32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Kwarta dan Bintang Jaya Ramaikan Derby

SEPAKBOLA Sumut saat ini dinilai dalam periode kelam dengan terpuruknya PSMS Medan dan turun kastanya PSDS ke Divisi II. Namun pepatah mati satu tumbuh seribu kini berlaku. Persatuan Sepak Bola Kwarta Deliserdang dan Bintang Jaya Asahan kini ikut meramaikan derby di Sumut pada jejak perdananya di pentas sepak bola profesional.

Kwarta dan Bintang Jaya Asahan  sejak Oktober lalu dipastikan naik kasta ke  Divisi Utama musim depan. Bintang Jaya memuncaki klasemen grup di babak kedua Divisi I PSSI di Kisaran pada September 2013. Sementara Kwarta menjadi runner up grup. Lolos ke delapan besar sudah cukup untuk memastikan tiket promosi.

Namun Kwarta tak puas sekedar lolos. Tim besutan Lilik Suheri itu  melakukannya dengan gaya. Usai revans atas Bintang Jaya, mereka memastikan gelar juara Divisi I PSSI usai mengandaskan Persinga Ngawi di final November lalu. Meski di level amatir namun Kwarta mampu sedikit memercikkan air di tengah dahaga prestasi sepak bola Sumut.

Kwarta yang merupakan singkatan dari Jalan Kenari-Waringin-Tanjung, tempat ngumpul para pendiri yang tak lain para eks pemain PSMS dan PSDS punya kisah berliku menuju Divisi Utama.

Klub yang dipimpin Achmad Adrian Gho merupakan klub yang membina dan menjual pemain ke klub lain memang mulai serius mempersiapkan diri untuk meninggalkan level amatir sejak klub promosi dari Divisi II tahun 2012.

Hebatnya lagi Kwarta mencapai level profesionalnya dengan dana yang tidak mewah. Manajer tim, Arief Fadillah mengungkapkan manajemen hanya menggelontorkan dana Rp 500 juta dari awal.  “Sementara tim-tim lain mengeluarkan biaya Rp 2-3 Miliar. Karena memang mereka membentuk tim yang instan. Sedangkan kami murni pembinaan,” beber Arief yang merupakan agen resmi FIFA.

Bintang Jaya Asahan sendiri tak kalah sensasional.  binaan  H. Erwis Fauza Lubis sendiri juga mengandalkan pemain muda. Di babak delapan besar mereka menggunakan dominasi tenaga eks pemain PON Sumut seperti Hardiantono, Aidun Sastra, M.Irfan dan berbaur dengan pemain asal daerah Kisaran. Klub yang baru berdiri tiga tahun hanya memiliki dana Rp2 Miliyar untuk mengikuti kompetisi ini.

Owner PS Bintang Jaya, Erwis Edi Pauja Lubis mengaku, untuk mengikuti kompetisi divisi utama musim depan belum ada persiapan yang fokus. Pasalnya, pihak manajemen akan merencanakan latihan awal Januari mendatang dan membuka seleksi terbuka dan tertutup untuk mencari pemain. “Karena, kami fokus pada pencarian sponsor untuk mengikuti divisi utama ini,”ungkapnya. (*)

SEPAKBOLA Sumut saat ini dinilai dalam periode kelam dengan terpuruknya PSMS Medan dan turun kastanya PSDS ke Divisi II. Namun pepatah mati satu tumbuh seribu kini berlaku. Persatuan Sepak Bola Kwarta Deliserdang dan Bintang Jaya Asahan kini ikut meramaikan derby di Sumut pada jejak perdananya di pentas sepak bola profesional.

Kwarta dan Bintang Jaya Asahan  sejak Oktober lalu dipastikan naik kasta ke  Divisi Utama musim depan. Bintang Jaya memuncaki klasemen grup di babak kedua Divisi I PSSI di Kisaran pada September 2013. Sementara Kwarta menjadi runner up grup. Lolos ke delapan besar sudah cukup untuk memastikan tiket promosi.

Namun Kwarta tak puas sekedar lolos. Tim besutan Lilik Suheri itu  melakukannya dengan gaya. Usai revans atas Bintang Jaya, mereka memastikan gelar juara Divisi I PSSI usai mengandaskan Persinga Ngawi di final November lalu. Meski di level amatir namun Kwarta mampu sedikit memercikkan air di tengah dahaga prestasi sepak bola Sumut.

Kwarta yang merupakan singkatan dari Jalan Kenari-Waringin-Tanjung, tempat ngumpul para pendiri yang tak lain para eks pemain PSMS dan PSDS punya kisah berliku menuju Divisi Utama.

Klub yang dipimpin Achmad Adrian Gho merupakan klub yang membina dan menjual pemain ke klub lain memang mulai serius mempersiapkan diri untuk meninggalkan level amatir sejak klub promosi dari Divisi II tahun 2012.

Hebatnya lagi Kwarta mencapai level profesionalnya dengan dana yang tidak mewah. Manajer tim, Arief Fadillah mengungkapkan manajemen hanya menggelontorkan dana Rp 500 juta dari awal.  “Sementara tim-tim lain mengeluarkan biaya Rp 2-3 Miliar. Karena memang mereka membentuk tim yang instan. Sedangkan kami murni pembinaan,” beber Arief yang merupakan agen resmi FIFA.

Bintang Jaya Asahan sendiri tak kalah sensasional.  binaan  H. Erwis Fauza Lubis sendiri juga mengandalkan pemain muda. Di babak delapan besar mereka menggunakan dominasi tenaga eks pemain PON Sumut seperti Hardiantono, Aidun Sastra, M.Irfan dan berbaur dengan pemain asal daerah Kisaran. Klub yang baru berdiri tiga tahun hanya memiliki dana Rp2 Miliyar untuk mengikuti kompetisi ini.

Owner PS Bintang Jaya, Erwis Edi Pauja Lubis mengaku, untuk mengikuti kompetisi divisi utama musim depan belum ada persiapan yang fokus. Pasalnya, pihak manajemen akan merencanakan latihan awal Januari mendatang dan membuka seleksi terbuka dan tertutup untuk mencari pemain. “Karena, kami fokus pada pencarian sponsor untuk mengikuti divisi utama ini,”ungkapnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/