25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Resta Grande Partita

Milan vs Inter

PANITIA pelaksana partai derby AC Milan kontra Inter Milan di San Siro mencatat penjualan tiket laku hanya 55.000 (3/10). Padahal pada partai yang sama musim lalu, panitia mampu menjual hingga 79.612 tiket. Musim sebelumnya lagi bahkan tembus 80.018 tiket.

Menurut analisis pundit sepak bola Italia, fans kedua tim sudah malas datang ke stadion. Lebih baik nonton di TV dari rumah. Sebab? Tentu saja prestasi yang terus merosot. Judge fans bagi tim-tim kesayangannya di Italia memang lebih kejam di banding fans di Liga Inggris, Jerman dan La Liga. Di Italia, jika satu klub gagal menang dalam beberapa partai saja, maka fanatisme demikian mudah pudar.

Bandingkan dengan fans Liverpool. Walau badai datang menghadang, prestasi sudah usang, kerap kalah di kandang, tapi Liverpudlian tetap datang ke Anfield. Menyanyikan You Never Walk Alone tanpa henti. Memberi tepuk tangan walau 90 menit laga berakhir kekalahan. Fanatisme mereka tak tergantikan.

Di Italia kondisinya berbeda. Sudah membayar mahal untuk harga tiket masuk, lalu pada akhirnya menyaksikan timnya kalah adalah sebuah keanehan. Begitu juga yang kini sedang terjadi pada Duo Milan.
Menurut laporan Gazzetta dello Sport, kondisi malasnya fans datang ke stadion disebabkan penampilan jeblok Milan musim ini. Sejak awal fans Rossoneri memang sudah patah hati pasca hengkangnya bintang-bintang mereka. Zlatan Ibrahimovic yang kerap dielu-elukan pun akhirnya dilepas. Itulah puncak kemarahan fans kepada manajemen Milan. Lebih dari itu, pengganti sepadan tak kunjung datang ke San Siro.

Wakil presiden Milan, Adriano Galliani buru-buru merangkul fans agar bersabar. Menurutnya sepak bola adalah soal siklus. Saat ini Milan di bawah bukan tak mungkin esok kembali ke puncak popularitasnya. Masalahnya fans tak punya kesabaran melebihi batas.

Jadi, inikah akhir dari Derby della Manonnina yang mendunia itu? Tentu saja tidak. Milan versus Inter adalah Resta Grande Partita: Tetap pertandingan besar. Tetap great game. Pertandingan yang menghasilkan perang urat syaraf. Pertandingan yang tak sungkan mengurai air mata. Pertandingan sekota paling tenar sedunia.

Well, urusan non teknis itu hanya berlaku bagi yang berkepentingan secara bisnis. Secara teknis tim, kedua pelatih sudah siap memberikan tontonan terbaik. Duel ini sudah disiapkan jauh hari. Bagi arsitek tuan rumah, Masimmo Allegri, beberapa kejutan sudah disiapkan.

Mental Abbiati dkk sedang meninggi. Bisa menang di kandang Zenit di Liga Champions mempengaruhi kesiapan untuk derby ini. Kebangkitan Milan sudah seharusnya digeber pasca derby.
“Derby ini bisa jadi tonggak kebangkitan kami secara performa dan hasil akhir,” beber Luca Antonini, bek Milan di  Milan Channel.

Dari strategi, Allegri ingin mencoba memainkan tiga gelandang tengah pada laga ini. Kekuatan lini tengah diharapkan mampu menyeimbangkan penampilan timnya dalam menyerang dan bertahan. Selama ini Milan memang kesulitan mempertahankan keunggulan, atau malah mengejar ketertinggalan. “Mungkin aku harus menurunkan tiga gelandang sentral,” kata Allegri di Football Italia.
Dari kubu lawan, Inter malah terlihat lebih baik musim ini. Musim ini Inter  sukses memenangi semua laga tandangnya.  Tapi di kandang performa bisa mendadak turun drastis. Dan kandangnya ya di San Siro juga hanya beda sebutan. (*)

Milan vs Inter

PANITIA pelaksana partai derby AC Milan kontra Inter Milan di San Siro mencatat penjualan tiket laku hanya 55.000 (3/10). Padahal pada partai yang sama musim lalu, panitia mampu menjual hingga 79.612 tiket. Musim sebelumnya lagi bahkan tembus 80.018 tiket.

