28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

11 Pemain PSMS Adukan Nasib ke Kantor PT LI

 Telantar di Jakarta

Telantar
di Jakarta

MEDAN-Skuad PSMS telah menuntaskan kewajibannya dengan menuntaskan laga terakhirnya Divisi Utama PT Liga Indonesia 2012/2013 kontra PS Bangka, Minggu (9/6) lalu. Kewajiban telah dijalankan, tapi tak demikian dengan hak yang masih juga kabur. Gaji yang tertunggak berbulan-bulan dengan hanya sekali mendapat pembayaran tak penuh sejak dikontrak membuat kegelisahan tak lagi terbendung.

Dengan musim yang telah berakhir, kekhawatiran pemain jika tunggakan gaji bakal lewat begitu saja tanpa ada realisasi semakin meninggi. Berkaca dari kejadian musim lalu, 11 pemain PSMS LI sepakat untuk mengadukan nasib mereka ke PT Liga Indonesia di Komplek Apartemen Rasuna Said Jalan HR Rasuna Said Jakarta, Selasa (11/6).

Mereka adalah Hardiantono, Irwin Ramadhana, Zulhamsyah Putra, Herdana, Susanto, Doddy, Wiganda, Alamsyah Nasution, Aidun Sastra, M Irfan, dan Tri Hardiansyah. Sesampainya dari Bangka ke Jakarta, mereka memisahkan diri dari rombongan tim yang akan bertolak menuju Medan. “Kami ada 11 orang. Awalnya semuanya sepakat untuk sama-sama ke kantor PT Liga Indonesia. Tapi entah kenapa yang lain malah jadinya pulang dengan berbagai alasan. Tapi kami ya gak masalah. Siapa yang mau ikut berjuang ayo gabung. Ini demi menuntut hak kami,” jelas Kapten PSMS, Hardiantono.

Sempat menginap semalam, Hardiantono dkk akhirnya tiba di kantor PT LI sekira pukul 11.30 WIB. Setelah sempat menunggu, para pemain akhirnya diterima Sekretaris PT LI, Tigor Shalom Boboy dan pengurus lainnya, Jonni. “Dari pembicaraan tadi katanya mereka mau menjadi fasilitator saja. Mereka minta surat keterangan gaji yang harus dibayarkan. Ini sama dengan PSMS ISL musim lalu. Hasilnya tetap nihil,” beber alumni skuad Sumut di PON 2012 itu.
Selain ke PT LI, 11 pemain itu juga punya dua agenda lain. Yakni menjumpai Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husein dan Menpora, Roy Suryo. Di kantor PSSI, Komplek Senayan, mereka harus menelan kecewa karena Djohar tak berada di tempat. “Pak Djohar lagi di Singapura. Kami sudah telpon dan besok (hari ini, red) ia bersedia menjumpai kami. Setelah itu kami mau jumpai Pak Menpora,” jelas pemain berusia 23 tahun ini.
Perjuangan Hardiantono dkk memang terbilang nekat. Pasalnya dengan kondisi uang pas-pasan mereka nekat untuk melakukan aksi ini. Biaya hidup selama di Jakarta saja didapat dengan menjual tiket tujuan Jakarta-Medan. Di malam pertama mereka sempat menginap selama satu malam di Jakarta di rumah seorang rekan. “Ya ini kami mau pulang ke Medan pun tidak bisa. Darimana kami duit karena gaji juga tidak dibayar. Sementara PT LI masih memproses laporan kami,” timpal Irwin Ramadhana.
Ironisnya tak satupun manajemen mendampingi. “Mereka semua cerita marwah. Sudah kita berangkat main supaya menyelamatkan PSMS agar tidak turun kasta. Tapi pemain juga yang jadi korban,” ujar Irwin.
Kiper jangkung itu mengatakan apa yang mereka lakukan merupakan bentuk memperjuangkan hak. Meskipun hasilnya belum pasti positif. “Kami berbuat begini supaya pemain-pemain bola Indonesia nggak jadi korban di tahun-tahun yang akan datang. Ini mau pulang ke Medan pun belum tahu karena darimana kami duit dengan gaji yang tidak dibayar. Mudah-mudahan ada titik terang dari usaha kami,” pungkasnya. (don)

 Telantar di Jakarta

Telantar
di Jakarta

MEDAN-Skuad PSMS telah menuntaskan kewajibannya dengan menuntaskan laga terakhirnya Divisi Utama PT Liga Indonesia 2012/2013 kontra PS Bangka, Minggu (9/6) lalu. Kewajiban telah dijalankan, tapi tak demikian dengan hak yang masih juga kabur. Gaji yang tertunggak berbulan-bulan dengan hanya sekali mendapat pembayaran tak penuh sejak dikontrak membuat kegelisahan tak lagi terbendung.

