30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Gurning Pasrah

Tarik Ulur CEO PSMS

MEDAN-Lambatnya proses penentuan Chief Executive Officer (CEO) PSMS, pasca menggunakan aspek legal klub Bintang Medan, mempengaruhi banyak hal. Pasalnya, banyak nama CEO yang berseliweran. Sebut saja, Wahyu Wahab (manajer Pro Duta FC), Dityo Pramono (CEO Bintang Medan), Benny Tomasoa (mantan asisten manajer PSMS), dan Herman Bangun.

Dari nama-nama ini, Wahyu Wahab disebut bakal berpeluang.

Wahyu diketahui menjadi calon dari konsorsium yang masuk mendanai dan memiliki saham terbesar PSMS saat ini.  Nama mantan Ketua Panpel PSMS ini masuk diduga atas andil Ketua Exco, Sihar Sitorus, yang keduanya memiliki kedekatan saat menangani Pro Duta (dulu Pro Titan). Sedangkan Dityo Pramono yang juga ada kaitannya dengan konsorsium disebut bakal ditarik ke badan liga PSSI.

Sayangnya, mencuatnya nama Wahyu Wahab bakal merusak tatanan ofisial yang sedang disusun oleh pengurus, yang berani menentuan pelatih dan bakal pemain, sementara CEO belum ditunjuk. Sekum pengurus PSMS, yang juga plt ketua umum PSMS, Idris, telah menunjuk Abdurahman Gurning sebagai bakal pelatih PSMS, dan beberapa nama pemain yang diburu oleh pengurus.

Jika Wahyu Wahab terpilih sebagai CEO, maka semua yang sudah dirunut bakal runyam. Ini terkuak, saat wartawan mewawancarai Wahyu Wahab. Dia mengklaim, jika nanti menjadi CEO, dia akan menentukan susunan ofisial sendiri, di mana pelatihnya adalah Dirk Buitelaar (mantan pelatih Pro Titan). Wahyu mengklaim, bukan tidak menyukai Gurning, namun dia butuh pelatih yang bisa membina, bukan melatih skuad yang siap jadi. “Saya perwakilan konsorsium, jika nanti saya yang terpilih, ya saya akan milih head coach sekaligus pelatih jadi manajer. Dan, saya akan memilih Dirk Buitelaar, ya Gurning kan dealnya dengan orang lain bukan dengan saya,” ujarnya.

Wahyu mengatakan, dia juga akan membawa pemain yang sempat deal dengannya, seperti Faisal Azmi. Pemain ini dibuang dari skuad yang dipertahankan oleh Idris, namun sempat deal bersama Wahyu untuk memperkuat Pro Duta. “Ya, kalau saya jadi di PSMS, Faisal akan saya ajak lagi. Kan kemarin deal-nya dengan saya, karena saya tidak di Pro Duta lagi, jadi dia saya bawa ke PSMS. Itu pun kalau saya jadi di PSMS, kalau enggak ya saya masih di Pro Duta,” timpalnya.

Saat ini, kata Wahyu, PSMS memang dikendalikan konsorsium dan saham PSMS milik konsorsium hampir 85 sampai 90 persen. “Jadi konsorsium punya hak lebih banyak soal CEO ini. PSMS berhak mengurangi saham konsorsium jika mereka berhasil menggaet pengusaha sendiri,” tukasnya.

Wahyu sendiri mengaku, awalnya, agenda pemilihan CEO PSMS akan dilaksanakan selesai timnas Indonesia tanding lawan Iran di Pra Piala Dunia 2014.  Namun, ketika dihubungi kembali, Wahyu mengaku belum dapat kabar pastinya. “Penentuan CEO berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), katanya selesai laga timnas, mungkin tanggal 3 September. Tapi saat ini saya belum ada kabar,” tegasnya.