Menurut analisis pundit sepak bola Italia, fans kedua tim sudah malas datang ke stadion. Lebih baik nonton di TV dari rumah. Sebab? Tentu saja prestasi yang terus merosot. Judge fans bagi tim-tim kesayangannya di Italia memang lebih kejam di banding fans di Liga Inggris, Jerman dan La Liga. Di Italia, jika satu klub gagal menang dalam beberapa partai saja, maka fanatisme demikian mudah pudar.

Bandingkan dengan fans Liverpool. Walau badai datang menghadang, prestasi sudah usang, kerap kalah di kandang, tapi Liverpudlian tetap datang ke Anfield. Menyanyikan You Never Walk Alone tanpa henti. Memberi tepuk tangan walau 90 menit laga berakhir kekalahan. Fanatisme mereka tak tergantikan.

Di Italia kondisinya berbeda. Sudah membayar mahal untuk harga tiket masuk, lalu pada akhirnya menyaksikan timnya kalah adalah sebuah keanehan. Begitu juga yang kini sedang terjadi pada Duo Milan.
Menurut laporan Gazzetta dello Sport, kondisi malasnya fans datang ke stadion disebabkan penampilan jeblok Milan musim ini. Sejak awal fans Rossoneri memang sudah patah hati pasca hengkangnya bintang-bintang mereka. Zlatan Ibrahimovic yang kerap dielu-elukan pun akhirnya dilepas. Itulah puncak kemarahan fans kepada manajemen Milan. Lebih dari itu, pengganti sepadan tak kunjung datang ke San Siro.

Wakil presiden Milan, Adriano Galliani buru-buru merangkul fans agar bersabar. Menurutnya sepak bola adalah soal siklus. Saat ini Milan di bawah bukan tak mungkin esok kembali ke puncak popularitasnya. Masalahnya fans tak punya kesabaran melebihi batas.

Jadi, inikah akhir dari Derby della Manonnina yang mendunia itu? Tentu saja tidak. Milan versus Inter adalah Resta Grande Partita: Tetap pertandingan besar. Tetap great game. Pertandingan yang menghasilkan perang urat syaraf. Pertandingan yang tak sungkan mengurai air mata. Pertandingan sekota paling tenar sedunia.

Well, urusan non teknis itu hanya berlaku bagi yang berkepentingan secara bisnis. Secara teknis tim, kedua pelatih sudah siap memberikan tontonan terbaik. Duel ini sudah disiapkan jauh hari. Bagi arsitek tuan rumah, Masimmo Allegri, beberapa kejutan sudah disiapkan.

Mental Abbiati dkk sedang meninggi. Bisa menang di kandang Zenit di Liga Champions mempengaruhi kesiapan untuk derby ini. Kebangkitan Milan sudah seharusnya digeber pasca derby.
“Derby ini bisa jadi tonggak kebangkitan kami secara performa dan hasil akhir,” beber Luca Antonini, bek Milan di  Milan Channel.

Dari strategi, Allegri ingin mencoba memainkan tiga gelandang tengah pada laga ini. Kekuatan lini tengah diharapkan mampu menyeimbangkan penampilan timnya dalam menyerang dan bertahan. Selama ini Milan memang kesulitan mempertahankan keunggulan, atau malah mengejar ketertinggalan. “Mungkin aku harus menurunkan tiga gelandang sentral,” kata Allegri di Football Italia.
Dari kubu lawan, Inter malah terlihat lebih baik musim ini. Musim ini Inter  sukses memenangi semua laga tandangnya.  Tapi di kandang performa bisa mendadak turun drastis. Dan kandangnya ya di San Siro juga hanya beda sebutan. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/