Kalau pertanyaan ini Anda tanyakan kepada pelatih Timnas Italia di Piala Dunia 2002, Giovanni Trappatoni, maka ia akan menjawab mantab: tentu saja!
Catatan: SYAIFULLAH
Menarik benar membedah pernyataannya itu. Ketika diwawancarai Reuters atas keberhasilannya membawa Timnas Italia lolos ke babak 16 besar, Trappatoni menjawab dengan unik. Tak seperti pelatih kebanyakan yang kerap menjawab pertanyaan wartawan dengan apologi sebab akibat dan sangat taktis sekali bagaikan sebuah rumus resmi, Trappatoni saat itu menjawab bahwa Tuhan pasti menonton setiap pertandingan sepak bola. Termasuk ketika timnya mampu lolos dari lubang jarum ke babak 16 besar Piala Dunia 2002. Saat itu Italia yang tergabung dalam Grup G memang hanya butuh hasil imbang karena di saat bersamaan pesaing utama Kroasia kalah dari Ekuador.
Meski sempat tertinggal lebih dulu lewat gol striker Meksiko, Jared Borgetti di menit 34, Italia mampu membalas lewat gol Alessandro Del Piero di menit 85. Hasil ini sangat disyukurinya. Maka ia tak lupa memuji Tuhannya. “Saya melafalkan doa saya yang biasa. Keadilan dan Tuhan itu ada. Saya percaya Tuhan menonton pertandingan dan Ia akan melakukan keadilan. Kami memiliki lima atau enam peluang bagus dan salah satunya pasti berhasil berdasar keadilan itu,” beber Trappatoni kepada media usai laga.
Sebagai umat beragama, tentu saja saya yakin Tuhan maha melihat. Ia melihat apa saja di atas bumi ini, termasuk menonton pertandingan sepak bola pastinya. Namun apakah Tuhan akan bersikap netral? Atau apakah Tuhan akan memenangkan satu tim yang didukungnya?
Pertanyaan itu tak layak diperdebatkan dan direnungkan. Karena jawabannya akan menuju ke hal-hal mistis di luar akal sehat manusia. Tuhan menciptakan takdir. Tapi bukan takdir itu yang hendak dibahas di sini. Yang akan dibahas adalah keterpautan antara sepak bola dan unsur misteri itu sendiri. Unsur mistis yang dikait-kaitkan Trappatoni dalam pesta sepak bola terbesar di bumi itu.
Membawa-bawa Tuhan ke arena sepak bola tampaknya kurang etis. Karena Tuhan dibutuhkan di setiap arena kehidupan. Maka itu, keterlibatan Tuhan akan menjadi sesuatu yang gaib bin mistis. Seperti sepak bola itu sendiri: penuh misteri-seperti yang kerap diutarakan pelatih kampung: Suimin Diharja.
Bicara misteri dalam sepak bola, saya sebenarnya tak ingin terlena dan percaya. Tapi media sekelas Reuters kadang terperangkap dalam ulasan-ulasan seperti itu. Reuters kerap mencari-cari sisi unik dari pergelaran sepak bola. Tujuan utama mereka merangkai hal-hal mistis acap kali berakhir di Benua Hitam Afrika. Saban digelar Piala Afrika, Reuters akan mengirim reporter terbaiknya untuk mencari-cari unsur mistis di ajang itu.
Dan Reuters memang berhasil melaporkan hal-hal ganjil yang kerap membuat bibir ini menyungging senyum. Salah satu yang ditemukan Reuters adalah kebiasaan vodoo para dukun pembela tiap negara yang bertarung. Laporan Reuters menyebutkan praktik spiritual bersifat mistis seperti mengorbankan binatang dan mengubur beberapa bagiannya di Gurun Sahara. Banyak bubuk dan cairan aneh berbau melingkari bagian tertentu di gurun itu.
Namun Konfederasi Sepak Bola Afrika melarang para tukang sihir itu masuk stadion saat berlangsung kompetisi tertinggi di benua itu. Bahkan di ajang Piala Dunia perdukunan dan unsur mistis kerap terjadi meski dalam skala minor. Trappatoni termasuk satu yang percaya hal-hal demikian. Buktinya di Piala Dunia 2002, Trappatoni kerap melakoni ritual menciprat-cipratkan air ke bangku pemain cadangan dengan tujuan yang sulit dijelaskan. Wah.
Itu semua sekelumit kisah di pentas sepak bola dunia. Apakah di negeri sendiri hal itu ada? Jawabannya tampaknya sama.
Baru-baru ini saya mendengar kalau PSMS Medan mengalami hal sama. Saat ditahan imbang 3-3 oleh Persiba Bantul yang sekaligus menggugurkan keinginan PSMS main di ISL musim depan itu, ada pengakuan unik bahwa para pemain seperti kena gendam. Unsur mistis mulai menggeliat sehari sebelum pertandingan itu. Salah satu yang kena adalah bek PSMS, Rahmat. Menurut pengakuan Asisten Manajer, Benny Tomosoa, Rahmat tidak bisa menggerakkan badannya dan tak bisa tidur sehari sebelum pertandingan. Menurut Benny, Rahmat kerap diikuti makhluk tak berwujud dan kondisi itu mengganggu kondisi psikis dan fisiknya. Alhasil, Rahmat tak turun di partai penentuan itu.
Tapi dugaan mistis itu sempat sirna ketika akhirnya PSMS berhasil unggul 3-0 di babak pertama. Semua lena dan yakin benar bahwa ISL sudah di depan mata. Tapi apa cerita? ternyata di babak kedua unsur mistis datang lagi.
Dibilang Benny pemain semua mengaku kalau di babak kedua itu mereka seperti tertekan benar dan sulit berkonsentrasi. Bahkan ada yang mengaku mereka seperti sulit sekali menggerakkan tubuhnya. “Saya tak pernah percaya yang begini. Tapi kami mengalaminya. Tidak akan ada yang percaya seperti saya juga tak akan percaya dengan kondisi mistis seperti ini. Tapi bagi yang mengalami barulah mereka percaya bahwa unsur mistis itu sendiri sebenarnya ada dalam sepak bola,” kata Benny tak bermaksud cuci tangan atas kegagalan PSMS ke ISL musim depan. (*)