Dengan musim yang telah berakhir, kekhawatiran pemain jika tunggakan gaji bakal lewat begitu saja tanpa ada realisasi semakin meninggi. Berkaca dari kejadian musim lalu, 11 pemain PSMS LI sepakat untuk mengadukan nasib mereka ke PT Liga Indonesia di Komplek Apartemen Rasuna Said Jalan HR Rasuna Said Jakarta, Selasa (11/6).

Mereka adalah Hardiantono, Irwin Ramadhana, Zulhamsyah Putra, Herdana, Susanto, Doddy, Wiganda, Alamsyah Nasution, Aidun Sastra, M Irfan, dan Tri Hardiansyah. Sesampainya dari Bangka ke Jakarta, mereka memisahkan diri dari rombongan tim yang akan bertolak menuju Medan. “Kami ada 11 orang. Awalnya semuanya sepakat untuk sama-sama ke kantor PT Liga Indonesia. Tapi entah kenapa yang lain malah jadinya pulang dengan berbagai alasan. Tapi kami ya gak masalah. Siapa yang mau ikut berjuang ayo gabung. Ini demi menuntut hak kami,” jelas Kapten PSMS, Hardiantono.

Sempat menginap semalam, Hardiantono dkk akhirnya tiba di kantor PT LI sekira pukul 11.30 WIB. Setelah sempat menunggu, para pemain akhirnya diterima Sekretaris PT LI, Tigor Shalom Boboy dan pengurus lainnya, Jonni. “Dari pembicaraan tadi katanya mereka mau menjadi fasilitator saja. Mereka minta surat keterangan gaji yang harus dibayarkan. Ini sama dengan PSMS ISL musim lalu. Hasilnya tetap nihil,” beber alumni skuad Sumut di PON 2012 itu.
Selain ke PT LI, 11 pemain itu juga punya dua agenda lain. Yakni menjumpai Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husein dan Menpora, Roy Suryo. Di kantor PSSI, Komplek Senayan, mereka harus menelan kecewa karena Djohar tak berada di tempat. “Pak Djohar lagi di Singapura. Kami sudah telpon dan besok (hari ini, red) ia bersedia menjumpai kami. Setelah itu kami mau jumpai Pak Menpora,” jelas pemain berusia 23 tahun ini.
Perjuangan Hardiantono dkk memang terbilang nekat. Pasalnya dengan kondisi uang pas-pasan mereka nekat untuk melakukan aksi ini. Biaya hidup selama di Jakarta saja didapat dengan menjual tiket tujuan Jakarta-Medan. Di malam pertama mereka sempat menginap selama satu malam di Jakarta di rumah seorang rekan. “Ya ini kami mau pulang ke Medan pun tidak bisa. Darimana kami duit karena gaji juga tidak dibayar. Sementara PT LI masih memproses laporan kami,” timpal Irwin Ramadhana.
Ironisnya tak satupun manajemen mendampingi. “Mereka semua cerita marwah. Sudah kita berangkat main supaya menyelamatkan PSMS agar tidak turun kasta. Tapi pemain juga yang jadi korban,” ujar Irwin.
Kiper jangkung itu mengatakan apa yang mereka lakukan merupakan bentuk memperjuangkan hak. Meskipun hasilnya belum pasti positif. “Kami berbuat begini supaya pemain-pemain bola Indonesia nggak jadi korban di tahun-tahun yang akan datang. Ini mau pulang ke Medan pun belum tahu karena darimana kami duit dengan gaji yang tidak dibayar. Mudah-mudahan ada titik terang dari usaha kami,” pungkasnya. (don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/