Benny: Belum Tentu PSMS Ikut PSSI
MEDAN- Saat terpilih di Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) PSMS 21 Oktober lalu di Hotel Santika, Benny Sihotang menegaskan sikapnya untuk membawa PSMS berkompetisi di bawah PSSI. Namun belakangan, Ketum PSMS ini meralat keputusannya dan akan membicarakan ini dengan para pengurus lainnya.
Benny beralasan ia tidak ingin “one man show”. Artinya segala keputusan tidak hanya otoritasnya. Melainkan perlu mendengar suara dari unsur pengurus lain yang saat ini masih disusunnya. Walaupun keinginannya secara pribadi masih sama untuk membawa PSMS berkompetisi sesuai jalurnya.
“Kalau saya secara pribadi tetap serius PSMS Medan di kompetisi PSSI. Tapi sebagai ketua saya juga tidak boleh memaksakan kehendak. Penentuan kompetisi itu merupakan rencana kerja. Arahnya ke mana, akan diputuskan lewat musyawarah antar pengurus, dan mungkin penentuan tersebut akan dilakukan dalam debat yang tajam,” ujar Benny.
Pada RALB itu, Benny yang spontan mengungkapkan keinginannya itu pasca terpilih mendapat protes dari Julius Raja, perwakilan dari PS Perisai Pajak yang juga duduk sebagai presidium sidang. Ia meminta Benny meralat keputusannya. Namun Benny menolak dengan alasan tidak ingin ada intervensi.
“Saya ucapkan itu karena saya mau menegaskan bawasanya sepak bola itu harus tegas. Namun bukan sebuah ketetapan,” bebernya.
Dirinya mengakui harus ada analisis mendalam dalam menentukan kebijakan berkompetisi. Baik itu sisi kebaikan maupun keburukan. “Berkompetisi di PSSI saya juga nantinya akan paparkan di mana SWOT-nya, begitu juga dengan kawan-kawan yang lain. Teman-teman akan saya minta alasannya memilih KPSI. Kekuatannya di mana. Kesempatan apa yang kita ambil. Kemudian kalau di PSSI, ancaman apa yang bakal diterima PSMS jika mengikutinya. Ini juga harus dipelajari,” jelas pria 43 tahun itu.
Di sisi lain, kendati tidak mengetahui seperti apa kepengurusan sebelumnya, Benny menegaskan, keterpurukan PSMS Medan saat ini terjadi karena kegagalan kepengurusan lama mengelola klub. “Manajemen PSMS lama gagal. Semuanya gagal, karena tidak mau turun ke bawah dan dan bekerja sama saling isi-mengisi. Dan itu yang akan kami perbaiki ke depan,” ujarnya.
Namun anehnya, ia masih akan mempertahankan 40 persen nama-nama dari pengurus lama dalam kepengurusannya nanti. “Komposisi kepengurusan nantinya diisi sekitar 60 persen wajah baru dan 40 persen pengurus PSMS yang lama. Kami masih membutuhkan mereka untuk membantu kami, terutama ketika berhubungan ke Jakarta (operator liga dan PSSI), karena orang-orang baru seperti kami masih kurang paham,” ujar Benny beralasan.
Sementara sisanya ia akan menempatkan orang-orang yang mampu mengembangkan kemampuan bisnisnya karena PSMS harus mulai terbiasa dengan sepakbola yang kini menjadi industri.
“Jadi 60 persen wajah baru akan mengisi kepengurusan PSMS yang terdiri dari orang-orang profesional di bidang tertentu, seperti pebisnis. Artinya ini industri bola yang lebih condong ke bisnis juga harus mempertimbangkan empat hal dalam menentukan kompetisi yakni Strength (kekuatan), weakness (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Thread (ancaman) atau SWOT-nya,” pungkasnya. (don)