25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Sang Ayah Berharap Buah Hati Tampil di Olimpiade Tokyo

Sehukur Perangin-angin Sukatendel, ayah dari atlet karate Srunita Sukatendel, memperlihatkan medali dan piagamyang diraih anaknya.

SUMUTPOS.CO – Belum genap berusia 24 tahun, jam terbang Srunita Sukatendel sudah cukup tinggi di berbagai event karate Indonesia. Belasan negara sudah dijajaki untuk menunjukkan kelihaiannya berkarate.

Srunita merupakan buah hati pasangan Sehukur Perangin-angin Sukatendel dan Ngampuni beru Bukit. Medali emas terakhir yang diraihnya pada SEA Games di kelas 50 kilogram, tidak didapatkan dengan instan.

Srunita sudah mulai bergelut dengan karate sejak balita. Sejak berumur 3 tahun, atlet peringkat 8 dunia versi World Karate Federation ini, sudah mulai mempelajari karate di dojo yang memiliki nama sama dengannya, ya Dojo Sruni.

Sang ayah yang hingga saat ini tercatat sebagai pelatih FORKI Sumut lah yang menempanya hingga memiliki prestasi sebaik saat ini.

“Sedari kecil Srunita sudah saya ajari berlatih karate di dojo milik saya. Dojo ini saya bangun dengan cara mengutang ke bank,” ungkap Sehukur di kediamannya Jalan Merdeka, Gang Pertamina, Kelurahan Tanjung Langkat, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

Guru olah raga SMA Negeri 1 Salapian ini, mengaku, Srunita sangat menyukai dunia olah raga. Selain berbakat, Srunita juga memiliki tekad kuat untuk menang. “Pada pertandingan internasional, ia bahkan pernah lupa, kelingking kaki kanannya pernah patah terinjak saat berlaga. Namun ia tidak sadar,” beber Sehukur.

Kemampuan mahasiswa Unimed yang segera menjadi sarjana olah raga ini, mulai terlihat saat Pekan Olah Raga Pelajar 2007 mewakili Langkat. Ia mampu meraih juara di kategori yang berbeda, sehingga dilirik oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) untuk diasah menjadi atlet berbakat.

Tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi Srunita untuk menunjukkan kelasnya. Wanita yang bermimpi menjadi dosen ini, hanya butuh waktu 3 tahun, hingga akhirnya menjadi atlet nasional karena dilirik Pelatnas.

Sehukur Perangin-angin Sukatendel, ayah dari atlet karate Srunita Sukatendel, memperlihatkan medali dan piagamyang diraih anaknya.

SUMUTPOS.CO – Belum genap berusia 24 tahun, jam terbang Srunita Sukatendel sudah cukup tinggi di berbagai event karate Indonesia. Belasan negara sudah dijajaki untuk menunjukkan kelihaiannya berkarate.

Srunita merupakan buah hati pasangan Sehukur Perangin-angin Sukatendel dan Ngampuni beru Bukit. Medali emas terakhir yang diraihnya pada SEA Games di kelas 50 kilogram, tidak didapatkan dengan instan.

Srunita sudah mulai bergelut dengan karate sejak balita. Sejak berumur 3 tahun, atlet peringkat 8 dunia versi World Karate Federation ini, sudah mulai mempelajari karate di dojo yang memiliki nama sama dengannya, ya Dojo Sruni.

Sang ayah yang hingga saat ini tercatat sebagai pelatih FORKI Sumut lah yang menempanya hingga memiliki prestasi sebaik saat ini.

“Sedari kecil Srunita sudah saya ajari berlatih karate di dojo milik saya. Dojo ini saya bangun dengan cara mengutang ke bank,” ungkap Sehukur di kediamannya Jalan Merdeka, Gang Pertamina, Kelurahan Tanjung Langkat, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

Guru olah raga SMA Negeri 1 Salapian ini, mengaku, Srunita sangat menyukai dunia olah raga. Selain berbakat, Srunita juga memiliki tekad kuat untuk menang. “Pada pertandingan internasional, ia bahkan pernah lupa, kelingking kaki kanannya pernah patah terinjak saat berlaga. Namun ia tidak sadar,” beber Sehukur.

Kemampuan mahasiswa Unimed yang segera menjadi sarjana olah raga ini, mulai terlihat saat Pekan Olah Raga Pelajar 2007 mewakili Langkat. Ia mampu meraih juara di kategori yang berbeda, sehingga dilirik oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) untuk diasah menjadi atlet berbakat.

Tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi Srunita untuk menunjukkan kelasnya. Wanita yang bermimpi menjadi dosen ini, hanya butuh waktu 3 tahun, hingga akhirnya menjadi atlet nasional karena dilirik Pelatnas.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/