MEDAN-Sudah sebulan berlalu pasca pendepakan pelatih Suimin Diharja dan 12 pemain yang dicoret. Namun hingga saat ini mereka belum juga menerima hak atas kerja keras mereka selama putaran pertama. Tuntutan pun masih gencar diteriakkan.
Suimin yang kini membesut klub Divisi Utama LPIS, Persika Karawang, mengatakan, dirinya akan tetap menuntut hak-hak yang tertunggak selama lebih dari empat bulan itu. Namun Ketua Umum PSMS Indra Sakti Harahap, dan para pengurus terkesan lari dari tanggung jawab. “Waktu abang kemari di awal, ada kata-kata kesepakatan tentang hak dan kewajiban. Sudah abang jalankan lima bulan tapi hak nggak diterima. Abang akan terus tuntut itu,” ujarnya.
Selain Suimin beberapa pemain yang diputus kontraknya antara lain Edgar Rolon, Alberto Sosa Morel, Tri Yudha Handoko, Herman Batak, Irfan Mydin, Rinaldo, Andre Sitepu, Aun Carbiny, Dede Ariandi, Nico Sssanto, Rudi Hartono, dan Kiki Lissusanto.
Suimin sempat coba beberapa kali mengontak telepon selularnya. Namun tidak aktif. “Abang sempat ngontak, hapenya tidak aktif. Harusnya Indra menyelesaikan masalah dengan jumpai kami atau bayar hak kami. Kalau ia nggak bisa bayar, komunikasikan. Bagaimanalah PSMS ke depannya dipimpin oleh orang yang seperti ini,” tegasnya.
Selain itu Suimin juga telah melihat ada itikad buruk dari Indra sejak awal. Itu diketahui dari draft kontrak dirinya dan pemain. “Tanda tangan kontraknya Indra Sakti di-scan. Itupun tanda tangan nggak kena materai. Dari awal ia punya niat nggak bagus. Kami yang bodoh-bodoh ini nggak mengerti. Tapi kami punya saksi masyarakat Kota Medan, kalau kami sudah bekerja,” jelasnya.
Upaya untuk menuntut hak juga akan dilakukan Suimin selama di Medan ini. Ia akan melakukan komunikasi dengan pemain yang dicoret dan berupaya akan menjumpai Indra Sakti untuk meminta pertanggung jawaban. Pasalnya yang bersangkutan juga tidak lagi pernah terlihat di Kebun Bunga. Kecuali ketika perayaan ultah PSMS 21 April lalu.
“Nanti selesai bertanding (bersama Persika, red), kami akan kumpul dengan pemain yang diberhentikan sepihak, nanti mungkin kita membuat orasi salah satunya membawa anak istri ke rumah Indra Sakti. Mungkin ke arah sana jadinya. Jadi kami akan kejar, Indra Sakti jangan sembunyi. Kalau memang ia itu pemimpin yang baik. Dengan sembunyi seperti ini akan menimbulkan situasi yang tidak bagus,” jelasnya.
Selain itu upaya lain akan coba dilakukan dengan mengadu ke Menpora, Roy Suryo. Selain itu juga ke operator kompetisi, PT Liga Indonesia, Asosiasi Pelatih Seluruh Indonesia (APSI) serta Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). “Abang akan lapor ke Menpora. Kebetulan ada kawan di Kemenegpora yang bisa menjadi penghubung. Kenapa ke Menpora? Karena ada satu statemen dari Menpora, pemain bola pekerjaannya ya pemain bola. Jadi gajinya harus dibayar. Karena ia yang peduli, maka akan kami laporkan ke Menpora,” tegasnya.
Suimin mengatakan, dari awal manajemen yang diterapkan Indra Sakti Harahap saat memegang PSMS terkesan awut-awutan. “Waktu diangkat jadi Ketum ia membentuk kepengurusan tapi mereka malah tidak terlibat situasi berikutnya. Ia pakai orang-orang baru. Juga manajemen tukang cukur. Ya ia buka warung, ia motong rambut, lalu uangnya ia ambil sendiri. Seperti itulah. Kalau dipertahankan, sama saja membiarkan PSMS dipegang orang yang akan menghancurkan PSMS sendiri. Kalau tidak mampu, ya harusnya ia cari orang yang mampu di bidangnya. Dari abang pemain bola sampai sekarang jadi pelatih, ia Ketum terburuk,” pungkasnya. (don)