26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Gusti Randa: Menpora tak Tahu Apa-apa tentang Sepakbola

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketidakkompakan jajaran pengurus PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terus dipertontonkan di depan publik.

Sebelumnya salah satu anggota executive committee (Exco) PSSI Djmal Aziz berbeda pendapat dengan Sekjend PSSI Joko Driyono terkait ada atau tidaknya upaya hukum oleh Persik Kediri dan Persiwa Wamena yang didegradasikan lebih awal dari Indonesia Super League (ISL).

Terbaru, Djamal Aziz kembali membuka front dengan berbeda pendapat dengan salah satu anggota Tim Ad Hoc Sinergi PSSI Gusti Randa. Kejadian menggelikan itu bahkan harus terjadi saat Komisi X DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum bersama PSSI di Gedung DPR RI, kemarin (15/1).

Ketika itu, Gusti Randa melaporkan ke Komisi X DPR RI terkait awal resistensi PSSI kepada Imam Nahrawi Menteri Pemuda dan Olahraga.

“Para wakil rakyat kami hormati, mungkin Pak Ketua (Djohar,red) dan Pak Sekjend(Joko Driyono) tidak mau vulgar menyampaikan alasan mengapa hubungan antara PSSI dan Menpora menjadi renggang. Itu semua karena Menpora ikut menandatangani petisi pembekuan PSSI di salah satu acara sebuah televisi swata,” kata Gusti Randa sembari menggerak-gerakan kedua tangannya untuk meyakinkan forum.

Pria yang datang sebagai Ketua Forum Asosiasi Provinsi PSSI se Indonesia itu lantas menegaskan bahwa, apa yang dilakukan oleh menpora tersebut yang menjadi dasar utama mereka tidak lagi respek dengan Imam Nahrawi.” Kami menyimpulkan bahwa, Menpora ini tidak tahu apa-apa tentang sepakbola,” lanjutnya.

Tidak berselang setelah Gusti Randa melontarkan komentarnya tersebut, langsung dibantah oleh Djamal Aziz. Pria asal Surabaya yang duduk hanya beberapa bangku dari Gusti Randa tersebut langsung mematahkan alasan Gusti Randa.

“Jangan keliru, menpora tidak pernah menandatangani petisi, tapi hanya menerima,” ujar pria yang juga mantan Anggota DPR RI tersebut.

Mendengar bantahan Djamal tersebut, Gusti Randa hanya bis terdiam dengan wajahnya yang terlihat mulai memerah. Seperti yang diketahui, PSSI pernah dikupas tuntas di Mata Najwa di stasiun Metro TV dalam tajuk “Dagelan Sepak Bola” Desember lalu. Ketika itu, Imam Nahrawi termasuk tampil sebagai salah satu pembincara dan menerima petisi dan forum sporter seluruh Indonesia terkait pembekuan PSSI.

Terlepas dari itu, tidak ada kejutan apa-apa dari hasil pertemuan antara otoritas tertinggi sepak bola Indonesia dengan komisi yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan itu.

Apalagi, Djohar yang tampil sebagai pembicara pertama hanya bisa “memutar ulang” pidato yang pernah dia bacakan saat Kongres Tahunan PSSI, 4 Januari lalu.

Laporan Djohar yang lebih banyak memamerkan keberhasilan PSSI versi mereka tersebut langsung disanggah oleh Jefirstson R. Riwu Kore.

” Kalau itu kan hanya laporan umum, dan kami disini sudah tahu tentang itu. Jadi, tidak perlu lagi dibesar-besarkan,” ujar politisi asal fraksi Demokrat itu.

“Kami di sini hanya mau mendengar mengapa sampai menpora harus membentuk Tim Sembilan untuk mengevaluasi PSSI,” cuat Jefirstson.

Nasyrul Falah Amruh, salah satu anggota Komisi X asal Fraksi PDIP juga menyatakan bahwa, salah satu kegagalan besar PSSI yang belum terselesaikan saat ini adalah sanksi “sepak bola gajah” masih hanya menyentuh para pemain.

“Mereka (Pemain, Red) dihukum seumur hidup, padahal kita semua tahu kalau mereka hanya wayang, sementara dalangnya masih berkeliaran,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya mengatakan bahwa, mereka hanya ingin menggali informasi singkat dari PSSI sebelum menggelar rapat kerja dengan Kemenpora, Selasa (20/1) pekan depan.

“Hasil dari pertemuan ini akan menjadi bahan saat kami rapar dengan Menpora. Ada banyak masukan yang akan kami berikan ke pemerintah,” ucapnya. (dik)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketidakkompakan jajaran pengurus PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terus dipertontonkan di depan publik.

