MEDAN- Permasalahan gaji tertunggak yang menimpa klub-klub tanah air termasuk PSMS tak hanya menjadi konsumsi media lokal dan nasional. Namun juga turut menjadi sorotan internasional. Salah satunya media asing televisi Al Jazeera cabang Malaysia sudah dua hari belakangan terbang ke Medan untuk meliput serta membuat film dokumenter tentang sepak bola Indonesia.
Hal itu terlihat pada Jumat (19/7) lalu di Lapangan Arhanud P-Baterai Titi Kuning. Dua sosok asing lengkap dengan peralatan berupa kamera video dan tripod tengah terlihat serius merekam aksi pesepakbola yang berlaga di turnamen Sensasi muda cup Kebetulan sejumlah pemain PSMS ikut berlaga di turnamen itu untuk mengisi waktu saat Ramadan. Alamsyah Nasution, gelandang PSMS LI terlihat menjadi fokus sorotan dua wartawan bernama Chan Tau Chou, produser yang juga reporter Aljazeera English dan Ben Folley kameramen.
Mereka datang dari kantor Aljazeera di Malaysia. Chou saat ditanya soal maksud kehadirannya di Medan membenarkan jika pihaknya tertarik untuk mendokumentasikan kisah soal sepak bola Indonesia.
Tidak hanya ke Medan, mereka juga akan ke kota lain.
“Kami dari Al Jazeera ingin mendokumentasikan tentang sepak bola Indonesia. Ya kami kupas dari segala sisi,” ujar pria yang sekilas perawakannya mirip mantan kiper PSMS, Markus Horison ini.
Apakah juga soal gaji? “Ya soal gaji juga. Kami tahu itu dan itu akan ada di dalamnya,” bebernya.
Lebih jelasnya, Tika yang juga ikut dalam tim sebagai fixer dan penerjemah mengatakan liputan film dokumenter ini akan ditayangkan pada program 101 East.
“Rencananya berada 10 hari disini. Itu akan ditayangkan dalam program berdurasi sekitar 50 menit. Selain ke Medan nantinya juga ke Jakarta. Sebenarnya tadi juga mau ke Yogyakarta. Tapi pertandingan IPL-nya ditunda jadi batal,” ujarnya.
Tika mengatakan awalnya mereka tertarik dengan kondisi sepak bola Indonesia yang mengalami dualisme dalam dua musim terakhir. Seiiring dengan merebaknya isu soal gaji.
“Mereka tertarik dengan adanya kompetisi IPL dan ISL. Tapi sekarang ini ada isu yang hangat di penggemar ya soal PSMS ini,” jelas Tika.
Selanjutnya mereka juga mewawancarai sejumlah pemain PSMS, malam hari di Omerta Shop, Jalan KH Wahid Hasyim Medan, Jumat (19/7) malam. Pada Sabtu (20/7) pagi pengambilan gambar dilanjutkan di Stadion Teladan Medan.
Kiper PSMS LI, Irwin Ramadhana membenarkan jika pihak Al Jazeera telah menemui dirinya beserta rekanrekannya.
“Ya memang mereka menanyakan masalah gaji kepada kami. Awalnya heran juga kok bisa ada media luar negeri meliput ini,” ujarnya.
Irwin berharap dengan kepedulian media luar negeri memberi dampak positif bagi keadaan skuadnya yang memprihatinkan tanpa hak.
“Mudah-mudahan ada dampak positifnya bagi kami. Minimal ada perubahan positif untuk sepak bola negeri ini,” jelas pria berusia 33 tahun ini.
Senada, pemain senior Alamsyah Nasution juga tak menyangka keadaan timnya mendapat perhatian dari dunia internasional.
“Saya pikir ini cukup mengejutkan. Mereka yang di luar sana mau peduli dengan memberitakan keadaan kita. Harusnya PSSI juga malu dengan keadaan ini,” pungkasnya. (don)
Sutradara Nasional Tak Tertarik
SELAIN dua reporter Al Jazeera tadi, Andi Bachtiar Yusuf, pria yang dikenal sebagai sutradara film dan pengamat sepak bola nasional ini juga turut mendampingi tim Al Jazeera.
Kali ini kedatangan Andi bukan untuk membuat film bertema sepak bola seperti yang biasa diproduksinya. Seperti Romeo dan Juliet dan yang teranyar “Hari Ini Pasti Menang”.
“Enggak saya cuma mendampingi mereka yang dari Al Jazeera. Rujukannya memang dari APPI untuk menemui pemain seperti Alamsyah Nasution.
Niatnya juga jumpa dengan manajemennya. Tapi sepertinya sulit dihubungi,” ujarnya saat ditemui awak koran ini.
Andi yang tampak serius mengikuti turnamen di Lapangan Arhanud Baterai P itu saat diminta komentarnya soal kondisi kisruh sepak bola tanah air mengatakan sepak bola tanah air masih belum bisa menjalankan konsep profesional.
“Kalau saya bilang sih sepak bola kita belum siap untuk profesional. Persoalan gaji memang menjadi permasalahan saat ini. Tapi baru dua dan tiga tahun ini saja kan? Di luar itu juga di berbagai aspek kita belum siap. Coba siapa sih tim di sini yang punya stadion sendiri? Gak usahlah stadion, lapangan untuk tempat latihan saja punya Pemko kan,” ujarnya.
Di luar itu Andi juga melihat pembinaan usia dini yang tidak kontinue dilakukan.
“Coba lihat sekarang mana tim yang betul-betul punya akademi yang benar-benar membina pemain.
Kita gak usah bandingkan jauh-jauh dulu ke Eropa. Kita lihat saja Singapura, Malaysia atau Thailand.
Regenerasi mereka terus terjaga,” bebernya.
Lantas apakah Andi juga tertarik memfilmkan soal permasalahan gaji pemain? “Ya mungkin tidak sekarang. Mungkin tahun depan atau dua tahun lagi. Tahun ini mau garap film tema lain dulu,” pungkasnya. (don)