ISTANBUL – Bukan Jose Mourinho namanya jika tidak mengerahkan segala daya dan upaya untuk memenangkan timnya. Begitu pula saat Chelsea harus bentrok melawan Galatasary.
Mourinho berusaha meminta bocoran kekuatan Galatasary dari mantan anak asuhnya di Inter Milan, Wesley Sneijder.
Begitu hasil drawing mempertemukan keduanya, dia langsung menelpon Sneijder. “Dia bertanya kepadaku soal bagaimana tim bermain, taktik, dan strateginya. Tentu saja saya tidak bodoh. Saya tahu mana yang boleh dikatakan dan mana yang tidak,” kata Sneijder seperti dikutip 101greatgoals.com.
Hubungan keduanya memang sangat dekat. Saat memutuskan hijrah dari Real Madrid pada 2009, Mourinho sendiri yang menyambutnya di bandara. Pelatih berpaspor Portugal itu juga menyodorkan jersey bernomor 10, nomor yang umumnya dipakai seorang fantasista (pemain dengan skil terbaik di tim).
Performa Sneijder langsung meledak di tangan Mourinho. Pada tahun pertamanya dia meraih segalanya. Dia menjuarai Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions dengan mengalahkan Bayern Muenchen 2-0 di final. Di level timnas dia hampir saja membawa Belanda menjuarai Piala Dunia Afrika Selatan 2010 sebelum akhirnya kalah melawan Spanyol 0-1 di extra time.
Mourinho juga yang mati-matian mendukung dia meraih FIFA Ballon d”Or 2010. Meski akhirnya diraih superstar Barcelona Lionel Messi, Mourinho masih menganggap tahun itu milik meneer 29 tahun tersebut.
“Saya tahu Mourinho mengetahui banyak soal gaya permainan kami. Tapi, sebaliknya, saya juga demikian. Bahkan saya lebih memahami dia daripada pemain Chelsea lainnya. Itu justru keuntungan bagi tim kami,” kata Sneijder.
Sneijder tak seorang diri melawan mantan pelatihnya sendiri. Didier Drogba dan Hamit Altintop juga demikian. Drogba menjadi bagian tak terpisahkan dari episode pertama rezim Mourinho di Chelsea (2004-2007). Bahkan, Mourinho sendiri yang “menemukan” Drogba di tim Prancis Olympique de Marseille. Sedangkan Altintop bekerja dengan Mourinho di Real Madrid (2011-2012).
Galatasary bakal membawa misi yang sama saat mereka secara mengejutkan mengalahkan Juventus 1-0 di akhir penyisihan grup. Hasil itu membuat raksasa Italia itu terjun ke kompetisi Eropa “kelas dua” Europa League. Padahal, tim asal Turin itu sangat difavoritkan.
“Jika kami membawa misi yang sama saat melawan Juventus, rasanya Chelsea tidak ada apa-apanya. Bahkan, tim manapun tak akan bisa mengalahkan kami,” kata Sneijder optimis. (aga)