26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Suarez Alami Tekanan Mental

Luis Suarez menggigit Giorgio Chiellini. Suarez diduga mengalami tekanan mental.
Luis Suarez menggigit Giorgio Chiellini. Suarez diduga mengalami tekanan mental.

SUMUTPOS.CO – Insiden “ciak” bahu yang dilakukan Luis Suarez bukan kali ini saja dilakukan. Sepanjang karirnya, dia sudah menggigit tiga kali pada 2010 di Eredivisie, 2013 di Premier League, dan yang terbaru di Piala Dunia 2014 melawan Italia.

Melihat pola aksi gigit Suarez ini sulit untuk tidak mengatakan bahwa penyerang Liverpool itu mengalami tekanan mental. Hal itu diperkuat pernyataan psikolog olahraga dari Universitas Salford Dr Thomas Fawcett. Bahkan, Fawcett memperkirakan Suarez bakal terus menggigit.

“Gigitan seperti itu bersifat spontan sebagai akibat dari respons emosional. Dia melakukan itu karena sedang berada tekanan yang berat,” kata Fawcett seperti dikutip BBC.

Aksi menggigit, kata Fawcett, adalah tanda frustasi. Seseorang menggigit karena tekanan mental meraih titik maksimal. Dalam kasus menggigit bek Chelsea Branislav Ivanovic pada 2013 dan bek Italia yang terakhir Giorgio Chiellini, Suarez mengalami kebuntuan. Dia beberapa kali keluar dari bek-bek itu tapi tak mampu. Saat tekanan yang dia alami mencapai “titik didih” itulah dia bereaksi spontan dengan menggigit.

Fawcett menambahkan, aksi “ciak” di dunia olahraga sejatinya sangat jarang. Umumnya terjadi hanya pada olahraga dengan kontak fisik langsung seperti rugby dan tinju. “Seseorang mengalami kebuntuan dan frustasi. Dalam kasus Suarez, dia merasa sangat tertekan,” katanya.

Tapi, apakah orang dewasa mengekspresikan rasa frustasi selalu dengan menggigit? Statistik gigitan tentu saja sangat jarang. Sebab, korban gigitan baru pergi ke rumah sakit jika gigitan tersebut cukup parah. Tapi, tahun lalu Inggris mencatat terdapat 6 ribu kasus gigitan anjing. Selain itu, terdapat 2.500 kasus gigitan karena penyebab lain, termasuk manusia.

Lantas, bagaimana menyelesaikan penyakit kambuhan Suarez itu? Fawcett mengatakan, tindakan itu dipengaruhi psikologi seseorang. Tidak semua orang memiliki dorongan yang sama untuk menggigit saat tertekan.

Terkait sanksi, Fawcett menilai bukan masalah berapa lama Suarez harus disanksi. Tapi, apakah dia masih bisa ditolong? Jika itu yang terjadi, maka pembicaraannya bisa panjang.

“Kita kemudian akan masuk pada topik krusial. Yakni, apa saja persyaratan mendasar yang harus dipenuhi seseorang untuk bisa masuk ke satu cabang olahraga profesional. Persyaratan itu penting karena di level tinggi tekanan begitu besar. Jika gigitan Suarez tak bisa dihentikan, apakah kamu akan terus menerus mentoleransi aksi dia?” paparnya.

Kriminolog Universitas Birmingham City Prof David Wilson menambahkan, kasus gigitan bisa dibawa ke ranah kriminal. Sebab, biasanya tindakan menggigit terjadi karena penjahat tidak hanya ingin melukai korban, tapi juga ingin meninggalkan tanda. Ini adalah simbol dari keinginan untuk “menandai” bahwa dia pernah menyakiti korbannya.

