30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Blatter Terancam Skandal Suap Antarpejabat FIFA

ZURICH – Skandal suap yang melibatkan mantan presiden FIFaA Joao Havelange dan mantan presiden CBF (asosiasi sepak bola Brasil) Ricardo Teixiera, menyeret-nyeret nama presiden FIFA Sepp Blatter. Sejumlah pihak menuding Blatter tahu skandal yang melibatkan dua pejabat asal Brasil itu.  Namun, Blatter sengaja mendiamkan.

Untuk diketahui, Havelange dan menantunya Teixiera disebut terlibat skandal suap.  Keduanya menerima sogokan dari International Sport and Leisure (ISL), rekanan FIFA. ISL merupakan rekanan yang memegang tender penyiaran Piala Dunia di seluruh dunia.

Berdasarkan dokumen pengadilan yang dirilis, Havelange dilaporkan menerima suap dengan nilai 1,64 juta pounds atau setara Rp23,8 miliar. Sedangkan Teixiera mendapat sogokan senilai 12,7 juta pounds atau setara Rp190 miliar.

Teixiera yang disebut-sebut paling berperan.  Ketika itu, dia menjabat sebagai anggota komite eksekutif FIFA pada durasi 1992-1997.  Nah, FIFA secara mengejutkan, menerbitkan dokumen pengadilan yang membeberkan secara rinci keterlibatan kedua orang itu.

ISL sendiri didirikan pada 1970 dan menjadi alat pemasaran olahraga.  Selain FIFA, mereka juga bekerja sama dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Lalu, ISL bangkrut pada 2001 dengan utang menumpuk hingga 153 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Masalahnya, FIFA diklaim mengetahui kasus itu.  Namun, mereka hanya mendiamkan saja. Karena itu, setelah namanya terus disebut, Blatter pun angkat suara. Tapi, pernyataan yang dilontarkan pria asal Swiss itu menunjukkan sikap kalau dia memilih cuci tangan dari kasus tersebut.
“Saya sama sekali tidak tahu kasus itu hingga kejatuhan ISL pada 2001. Justru FIFA yang kemudian melaporkan ini dan mengawali penyelidikan ISL ini,” terang Blatter kepada SonntagsBlick seperti dilansir Associated Press.

Memang, berdasarkan rilis pengadilan, tidak ada warga Swiss atau pejabat dari Swiss yang terlibat masalah itu. Yang terlibat adalah dua warga asing, yakni Havelange dan Teixiera. Teixiera sendiri baru saja mundur dari jabatan presiden CBF setelah rentetan tuduhan korupsi.

Di sisi lain, Blatter mengaku senang karena berkas pengadilan itu dirilis. Sebab, dengan begitu, publik bisa mengetahui bahwa dirinya tidak terlibat dalam skandal suap itu. Hanya, sekarang yang menjadi masalah adalah komentar lain Blatter di situs resmi FIFA.

Dia pernah menyatakan bahwa tidak bisa memberikan standar yang sama atas kasus suap itu. “Dulu, adalah hal biasa ada pembayaran seperti itu, bahkan bisa dikurangi dari pembayaran pajak. Sekarang bisa dihukum, jadi saya pikir tidak bisa pakai standar yang sama atas kejadian di masa lalu,” kata Blatter.
Namun, dia menolak anggapan bahwa pernyataan itu berarti dia mendukung suap yang dilakukan Havelange dan Teixiera. “Bagi saya, suap tak bisa diterima dan saya tak mendukung dan tak mencoba membenarkan penyogokan,” ketus Blatter. (ham/jpnn)

ZURICH – Skandal suap yang melibatkan mantan presiden FIFaA Joao Havelange dan mantan presiden CBF (asosiasi sepak bola Brasil) Ricardo Teixiera, menyeret-nyeret nama presiden FIFA Sepp Blatter. Sejumlah pihak menuding Blatter tahu skandal yang melibatkan dua pejabat asal Brasil itu.  Namun, Blatter sengaja mendiamkan.

Untuk diketahui, Havelange dan menantunya Teixiera disebut terlibat skandal suap.  Keduanya menerima sogokan dari International Sport and Leisure (ISL), rekanan FIFA. ISL merupakan rekanan yang memegang tender penyiaran Piala Dunia di seluruh dunia.

Berdasarkan dokumen pengadilan yang dirilis, Havelange dilaporkan menerima suap dengan nilai 1,64 juta pounds atau setara Rp23,8 miliar. Sedangkan Teixiera mendapat sogokan senilai 12,7 juta pounds atau setara Rp190 miliar.

Teixiera yang disebut-sebut paling berperan.  Ketika itu, dia menjabat sebagai anggota komite eksekutif FIFA pada durasi 1992-1997.  Nah, FIFA secara mengejutkan, menerbitkan dokumen pengadilan yang membeberkan secara rinci keterlibatan kedua orang itu.

ISL sendiri didirikan pada 1970 dan menjadi alat pemasaran olahraga.  Selain FIFA, mereka juga bekerja sama dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Lalu, ISL bangkrut pada 2001 dengan utang menumpuk hingga 153 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Masalahnya, FIFA diklaim mengetahui kasus itu.  Namun, mereka hanya mendiamkan saja. Karena itu, setelah namanya terus disebut, Blatter pun angkat suara. Tapi, pernyataan yang dilontarkan pria asal Swiss itu menunjukkan sikap kalau dia memilih cuci tangan dari kasus tersebut.
“Saya sama sekali tidak tahu kasus itu hingga kejatuhan ISL pada 2001. Justru FIFA yang kemudian melaporkan ini dan mengawali penyelidikan ISL ini,” terang Blatter kepada SonntagsBlick seperti dilansir Associated Press.

Memang, berdasarkan rilis pengadilan, tidak ada warga Swiss atau pejabat dari Swiss yang terlibat masalah itu. Yang terlibat adalah dua warga asing, yakni Havelange dan Teixiera. Teixiera sendiri baru saja mundur dari jabatan presiden CBF setelah rentetan tuduhan korupsi.

Di sisi lain, Blatter mengaku senang karena berkas pengadilan itu dirilis. Sebab, dengan begitu, publik bisa mengetahui bahwa dirinya tidak terlibat dalam skandal suap itu. Hanya, sekarang yang menjadi masalah adalah komentar lain Blatter di situs resmi FIFA.

Dia pernah menyatakan bahwa tidak bisa memberikan standar yang sama atas kasus suap itu. “Dulu, adalah hal biasa ada pembayaran seperti itu, bahkan bisa dikurangi dari pembayaran pajak. Sekarang bisa dihukum, jadi saya pikir tidak bisa pakai standar yang sama atas kejadian di masa lalu,” kata Blatter.
Namun, dia menolak anggapan bahwa pernyataan itu berarti dia mendukung suap yang dilakukan Havelange dan Teixiera. “Bagi saya, suap tak bisa diterima dan saya tak mendukung dan tak mencoba membenarkan penyogokan,” ketus Blatter. (ham/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/