Sebelumnya salah satu anggota executive committee (Exco) PSSI Djmal Aziz berbeda pendapat dengan Sekjend PSSI Joko Driyono terkait ada atau tidaknya upaya hukum oleh Persik Kediri dan Persiwa Wamena yang didegradasikan lebih awal dari Indonesia Super League (ISL).

Terbaru, Djamal Aziz kembali membuka front dengan berbeda pendapat dengan salah satu anggota Tim Ad Hoc Sinergi PSSI Gusti Randa. Kejadian menggelikan itu bahkan harus terjadi saat Komisi X DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum bersama PSSI di Gedung DPR RI, kemarin (15/1).

Ketika itu, Gusti Randa melaporkan ke Komisi X DPR RI terkait awal resistensi PSSI kepada Imam Nahrawi Menteri Pemuda dan Olahraga.

“Para wakil rakyat kami hormati, mungkin Pak Ketua (Djohar,red) dan Pak Sekjend(Joko Driyono) tidak mau vulgar menyampaikan alasan mengapa hubungan antara PSSI dan Menpora menjadi renggang. Itu semua karena Menpora ikut menandatangani petisi pembekuan PSSI di salah satu acara sebuah televisi swata,” kata Gusti Randa sembari menggerak-gerakan kedua tangannya untuk meyakinkan forum.

Pria yang datang sebagai Ketua Forum Asosiasi Provinsi PSSI se Indonesia itu lantas menegaskan bahwa, apa yang dilakukan oleh menpora tersebut yang menjadi dasar utama mereka tidak lagi respek dengan Imam Nahrawi.” Kami menyimpulkan bahwa, Menpora ini tidak tahu apa-apa tentang sepakbola,” lanjutnya.

Tidak berselang setelah Gusti Randa melontarkan komentarnya tersebut, langsung dibantah oleh Djamal Aziz. Pria asal Surabaya yang duduk hanya beberapa bangku dari Gusti Randa tersebut langsung mematahkan alasan Gusti Randa.

“Jangan keliru, menpora tidak pernah menandatangani petisi, tapi hanya menerima,” ujar pria yang juga mantan Anggota DPR RI tersebut.

Mendengar bantahan Djamal tersebut, Gusti Randa hanya bis terdiam dengan wajahnya yang terlihat mulai memerah. Seperti yang diketahui, PSSI pernah dikupas tuntas di Mata Najwa di stasiun Metro TV dalam tajuk “Dagelan Sepak Bola” Desember lalu. Ketika itu, Imam Nahrawi termasuk tampil sebagai salah satu pembincara dan menerima petisi dan forum sporter seluruh Indonesia terkait pembekuan PSSI.

Terlepas dari itu, tidak ada kejutan apa-apa dari hasil pertemuan antara otoritas tertinggi sepak bola Indonesia dengan komisi yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan itu.

Apalagi, Djohar yang tampil sebagai pembicara pertama hanya bisa “memutar ulang” pidato yang pernah dia bacakan saat Kongres Tahunan PSSI, 4 Januari lalu.

Laporan Djohar yang lebih banyak memamerkan keberhasilan PSSI versi mereka tersebut langsung disanggah oleh Jefirstson R. Riwu Kore.

” Kalau itu kan hanya laporan umum, dan kami disini sudah tahu tentang itu. Jadi, tidak perlu lagi dibesar-besarkan,” ujar politisi asal fraksi Demokrat itu.

“Kami di sini hanya mau mendengar mengapa sampai menpora harus membentuk Tim Sembilan untuk mengevaluasi PSSI,” cuat Jefirstson.

Nasyrul Falah Amruh, salah satu anggota Komisi X asal Fraksi PDIP juga menyatakan bahwa, salah satu kegagalan besar PSSI yang belum terselesaikan saat ini adalah sanksi “sepak bola gajah” masih hanya menyentuh para pemain.

“Mereka (Pemain, Red) dihukum seumur hidup, padahal kita semua tahu kalau mereka hanya wayang, sementara dalangnya masih berkeliaran,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya mengatakan bahwa, mereka hanya ingin menggali informasi singkat dari PSSI sebelum menggelar rapat kerja dengan Kemenpora, Selasa (20/1) pekan depan.

“Hasil dari pertemuan ini akan menjadi bahan saat kami rapar dengan Menpora. Ada banyak masukan yang akan kami berikan ke pemerintah,” ucapnya. (dik)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/