26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tinggalkan Tanah Leluhur demi Trofi

Sepak bola tanpa batas. Itulah slogan yang didengungkan UEFA (Federasi Sepak Bola Eropa) sejak Piala Eropa 2000. Lewat slogan tersebut, seolah tidak ada lagi batas teritorial di sepak bola.

SO, jangan kaget jika timnas Italia tiba-tiba memiliki pemain berkulit hitam legam. Jangan heran jika nama-nama berbau Afrika dan Timur Tengah menghiasi skuad Prancis dan Jerman. Juga bukan hal yang baru jika ada pemain dari Amerika Selatan yang menghuni skuad Portugal.

Semua itu merupakan konsekuensi dari globalisasi di lapangan hijau. Imbasnya, pentas Piala Eropa menjadi lebih berwarna karena munculnya wajah-wajah non Eropa. Jerman yang tidak pernah meraih gelar internasional sejak Euro 1996 menempuh cara instan dengan ”menyulap” pemain berdarah Ghana Gerarld Asamoah menjadi anggota skuad Der Panzer, julukan timnas Jerman, pada 2001. Kevin Kuranyi yang berdarah Brazil juga diboyong ke timnas Jerman.

Nah, Jerman masih tetap multinasional di Euro 2008. Sebab, selain pemain-pemain berdarah Polandia, mereka memiliki pemain berdarah Tunisia, yakni Sami Khedira. Ya, meski lahir di Stuttgart, orang tua Khedira berasal dari Tunisia. Khedira ternyata memang lebih memilih tanah kelahirannya ketimbang negeri leluhurnya untuk urusan sepak bola.

Serbuan pemain-pemain nonpribumi juga melanda Italia. Pasca kegagalan di Piala Dunia 2010, pelatih baru Italia Cesare Prandelli langsung membuat terobosan yang mengejutkan. Dia membuka pintu seluas-luasnya untuk proses naturalisasi pemain. So, pemain-pemain Amerika Selatan, seperti Carvalho Amauri, Christian Ledesma, dan Thiago Motta, resmi menjadi bagian dari skuad Gli Azzurri, julukan timnas Italia, sejak
2011. Italia juga mulai rutin memanfaatkan tenaga Mario Balotelli, pemain berdarah Ghana, tetapi besar di Italia. Motta dan Balotelli kini bahkan menjadi pilar utama Italia di Euro 2012.

Soal keputusannya menaturalisasi Motta dan sejumlah pemain non Italia lainnya, Prandelli dengan tegas menyebut faktor prestasi. Dia menilai di beberapa posisi, Italia masih kekurangan stok pemain berkualitas.

”Lagi pula, FIFA sudah menyetujui permintaan Motta untuk membela Italia,” kata Prandelli saat memberi Motta kesempatan melakukan debut bersama Gli Azzurri tahun lalu.

Alasan prestasi pula yang melatarbelakangi Portugal dan Kroasia merekrut pemain berdarah Brazil. Portugal nyaris sukses bersama Deco di Euro 2004. Ketika itu, Deco dan timnas Portugal berhasil mencapai final sebelum akhirnya dikalahkan Yunani. Kiprah Deco kini diteruskan Pepe. Seperti Deco, Pepe memilih Portugal sebagai Negara yang dia bela di pentas sepak bola internasional karena tidak mendapat tempat di tanah kelahirannya.

Pepe mengakui, di Brazil tidak banyak orang yang mengenal dirinya. Itu sebabnya, di usia yang masih relatif muda, 18 tahun, dia memilih merantau ke Eropa.

Portugal menjadi negara tujuan karena kesamaan kultur dan bahasa. (c6/bas/jpnn)

Bersaudara, tapi Beda Negara

BANYAKNYA pemain non Eropa yang bermain di negara Eropa memunculkan fenomena unik. Ada beberapa pemain bersaudara yang harus bentrok dengan dua kostum berbeda. Fenomena itu terjadi pada Boateng bersaudara dan Mandanda bersaudara. Duel Boateng bersaudara menyita perhatian ketika mereka bentrok di Piala Dunia 2010. Jerome Boateng yang saat ini tercatat sebagai anggota skuad Jerman di Euro 2012 bertemu dengan kakaknya, Kevin-Prince Boateng, yang membela tanah kelahirannya, Ghana. Sebetulnya Boateng bersaudara itu sama-sama lahir di Berlin, Jerman. Tetapi, mereka memilih jalur berbeda saat menentukan tim nasionalnya. Kevin memperkuat negara asal sang ayah, yakni Ghana.

Sebaliknya, Jerome memutuskan untuk membela tanah kelahiran ibunya, Jerman. Nah, insiden di final Piala FA pada Mei 2010 ikut memanaskan atmosfer bentrok Boa teng bersaudara. Saat itu Kevin yang masih membela Portsmouth melakukan pelanggaran keras terhadap Michael Ballack. Jerome ternyata larut dalam emosi publik Jerman yang kesal lantaran Ballack harus absen di Piala Dunia 2010.  Selain Boateng bersaudara, pertemuan Mandanda bersaudara menjadi ulasan menarik media-media dunia. Yakni, ketika Republik Demokrasi Kongo bertemu timnas Prancis B di laga uji coba pada 5 Februari 2008. Parfait Mandanda saat itu tampil sebagai kipper Kongo. Sementara itu, Steve Mandanda yang merupakan kakak kandungnya mengawal mistar gawang Prancis. (c7/bas/jpnn)

Sepak bola tanpa batas. Itulah slogan yang didengungkan UEFA (Federasi Sepak Bola Eropa) sejak Piala Eropa 2000. Lewat slogan tersebut, seolah tidak ada lagi batas teritorial di sepak bola.

