25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

FORKI Sumut Gagal Capai Target

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kontingen karate Sumatera Utara gagal mewujudkan target pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Piala Menteri Dalam Negeri (Mendagri) 2018 di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (25/3). Sumut hanya mampu membawa pulang 2 emas, 2 perak, dan 6 perunggu.

Torehan ini tentu menurun dibanding saat kejurnas piala Mendagri tahun 2017 di Lampung, yang mampu meraih 5 emas, 1 perak, 4 perunggu. Sumut tahun ini juga harus turun satu peringkat di posisi lima, jika sebelumnya mampu berada di peringkat empat. Bahkan, tahun ini harus merelakan seluruh piala best of the best digenggam daerah lain.

Emas pertama Sumut disumbangkan M Arif Fadhillah di Kumite -76 kg junior putra. Emas kedua Sumut melalui Wahyu Rizki Siregar di kumite -55 kg kategori U- 21 putra. Perak disumbangkan Reza Mahendra di kelas kumite +76 Kg junior putra dan Kharen Ardianta Tarigan di kelas kumite -67 kg U-21 putra. Enam perunggu disumbangkan M Ferri Heriyanto, Tifani Zuhrina, Rizki Pratama, Rizki Lawyer, Gusti Bayu dan Nicky Dwi Oktari.

Manager kontingen FORKI Sumut, Delpinus Rumahorbo menjelaskan, menurunnya prestasi Sumut di Piala Mendagri karena pembinaan karate di daerah lain semakin berkembang. Ini menandakan bahwa persaingan tahun ini semakin sengit dibanding tahun sebelumnya. Meski diakui mantan pelatih timnas karate ini, dengan waktu disentralisasi satu minggu bukan waktu yang maksimal untuk persiapan di kejurnas.

“Saya kira daerah lain juga banyak yang berkembang. Terus kita pun memang sepertinya kurang, kalaupun latihan sentralisasi ada satu minggu. Awalnya kita berharap atlet latihan lebih dahulu di tempat masing-masing. Tapi, ya kurang cukup lah satu minggu untuk sentralisasi. Mudah-mudahan, ke depan dukungan dari pengurus taekwondo, dari awal harus persiapkan karatekanya dengan baik,” kata Delpinus.

Selain persaingan yang sengit, diakui Delpinus bahwa karateka Sumut sering sekali melakukan kesalahan yang tidak penting, khususnya melakukan pelanggaran di lima belas menit terakhir yang dianggap sangat rawan. “Ini memang menurun dari tahun lalu. Terus pemahaman terhadap peraturan khususnya Senshu, itu kan memang disitu kita sering kecolongan. Apalagi ketentuan kalau 15 detik terakhir melakukan pelanggaran tentunya bisa hilang. Jadi, tadi ada atlet kita di final udah Senshu, karena pelanggaran dua kali jadi hilang emasnya,” jelasnya.

Delpinus juga menyayangkan sejumlah nomor andalan yang harusnya meraih emas, lepas dari target. Seperti Reza yang bertarung di nomor kumite +76 Kg junior putra, dikalahkan karateka DKI Jakarta Rafi Diaz Nugraha. (rel)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kontingen karate Sumatera Utara gagal mewujudkan target pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Piala Menteri Dalam Negeri (Mendagri) 2018 di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (25/3). Sumut hanya mampu membawa pulang 2 emas, 2 perak, dan 6 perunggu.

Torehan ini tentu menurun dibanding saat kejurnas piala Mendagri tahun 2017 di Lampung, yang mampu meraih 5 emas, 1 perak, 4 perunggu. Sumut tahun ini juga harus turun satu peringkat di posisi lima, jika sebelumnya mampu berada di peringkat empat. Bahkan, tahun ini harus merelakan seluruh piala best of the best digenggam daerah lain.

Emas pertama Sumut disumbangkan M Arif Fadhillah di Kumite -76 kg junior putra. Emas kedua Sumut melalui Wahyu Rizki Siregar di kumite -55 kg kategori U- 21 putra. Perak disumbangkan Reza Mahendra di kelas kumite +76 Kg junior putra dan Kharen Ardianta Tarigan di kelas kumite -67 kg U-21 putra. Enam perunggu disumbangkan M Ferri Heriyanto, Tifani Zuhrina, Rizki Pratama, Rizki Lawyer, Gusti Bayu dan Nicky Dwi Oktari.

Manager kontingen FORKI Sumut, Delpinus Rumahorbo menjelaskan, menurunnya prestasi Sumut di Piala Mendagri karena pembinaan karate di daerah lain semakin berkembang. Ini menandakan bahwa persaingan tahun ini semakin sengit dibanding tahun sebelumnya. Meski diakui mantan pelatih timnas karate ini, dengan waktu disentralisasi satu minggu bukan waktu yang maksimal untuk persiapan di kejurnas.

“Saya kira daerah lain juga banyak yang berkembang. Terus kita pun memang sepertinya kurang, kalaupun latihan sentralisasi ada satu minggu. Awalnya kita berharap atlet latihan lebih dahulu di tempat masing-masing. Tapi, ya kurang cukup lah satu minggu untuk sentralisasi. Mudah-mudahan, ke depan dukungan dari pengurus taekwondo, dari awal harus persiapkan karatekanya dengan baik,” kata Delpinus.

Selain persaingan yang sengit, diakui Delpinus bahwa karateka Sumut sering sekali melakukan kesalahan yang tidak penting, khususnya melakukan pelanggaran di lima belas menit terakhir yang dianggap sangat rawan. “Ini memang menurun dari tahun lalu. Terus pemahaman terhadap peraturan khususnya Senshu, itu kan memang disitu kita sering kecolongan. Apalagi ketentuan kalau 15 detik terakhir melakukan pelanggaran tentunya bisa hilang. Jadi, tadi ada atlet kita di final udah Senshu, karena pelanggaran dua kali jadi hilang emasnya,” jelasnya.

Delpinus juga menyayangkan sejumlah nomor andalan yang harusnya meraih emas, lepas dari target. Seperti Reza yang bertarung di nomor kumite +76 Kg junior putra, dikalahkan karateka DKI Jakarta Rafi Diaz Nugraha. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/