Sementara itu, bakal pelatih PSMS, Abudrrahman Gurning memilih pasrah dengan kondisi klub pemilik abadi Piala Bang Yos ini. Dia mengatakan siapa pun CEO PSMS ke depan, dia siap dengan risikonya, termasuk dia bukan sosok pelatih yang diinginkan CEO baru. “Saya optimis melatih di PSMS, itu secara pribadi. Namun, jika CEO terpilih, tidak memilih saya dan sudah punya kandidat sendiri, saya enggak bisa paksakan. Karena saya juga belum teken kontrak, ya saya sebenarnya belum punya klub juga,” ungkapnya.

Gurning sendiri, belakangan mulai paham soal pemilihan CEO dan mencoba memahami kondisi. “Saya ditawari secara lisan oleh Idris dan sebelumnya oleh Pak Dityo (Pramono). Jadi, kalau bukan mereka yang jadi CEO, saya standby saja jika nanti enggak jadi,” timpalnya.
Mantan arsitek PSPS Pekanbaru ini, memilih tenang, sebab dia jauh hari memang niat ingin kembali ke keluarganya di Medan. “Niat saya mau kembali ke PSMS, juga karena ingin dekat dengan keluarga, karena enam tahun melatih di luar Medan, jadi selalu meninggalkan keluarga. Jadi enggak akan ada rasa sakit hati saya kalau enggak jadi di PSMS. Meski saya juga ingin semua cepat selesai, agar saya juga tahu bagaimana ke depannya,” tukasnya.
Selain itu, Gurning mengaku, kondisi serupa pernah dialaminya pada 2008. Saat itu kondisinya nyaris sama, saat dia diminta secara lisan, sudah deal harga, namun gagal dikontrak. “Saat itu saya sudah deal harga dengan PKT Bontang, rupanya enggak jadi dikontrak. Ya saya cari klub lain, kemudian dapat di PSPS. Jadi nanti akan cari klub lain kalau enggak jadi, kalau enggak dapat, ya nganggur dulu satu musim. Intinya saya ingin dekat dengan keluarga dulu,” pungkasnya. (net/jpnn)

Tarik Ulur CEO PSMS

MEDAN-Lambatnya proses penentuan Chief Executive Officer (CEO) PSMS, pasca menggunakan aspek legal klub Bintang Medan, mempengaruhi banyak hal. Pasalnya, banyak nama CEO yang berseliweran. Sebut saja, Wahyu Wahab (manajer Pro Duta FC), Dityo Pramono (CEO Bintang Medan), Benny Tomasoa (mantan asisten manajer PSMS), dan Herman Bangun.

Dari nama-nama ini, Wahyu Wahab disebut bakal berpeluang.

Wahyu diketahui menjadi calon dari konsorsium yang masuk mendanai dan memiliki saham terbesar PSMS saat ini.  Nama mantan Ketua Panpel PSMS ini masuk diduga atas andil Ketua Exco, Sihar Sitorus, yang keduanya memiliki kedekatan saat menangani Pro Duta (dulu Pro Titan). Sedangkan Dityo Pramono yang juga ada kaitannya dengan konsorsium disebut bakal ditarik ke badan liga PSSI.

Sayangnya, mencuatnya nama Wahyu Wahab bakal merusak tatanan ofisial yang sedang disusun oleh pengurus, yang berani menentuan pelatih dan bakal pemain, sementara CEO belum ditunjuk. Sekum pengurus PSMS, yang juga plt ketua umum PSMS, Idris, telah menunjuk Abdurahman Gurning sebagai bakal pelatih PSMS, dan beberapa nama pemain yang diburu oleh pengurus.

Jika Wahyu Wahab terpilih sebagai CEO, maka semua yang sudah dirunut bakal runyam. Ini terkuak, saat wartawan mewawancarai Wahyu Wahab. Dia mengklaim, jika nanti menjadi CEO, dia akan menentukan susunan ofisial sendiri, di mana pelatihnya adalah Dirk Buitelaar (mantan pelatih Pro Titan). Wahyu mengklaim, bukan tidak menyukai Gurning, namun dia butuh pelatih yang bisa membina, bukan melatih skuad yang siap jadi. “Saya perwakilan konsorsium, jika nanti saya yang terpilih, ya saya akan milih head coach sekaligus pelatih jadi manajer. Dan, saya akan memilih Dirk Buitelaar, ya Gurning kan dealnya dengan orang lain bukan dengan saya,” ujarnya.