SO, jangan kaget jika timnas Italia tiba-tiba memiliki pemain berkulit hitam legam. Jangan heran jika nama-nama berbau Afrika dan Timur Tengah menghiasi skuad Prancis dan Jerman. Juga bukan hal yang baru jika ada pemain dari Amerika Selatan yang menghuni skuad Portugal.

Semua itu merupakan konsekuensi dari globalisasi di lapangan hijau. Imbasnya, pentas Piala Eropa menjadi lebih berwarna karena munculnya wajah-wajah non Eropa. Jerman yang tidak pernah meraih gelar internasional sejak Euro 1996 menempuh cara instan dengan ”menyulap” pemain berdarah Ghana Gerarld Asamoah menjadi anggota skuad Der Panzer, julukan timnas Jerman, pada 2001. Kevin Kuranyi yang berdarah Brazil juga diboyong ke timnas Jerman.

Nah, Jerman masih tetap multinasional di Euro 2008. Sebab, selain pemain-pemain berdarah Polandia, mereka memiliki pemain berdarah Tunisia, yakni Sami Khedira. Ya, meski lahir di Stuttgart, orang tua Khedira berasal dari Tunisia. Khedira ternyata memang lebih memilih tanah kelahirannya ketimbang negeri leluhurnya untuk urusan sepak bola.

Serbuan pemain-pemain nonpribumi juga melanda Italia. Pasca kegagalan di Piala Dunia 2010, pelatih baru Italia Cesare Prandelli langsung membuat terobosan yang mengejutkan. Dia membuka pintu seluas-luasnya untuk proses naturalisasi pemain. So, pemain-pemain Amerika Selatan, seperti Carvalho Amauri, Christian Ledesma, dan Thiago Motta, resmi menjadi bagian dari skuad Gli Azzurri, julukan timnas Italia, sejak
2011. Italia juga mulai rutin memanfaatkan tenaga Mario Balotelli, pemain berdarah Ghana, tetapi besar di Italia. Motta dan Balotelli kini bahkan menjadi pilar utama Italia di Euro 2012.

Soal keputusannya menaturalisasi Motta dan sejumlah pemain non Italia lainnya, Prandelli dengan tegas menyebut faktor prestasi. Dia menilai di beberapa posisi, Italia masih kekurangan stok pemain berkualitas.

”Lagi pula, FIFA sudah menyetujui permintaan Motta untuk membela Italia,” kata Prandelli saat memberi Motta kesempatan melakukan debut bersama Gli Azzurri tahun lalu.

Alasan prestasi pula yang melatarbelakangi Portugal dan Kroasia merekrut pemain berdarah Brazil. Portugal nyaris sukses bersama Deco di Euro 2004. Ketika itu, Deco dan timnas Portugal berhasil mencapai final sebelum akhirnya dikalahkan Yunani. Kiprah Deco kini diteruskan Pepe. Seperti Deco, Pepe memilih Portugal sebagai Negara yang dia bela di pentas sepak bola internasional karena tidak mendapat tempat di tanah kelahirannya.

Pepe mengakui, di Brazil tidak banyak orang yang mengenal dirinya. Itu sebabnya, di usia yang masih relatif muda, 18 tahun, dia memilih merantau ke Eropa.

Portugal menjadi negara tujuan karena kesamaan kultur dan bahasa. (c6/bas/jpnn)

Bersaudara, tapi Beda Negara

BANYAKNYA pemain non Eropa yang bermain di negara Eropa memunculkan fenomena unik. Ada beberapa pemain bersaudara yang harus bentrok dengan dua kostum berbeda. Fenomena itu terjadi pada Boateng bersaudara dan Mandanda bersaudara. Duel Boateng bersaudara menyita perhatian ketika mereka bentrok di Piala Dunia 2010. Jerome Boateng yang saat ini tercatat sebagai anggota skuad Jerman di Euro 2012 bertemu dengan kakaknya, Kevin-Prince Boateng, yang membela tanah kelahirannya, Ghana. Sebetulnya Boateng bersaudara itu sama-sama lahir di Berlin, Jerman. Tetapi, mereka memilih jalur berbeda saat menentukan tim nasionalnya. Kevin memperkuat negara asal sang ayah, yakni Ghana.

Sebaliknya, Jerome memutuskan untuk membela tanah kelahiran ibunya, Jerman. Nah, insiden di final Piala FA pada Mei 2010 ikut memanaskan atmosfer bentrok Boa teng bersaudara. Saat itu Kevin yang masih membela Portsmouth melakukan pelanggaran keras terhadap Michael Ballack. Jerome ternyata larut dalam emosi publik Jerman yang kesal lantaran Ballack harus absen di Piala Dunia 2010.  Selain Boateng bersaudara, pertemuan Mandanda bersaudara menjadi ulasan menarik media-media dunia. Yakni, ketika Republik Demokrasi Kongo bertemu timnas Prancis B di laga uji coba pada 5 Februari 2008. Parfait Mandanda saat itu tampil sebagai kipper Kongo. Sementara itu, Steve Mandanda yang merupakan kakak kandungnya mengawal mistar gawang Prancis. (c7/bas/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/