“Menggigit itu sangat khas. Kamu harus berada sangat dekat dengan korban untuk bisa melakukannya. Saat itulah korban biasanya bereaksi spontan dengan memukul,” papar Wilson. (aga)

Luis Suarez menggigit Giorgio Chiellini. Suarez diduga mengalami tekanan mental.
Luis Suarez menggigit Giorgio Chiellini. Suarez diduga mengalami tekanan mental.

SUMUTPOS.CO – Insiden “ciak” bahu yang dilakukan Luis Suarez bukan kali ini saja dilakukan. Sepanjang karirnya, dia sudah menggigit tiga kali pada 2010 di Eredivisie, 2013 di Premier League, dan yang terbaru di Piala Dunia 2014 melawan Italia.

Melihat pola aksi gigit Suarez ini sulit untuk tidak mengatakan bahwa penyerang Liverpool itu mengalami tekanan mental. Hal itu diperkuat pernyataan psikolog olahraga dari Universitas Salford Dr Thomas Fawcett. Bahkan, Fawcett memperkirakan Suarez bakal terus menggigit.

“Gigitan seperti itu bersifat spontan sebagai akibat dari respons emosional. Dia melakukan itu karena sedang berada tekanan yang berat,” kata Fawcett seperti dikutip BBC.

Aksi menggigit, kata Fawcett, adalah tanda frustasi. Seseorang menggigit karena tekanan mental meraih titik maksimal. Dalam kasus menggigit bek Chelsea Branislav Ivanovic pada 2013 dan bek Italia yang terakhir Giorgio Chiellini, Suarez mengalami kebuntuan. Dia beberapa kali keluar dari bek-bek itu tapi tak mampu. Saat tekanan yang dia alami mencapai “titik didih” itulah dia bereaksi spontan dengan menggigit.

Fawcett menambahkan, aksi “ciak” di dunia olahraga sejatinya sangat jarang. Umumnya terjadi hanya pada olahraga dengan kontak fisik langsung seperti rugby dan tinju. “Seseorang mengalami kebuntuan dan frustasi. Dalam kasus Suarez, dia merasa sangat tertekan,” katanya.

Tapi, apakah orang dewasa mengekspresikan rasa frustasi selalu dengan menggigit? Statistik gigitan tentu saja sangat jarang. Sebab, korban gigitan baru pergi ke rumah sakit jika gigitan tersebut cukup parah. Tapi, tahun lalu Inggris mencatat terdapat 6 ribu kasus gigitan anjing. Selain itu, terdapat 2.500 kasus gigitan karena penyebab lain, termasuk manusia.

Lantas, bagaimana menyelesaikan penyakit kambuhan Suarez itu? Fawcett mengatakan, tindakan itu dipengaruhi psikologi seseorang. Tidak semua orang memiliki dorongan yang sama untuk menggigit saat tertekan.

Terkait sanksi, Fawcett menilai bukan masalah berapa lama Suarez harus disanksi. Tapi, apakah dia masih bisa ditolong? Jika itu yang terjadi, maka pembicaraannya bisa panjang.

“Kita kemudian akan masuk pada topik krusial. Yakni, apa saja persyaratan mendasar yang harus dipenuhi seseorang untuk bisa masuk ke satu cabang olahraga profesional. Persyaratan itu penting karena di level tinggi tekanan begitu besar. Jika gigitan Suarez tak bisa dihentikan, apakah kamu akan terus menerus mentoleransi aksi dia?” paparnya.

Kriminolog Universitas Birmingham City Prof David Wilson menambahkan, kasus gigitan bisa dibawa ke ranah kriminal. Sebab, biasanya tindakan menggigit terjadi karena penjahat tidak hanya ingin melukai korban, tapi juga ingin meninggalkan tanda. Ini adalah simbol dari keinginan untuk “menandai” bahwa dia pernah menyakiti korbannya.

“Menggigit itu sangat khas. Kamu harus berada sangat dekat dengan korban untuk bisa melakukannya. Saat itulah korban biasanya bereaksi spontan dengan memukul,” papar Wilson. (aga)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/