya telah menyelenggarakan PON XVIII dengan menggunakan dana APBD. Padahal, itu seharusnya tanggung jawab pusat. Dengan kerja sama pusat dan daerah, dia yakin pelaksanaan bisa tepat waktu karena Technical Delegate sudah meninjau langsung dan menyebut tak ada masalah berarti.

Konsekuensi dari pembatalan Riau menjadi tuan rumah ISG ini menurut Rusli sangat merugikan.  Sebab, sebelumnya mereka sudah mengeluarkan anggaran dan melakukan perekrutan volunteer.

“Bagaimana pertanggung jawabannya ? Sejak 4 bulan lalu, panitia daerah sudah merekrut empat ribu orang LO (panitia) dan 825 penerjemah, Belum lagi perbaikan-perbaikan venue yang sudah dilakukan dengan anggaran daerah,” keluh Rusli.
Dia merasa sangat kecewa, karena sebelumnya Menpora juga sudah menegaskan di hadapan panitia daerah dan tokoh masyarakat Riau bahwa venue ISG tetap di Riau.

Menpora sendiri, ketika dikonfirmasi terkait penyataan Rusli menyebut keputusan itu diambil setelah mnerima masukan berbagai pihak. Bahkan, pihak dari Riau juga sudah dilibatkan, tapi yang netral dan tidak termasuk dalam kepanitiaan.
“Kalau melihat aspirasi yang ada disana, suasana persiapan ISG sama sekali tidak ada. Saya sudah beri kesempatan yang bersangkutan, tapi tidak terlaksana,” tutur Roy.

Dia mencontohkan dengan persiapan Stadion Utama, sampai deadline, pemerintah Riau ternyata tak bisa menyelesaikan. Sementara itu, venue Aquatic yang dipersiapkan ternyata tidak memenuhi standard an sampai saat ini tidak bisa dibenahi sesuai harapan.
Menpora menolak jika dianggap tidak memikirkan Riau. Justru, lanjut Roy, langkah yang diambil pemerintah dengan menggeser venue ISG ke Jakarta adalah upaya penyelematan Riau.

“Kami tidak mau lagi ada kasus seperti PON lalu. Warga Riau berbicara langsung dan berterima kasih karena tidak ingin ISG kembali dibuka di Riau dan ditutup di KPK,” tandasnya. (aam/bas/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/