26.7 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Benny Isyaratkan Mundur

Soal Gaji, Manajemen PSMS Masih Adem Ayem

MEDAN- Kompetisi ISL 2011/2012 telah tuntas sejak 11 Juli lalu. Lebih dua pekan berlalu, namun tak juga ada kejelasan soal gaji pemain beberapa hari ke depan mencapai enam bulan (27 Juli nanti, Red). Tak ada kabar dari manajemen, dengan suasana adem ayem yang semakin membuat pemain mengerenyitkan kening. Keresahan tak mendapat jawaban sesuai harapan.

Manajemen yang belakangan bungkam baik CEO PSMS, Idris maupun Manajer Benny Tomasoa kini mulai kembali bersuara. Tapi bukan solusi. Masih juga nada ketidaktahuan. Benny masih mengangkat bahu soal kepastian gaji.
“Susah, kami mau jawab apa. Kasihan anak-anak, tapi secepatnya saya tanyakan ke Pak Idris (CE0 PSMS) soal perkembangannya,” ujarnya kemarin.

Tudingan terhadap manajemen musim ini tak lain adalah kegagalan. Peraturan tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengharuskan PSMS mandiri. Nyatanya manajemen hanya berharap pada PT Liga Indonesia maupun Bakrie Sumatera Plantation sebagai sponsorship tunggal. Akibatnya, ketika kucuran dana tak mengalir mulus, manajemen kelimpungan. Gaji tertunggak dan sisa DP 10 persen yang masih kabur menjadi fakta tak terbantahkan.

Toh, Benny bersikeras musim ini pihaknya sudah all out. “Jangan saling tuding dan menyalahkan saja. Lihat juga, kami yang di tim, pontang panting cari uang untuk membiayai klub. Ini kan musim pertama bagi PSMS tidak menggunakan dana APBD. Jadi, orang-orang yang selama ini bicara PSMS jangan banyak cerita. Membeli air mineral untuk PSMS saja mereka tak pernah,” jelasnya.

Nyatanya, tim yang awalnya cukup stabil punya kans besar untuk bertahan di ISL malah tergelincir karena kehilangan motivasi. Di saat-saat krusial, Suharto dan tim pelatih lain seperti berjuang sendirian mengangkat moral tim yang jelas-jelas ambruk. Degradasi menjadi hukuman terpahit.

“Kalau masalah capaian, ya semua orang pasti kecewa. Ya kita mau bilang apa lagi. Kita tidak mau salahkan siapa-siapa? Semuanya pemain pelatih dan pengurus sudah berjuang dengan apa yang kami punya ini sepak bola ada kalah dan ada menang,” kilahnya.

Benny yang sudah berkiprah di tiga musim di jajaran elit manajemen PSMS pun mengisyaratkan mundur. Dua musim sebelumnya ia menjabat asisten manajer. Musim lalu pasca PSMS gagal di babak Delapan Besar (sebelum akhirnya mendapat tiket gratis ke ISL, Red), Benny juga berkomitmen mundur. Nyatanya Benny menarik kembali ucapannya dan menerima jabatan manajer saat PSMS mendapat kesempatan ke ISL karena dualisme kompetisi yang terjadi.

“Kalau musim depan, saya tidak di manajemen lagi ya tidak apa. Saya bukan cari makan di PSMS. Sejak remaja saya sudah main di PSMS. Jadi saya ikut PSMS, karena merasa dibesarkan di PSMS. Kalaupun, besok tidak di PSMS, tidak ada masalah,” pungkasnya.(mag-18)

Soal Gaji, Manajemen PSMS Masih Adem Ayem

MEDAN- Kompetisi ISL 2011/2012 telah tuntas sejak 11 Juli lalu. Lebih dua pekan berlalu, namun tak juga ada kejelasan soal gaji pemain beberapa hari ke depan mencapai enam bulan (27 Juli nanti, Red). Tak ada kabar dari manajemen, dengan suasana adem ayem yang semakin membuat pemain mengerenyitkan kening. Keresahan tak mendapat jawaban sesuai harapan.

Manajemen yang belakangan bungkam baik CEO PSMS, Idris maupun Manajer Benny Tomasoa kini mulai kembali bersuara. Tapi bukan solusi. Masih juga nada ketidaktahuan. Benny masih mengangkat bahu soal kepastian gaji.
“Susah, kami mau jawab apa. Kasihan anak-anak, tapi secepatnya saya tanyakan ke Pak Idris (CE0 PSMS) soal perkembangannya,” ujarnya kemarin.

Tudingan terhadap manajemen musim ini tak lain adalah kegagalan. Peraturan tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengharuskan PSMS mandiri. Nyatanya manajemen hanya berharap pada PT Liga Indonesia maupun Bakrie Sumatera Plantation sebagai sponsorship tunggal. Akibatnya, ketika kucuran dana tak mengalir mulus, manajemen kelimpungan. Gaji tertunggak dan sisa DP 10 persen yang masih kabur menjadi fakta tak terbantahkan.

Toh, Benny bersikeras musim ini pihaknya sudah all out. “Jangan saling tuding dan menyalahkan saja. Lihat juga, kami yang di tim, pontang panting cari uang untuk membiayai klub. Ini kan musim pertama bagi PSMS tidak menggunakan dana APBD. Jadi, orang-orang yang selama ini bicara PSMS jangan banyak cerita. Membeli air mineral untuk PSMS saja mereka tak pernah,” jelasnya.

Nyatanya, tim yang awalnya cukup stabil punya kans besar untuk bertahan di ISL malah tergelincir karena kehilangan motivasi. Di saat-saat krusial, Suharto dan tim pelatih lain seperti berjuang sendirian mengangkat moral tim yang jelas-jelas ambruk. Degradasi menjadi hukuman terpahit.

“Kalau masalah capaian, ya semua orang pasti kecewa. Ya kita mau bilang apa lagi. Kita tidak mau salahkan siapa-siapa? Semuanya pemain pelatih dan pengurus sudah berjuang dengan apa yang kami punya ini sepak bola ada kalah dan ada menang,” kilahnya.

Benny yang sudah berkiprah di tiga musim di jajaran elit manajemen PSMS pun mengisyaratkan mundur. Dua musim sebelumnya ia menjabat asisten manajer. Musim lalu pasca PSMS gagal di babak Delapan Besar (sebelum akhirnya mendapat tiket gratis ke ISL, Red), Benny juga berkomitmen mundur. Nyatanya Benny menarik kembali ucapannya dan menerima jabatan manajer saat PSMS mendapat kesempatan ke ISL karena dualisme kompetisi yang terjadi.

“Kalau musim depan, saya tidak di manajemen lagi ya tidak apa. Saya bukan cari makan di PSMS. Sejak remaja saya sudah main di PSMS. Jadi saya ikut PSMS, karena merasa dibesarkan di PSMS. Kalaupun, besok tidak di PSMS, tidak ada masalah,” pungkasnya.(mag-18)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/