MADRID- Kebijakan pajak di Spanyol benar-benar membuat klub sepak bola seperti Real Madrid dan Barcelona kelimpungan. Kalau sebelumnya para bintang lapangan hijau dikenakan pajak sebesar 25 persen dari gajinya, sekarang bisa mencapai 52 persen.
Masalahnya, di Spanyol biasanya pajak penghasilan pemain menjadi tanggungan klub. Akibatnya, pengeluaran klub akan sangat besar bila mengontrak atau memperpanjang kontrak pemain. Padahal, sekarang Spanyol sedang krisis ekonomi.
Real yang sedang bernegosiasi perpanjangan kontrak Cristiano Ronaldo kebingungan. Mereka ingin menaikkan gaji Ronaldo menjadi 15 juta euro atau setara Rp172,9 miliar pertahun, tetapi total yang dibayarkan mencapai 23 juta euro atau setara Rp265,2 miliar pertahun.
Saat ini, kontrak Ronaldo senilai 9,5 juta euro atau setara Rp103,7 miliar dan sudah bebas pajak. Sebab, secara total, Real membayar sebesar 12 juta euro atau setara Rp138,3 miliar untuk menutupi biaya pajak yang harusnya ditanggung gaji Ronaldo.
Namun, Real tidak memiliki pilihan lain. Peran Ronaldo yang sangat vital buat Real serta penjualan jerseynya yang sangat laku, membuat Real mau tidak mau harus menyanggupinya. Toh, mereka tetap bisa mendapat untung dari sisi lain.
Problem pajak itu lebih dulu dialami Barcelona ketika menegosiasikan kontrak Seydou Keita. Gelandang bertahan asal Mali itu akhirnya lepas karena negosiasi buntu. Penyebabnya adalah tidak ada kesepahaman soal nilai kontrak yang dipotong pajak.
Keita sekarang hijrah ke klub Tiongkok Dalian Aerbin. “Tidak tercapai kesepakatan antara saya dengan Barcelona. Kami mengusahakannya, tetapi terlalu sulit buat saya. Ini karena tingginya pajak di sana,” terang Keita.
Kontraknya di Barcelona memang habis pada akhir musim lalu, sehingga dia bisa angkat kaki dengan status free transfer. Masih ada sejumlah klub di Eropa yang terpikat, tetapi daya tarik Tiongkok sulit ditolak Keita.
“Benar saya mendapatkan banyak uang di Tiongkok dan mungkin akan menjadi kontrak terakhir saya sebagai pemain (usia Keita sudah mencapai 32 tahun). Tetapi uang bukan satu-satunya alasan buat saya,” ujar Keita. (ham/jpnn)