33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Demi Filosofi

Spanyol vs Kroasia

PERSAINGAN di grup C Euro 2012 kini mengerucut pada tiga tim. Spanyol, Kroasia dan Italia adalah tim-tim yang berpeluang melenggang ke babak perempat final dan meninggalkan Rep Irlandia yang sudah tak lagi berpeluang pasca menderita dua kekalahan atas Kroasia (1-3) dan Spanyol (0-4).
Di sini menariknya, berkat kemenangan itu Spanyol dan Kroasia sama-sama mendulang poin empat, karena keduanya hanya bermain imbang 1-1 saat menghadapi Italia.

Artinya, Italia yang kini menempati peringkat ketiga dengan poin dua hasil dari dua kali imbang masih memiliki peluang untuk lolos ke babak perempat final jika mampu menagalahkan Rep Irlandia sedikitnya dengan skor 3-0, sehingga jikapun nanti Spanyol dan Kroasia berbagi angka imbang, maka anak asuh Cesare Prandelli tak terhalang langkahnya ke perempat final sebagai pemuncak klasemen ditemani Spanyol yang menempati posisi kedua
Tapi, bila salah satu di antara Spanyol dan Kroasia mengalami kekalahan pada laga nanti, maka kemenangan 1-0 pun sudah cukup bagi Antonio Cassano dkk untuk lolos ke babak perempat final.

Pertanyaannya, mungkinkah Spanyol hanya menginginkan hasil imbang, sementara mereka masih bisa tersingkir dari ajang ini jika dikalahkan Kroasia?
Rasa was-was dan curiga pantas menyelimuti kubu Italia sebab mereka punya pengalaman buruk terkait hitung-hitungan angka di penghujung fase grup. Itu terjadi pada Euro 2004, saat mana kemenangan 1-0 berkat gol yang dicetak Antonio Cassano menjadi tak berguna ketika Swedia dan Denmark justru bermain imbang 2-2 dan membuat keduanya ke babak perempat final.

FIGC (PSSI Italia) berontak dan protes, rakyat Italia menangis dan menghujat tiga pemain Denmark yang merumput di Serie A Italia Thomas Helveg (AC Milan),  John Dahl-Tommason (AC Milan) dan Martin Jorgensen (Fiorentina) .

“Tidak. Kami tidak akan melakukan itu (sengaja bermain imbang). Kami adalah olahragawan yang dituntut bersikap sportif. Bahkan bagi kami (Spanyol), kemenangan adalah sesuatu yang paling menarik untuk diraih. Itu (kemenangan) adalah filosofi sepak bola Spanyol,” bilang Vicente del Bosque, entrenador Spanyol.

Jika benar Spanyol tetap mengincar kemenangan atas Kroasia, sesungguhnya itu bukan sesuatu yang sulit untuk mereka raih. