32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Ini Bukan Tarkam!

MEDAN-Permasalahan gaji skuad PSMS PT Liga Indonesia (LI) masih jadi persoalan yang membelit. Selain belum adanya kucuran gaji baik dari Ketua Umum Indra Sakti Harahap, maupun dana subdisi PT LI, pemain, pelatih, dan official disibukkan dengan perbedaan persepsi dengan Indra, yang hanya mengakui utang satu bulan gaji. Bukan tunggakan delapan bulan gaji yang dikeluhkan pemain.

Rasionalisasi gaji menjadi alasan Indra. Akhirnya klaim kepada PT LI hanya Rp190 juta utang klub kepada pemain, pelatih, dan official. Sementara dari catatan kontrak yang dipegang Sekretaris Tim PSMS LI Fityan Hamdy, utang Indra mencapai Rp600 juta lebih.

Fityan mengatakan, rasionalisasi memang pernah diwacanakan Indra saat memberikan gaji pertama Januari lalu. Namun, selanjutnya tidak ada pertemuan lebih lanjut membahas hal itu.

“Memang pernah disampaikan untuk rasionalisasi gaji itu melihat keuangan klub. Tapi hanya sebatas itu. Setelah itu tidak ada kesepakatannya dengan pemain,” tuturnya.

Harusnya, menurut Fityan, ada pertemuan lebih lanjut antara Indra dengan pemain. Artinya nilai rasionalisasi harus diketahui pihak kedua dan ada kesepakatan yang dibangun di atas materai. Namun untuk lisan saja tidak ada kesepakatan rasionalisasi.
“Seharusnya pemain ia kumpulkan dan sampaikan angkanya untuk disepakati. Jadi ada angka dari pemain dan angka darinya. Lalu disepakati. Bukan gaji suka-suka hatinya saja,” ungkapnya.

Dari perjanjian kontrak yang telah disepakati kedua pihak, yakni Indra dengan pemain, maupun Indra dengan pelatih, dan official, kontrak berdurasi 10 bulan mulai Desember 2012 hingga September 2013. Namun perbedaan pendapat lainnya, Indra menganggap kompetisi baru bergulir 9 Februari, dan pemain sudah menerima duit 15 januari di awal kontrak.

“Putaran pertama berakhir, April istirahat. Jadi ia hanya menghitung punya utang satu bulan karena ia menghitung kompetisi hanya bulan Februari dan Maret, sedangkan masa jeda kompetisi tak dihitung. Ia pikir ini tarkam?

Ini kompetisi profesional dan juga dengan kontrak profesional yang ia dan pemain tandatangani, jangan samakan dengan tarkam,” tegas Fityan.
Uang subsidi sebesar Rp100 juta yang dijanjikan PT LI dari sisa subsidi juga belum sampai ke tangan pemain. Indra beralasan dana baru dikucurkan setelah ada keputusan soal sidang Komdis PSSI terhadap pemain yang berdemo di Jakarta.

“Yang Rp100 juta itu jika dimaksudkan untuk pinjaman kami terima. Tapi kalau dianggap lunas, pemain tak terima. Kalau menuntut gaji sampai manapun kami tuntut,” kata Fityan lagi.

Sementara, Kiper PSMS LI Irwin Ramadhana, mengatakan, tidak ada kesepakatan rasionalisasi yang dicapai dengan Indra Sakti.
“Bagaimana mungkin. Setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi dengannya. Terutama di putaran kedua,” tandas Irwin. (don)

MEDAN-Permasalahan gaji skuad PSMS PT Liga Indonesia (LI) masih jadi persoalan yang membelit. Selain belum adanya kucuran gaji baik dari Ketua Umum Indra Sakti Harahap, maupun dana subdisi PT LI, pemain, pelatih, dan official disibukkan dengan perbedaan persepsi dengan Indra, yang hanya mengakui utang satu bulan gaji. Bukan tunggakan delapan bulan gaji yang dikeluhkan pemain.

Rasionalisasi gaji menjadi alasan Indra. Akhirnya klaim kepada PT LI hanya Rp190 juta utang klub kepada pemain, pelatih, dan official. Sementara dari catatan kontrak yang dipegang Sekretaris Tim PSMS LI Fityan Hamdy, utang Indra mencapai Rp600 juta lebih.

Fityan mengatakan, rasionalisasi memang pernah diwacanakan Indra saat memberikan gaji pertama Januari lalu. Namun, selanjutnya tidak ada pertemuan lebih lanjut membahas hal itu.

“Memang pernah disampaikan untuk rasionalisasi gaji itu melihat keuangan klub. Tapi hanya sebatas itu. Setelah itu tidak ada kesepakatannya dengan pemain,” tuturnya.

Harusnya, menurut Fityan, ada pertemuan lebih lanjut antara Indra dengan pemain. Artinya nilai rasionalisasi harus diketahui pihak kedua dan ada kesepakatan yang dibangun di atas materai. Namun untuk lisan saja tidak ada kesepakatan rasionalisasi.
“Seharusnya pemain ia kumpulkan dan sampaikan angkanya untuk disepakati. Jadi ada angka dari pemain dan angka darinya. Lalu disepakati. Bukan gaji suka-suka hatinya saja,” ungkapnya.

Dari perjanjian kontrak yang telah disepakati kedua pihak, yakni Indra dengan pemain, maupun Indra dengan pelatih, dan official, kontrak berdurasi 10 bulan mulai Desember 2012 hingga September 2013. Namun perbedaan pendapat lainnya, Indra menganggap kompetisi baru bergulir 9 Februari, dan pemain sudah menerima duit 15 januari di awal kontrak.

“Putaran pertama berakhir, April istirahat. Jadi ia hanya menghitung punya utang satu bulan karena ia menghitung kompetisi hanya bulan Februari dan Maret, sedangkan masa jeda kompetisi tak dihitung. Ia pikir ini tarkam?

Ini kompetisi profesional dan juga dengan kontrak profesional yang ia dan pemain tandatangani, jangan samakan dengan tarkam,” tegas Fityan.
Uang subsidi sebesar Rp100 juta yang dijanjikan PT LI dari sisa subsidi juga belum sampai ke tangan pemain. Indra beralasan dana baru dikucurkan setelah ada keputusan soal sidang Komdis PSSI terhadap pemain yang berdemo di Jakarta.

“Yang Rp100 juta itu jika dimaksudkan untuk pinjaman kami terima. Tapi kalau dianggap lunas, pemain tak terima. Kalau menuntut gaji sampai manapun kami tuntut,” kata Fityan lagi.

Sementara, Kiper PSMS LI Irwin Ramadhana, mengatakan, tidak ada kesepakatan rasionalisasi yang dicapai dengan Indra Sakti.
“Bagaimana mungkin. Setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi dengannya. Terutama di putaran kedua,” tandas Irwin. (don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/