26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Praktisi Olahraga, Abdul Hakim Siregar: Olahraga Adalah Pemersatu

Abdul Hakim Siregar

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Dalam olahraga, tidak mengenal suku, bahasa, dan agama. Itulah yang membuat olahraga dikenal sebagai salahsatu cara untuk mempersatukan bangsa. Oleh karena itu, diharapkan bidang olahraga tidak dicampurkan dengan bidang lainnya, terutama politik.

Akademisi Olahraga dari Unimed, Abdul Hakim Siregar mengatakan yang membedakan olahraga dengan bidang lainnya adalah sikap sportivitas. Selain prestasi, jiwa sportivitas ini akan membuat seorang atlet dikenal oleh masyarakat, dan tidak memungkinkan dirinya menjadi legenda.

“Jiwa seorang olahragawan harus setia kawan dan memiliki jiwa kekeluargaan. Saat akan membuat prestasi, bukan hanya pelatih dan atlet yang harus bekerja keras. Tetapi, pengurus cabang olahraga juga harus menyiapkan fasilitas dan faktor pendukung lainnya,” ujarnya.

Abdul Hakim Siregar yang juga menjadi pengurus Pengprov FOPI Sumut ini menambahkan adanya ketergantungan dengan pembagian kerja ini, maka terjalinlah sebuah rasa kekeluargaan dalam olahraga.

Dengan saling menjaga, diharapkan dapat menghasilkan atlet yang berprestasi sehingga dapat mengharumkan nama daerah dan negara.

“Saya harap, tidak ada yang akan mencampurkan dunia olahraga dengan hal lainnya. Karena ini akan berdampak pada olahraga itu sendiri,” ujarnya.

Hakim menyatakan meredam emosi adalah hal yang paling penting untuk seorang atlet. Saat bertanding, bila dia emosi maka akan membuat dirinya menjadi hilang fokus, dan akan berdampak pada hasil pertandingan nantinya.

Oleh karena itu, Hakim mengharapkan kejadian saat pemberian tali asih untuk atlet yang berprestasi di PON XX di Aula Teuku Rizal Nurdin pada Senin (27/12) dapat menjadi pembelajaran. Karena bila emosi yang berbicara, maka dampaknya adalah perpecahan pada olahraga itu sendiri.

“Pandangan saya, di sini hanya antara pak Edy yang menjadi pelindung di KONI yang ingin bersenda gurau dengan pelatih. Orangtua itu tugasnya bukan hanya melindungi tetapi membimbing. Karena itu, yang biarkan yang menyelesaikan adalah mereka. Orang luar tidak perlu. Dan satu lagi, kalau emosi yang ikut berbicara maka banyak yang menjadi korban,” tegasnya.

Selain banyak yang menjadi korban, hal lainnya adalah simpang siur pemberitaan yang membuat berbagai pihak menjadi bingung.

“Mari kita tegakkan kembali sportivitas, dan junjung tinggi profesionalitas. Dan marilah kita bersatu untuk mencapai yang terbaik di PON XXI 2024 mendatang,” tutupnya. (ram)

Abdul Hakim Siregar

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Dalam olahraga, tidak mengenal suku, bahasa, dan agama. Itulah yang membuat olahraga dikenal sebagai salahsatu cara untuk mempersatukan bangsa. Oleh karena itu, diharapkan bidang olahraga tidak dicampurkan dengan bidang lainnya, terutama politik.

Akademisi Olahraga dari Unimed, Abdul Hakim Siregar mengatakan yang membedakan olahraga dengan bidang lainnya adalah sikap sportivitas. Selain prestasi, jiwa sportivitas ini akan membuat seorang atlet dikenal oleh masyarakat, dan tidak memungkinkan dirinya menjadi legenda.

“Jiwa seorang olahragawan harus setia kawan dan memiliki jiwa kekeluargaan. Saat akan membuat prestasi, bukan hanya pelatih dan atlet yang harus bekerja keras. Tetapi, pengurus cabang olahraga juga harus menyiapkan fasilitas dan faktor pendukung lainnya,” ujarnya.

Abdul Hakim Siregar yang juga menjadi pengurus Pengprov FOPI Sumut ini menambahkan adanya ketergantungan dengan pembagian kerja ini, maka terjalinlah sebuah rasa kekeluargaan dalam olahraga.

Dengan saling menjaga, diharapkan dapat menghasilkan atlet yang berprestasi sehingga dapat mengharumkan nama daerah dan negara.

“Saya harap, tidak ada yang akan mencampurkan dunia olahraga dengan hal lainnya. Karena ini akan berdampak pada olahraga itu sendiri,” ujarnya.

Hakim menyatakan meredam emosi adalah hal yang paling penting untuk seorang atlet. Saat bertanding, bila dia emosi maka akan membuat dirinya menjadi hilang fokus, dan akan berdampak pada hasil pertandingan nantinya.

Oleh karena itu, Hakim mengharapkan kejadian saat pemberian tali asih untuk atlet yang berprestasi di PON XX di Aula Teuku Rizal Nurdin pada Senin (27/12) dapat menjadi pembelajaran. Karena bila emosi yang berbicara, maka dampaknya adalah perpecahan pada olahraga itu sendiri.

“Pandangan saya, di sini hanya antara pak Edy yang menjadi pelindung di KONI yang ingin bersenda gurau dengan pelatih. Orangtua itu tugasnya bukan hanya melindungi tetapi membimbing. Karena itu, yang biarkan yang menyelesaikan adalah mereka. Orang luar tidak perlu. Dan satu lagi, kalau emosi yang ikut berbicara maka banyak yang menjadi korban,” tegasnya.

Selain banyak yang menjadi korban, hal lainnya adalah simpang siur pemberitaan yang membuat berbagai pihak menjadi bingung.

“Mari kita tegakkan kembali sportivitas, dan junjung tinggi profesionalitas. Dan marilah kita bersatu untuk mencapai yang terbaik di PON XXI 2024 mendatang,” tutupnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/