Wahyu mengatakan, dia juga akan membawa pemain yang sempat deal dengannya, seperti Faisal Azmi. Pemain ini dibuang dari skuad yang dipertahankan oleh Idris, namun sempat deal bersama Wahyu untuk memperkuat Pro Duta. “Ya, kalau saya jadi di PSMS, Faisal akan saya ajak lagi. Kan kemarin deal-nya dengan saya, karena saya tidak di Pro Duta lagi, jadi dia saya bawa ke PSMS. Itu pun kalau saya jadi di PSMS, kalau enggak ya saya masih di Pro Duta,” timpalnya.

Saat ini, kata Wahyu, PSMS memang dikendalikan konsorsium dan saham PSMS milik konsorsium hampir 85 sampai 90 persen. “Jadi konsorsium punya hak lebih banyak soal CEO ini. PSMS berhak mengurangi saham konsorsium jika mereka berhasil menggaet pengusaha sendiri,” tukasnya.

Wahyu sendiri mengaku, awalnya, agenda pemilihan CEO PSMS akan dilaksanakan selesai timnas Indonesia tanding lawan Iran di Pra Piala Dunia 2014.  Namun, ketika dihubungi kembali, Wahyu mengaku belum dapat kabar pastinya. “Penentuan CEO berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), katanya selesai laga timnas, mungkin tanggal 3 September. Tapi saat ini saya belum ada kabar,” tegasnya.

Sementara itu, bakal pelatih PSMS, Abudrrahman Gurning memilih pasrah dengan kondisi klub pemilik abadi Piala Bang Yos ini. Dia mengatakan siapa pun CEO PSMS ke depan, dia siap dengan risikonya, termasuk dia bukan sosok pelatih yang diinginkan CEO baru. “Saya optimis melatih di PSMS, itu secara pribadi. Namun, jika CEO terpilih, tidak memilih saya dan sudah punya kandidat sendiri, saya enggak bisa paksakan. Karena saya juga belum teken kontrak, ya saya sebenarnya belum punya klub juga,” ungkapnya.

Gurning sendiri, belakangan mulai paham soal pemilihan CEO dan mencoba memahami kondisi. “Saya ditawari secara lisan oleh Idris dan sebelumnya oleh Pak Dityo (Pramono). Jadi, kalau bukan mereka yang jadi CEO, saya standby saja jika nanti enggak jadi,” timpalnya.
Mantan arsitek PSPS Pekanbaru ini, memilih tenang, sebab dia jauh hari memang niat ingin kembali ke keluarganya di Medan. “Niat saya mau kembali ke PSMS, juga karena ingin dekat dengan keluarga, karena enam tahun melatih di luar Medan, jadi selalu meninggalkan keluarga. Jadi enggak akan ada rasa sakit hati saya kalau enggak jadi di PSMS. Meski saya juga ingin semua cepat selesai, agar saya juga tahu bagaimana ke depannya,” tukasnya.
Selain itu, Gurning mengaku, kondisi serupa pernah dialaminya pada 2008. Saat itu kondisinya nyaris sama, saat dia diminta secara lisan, sudah deal harga, namun gagal dikontrak. “Saat itu saya sudah deal harga dengan PKT Bontang, rupanya enggak jadi dikontrak. Ya saya cari klub lain, kemudian dapat di PSPS. Jadi nanti akan cari klub lain kalau enggak jadi, kalau enggak dapat, ya nganggur dulu satu musim. Intinya saya ingin dekat dengan keluarga dulu,” pungkasnya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/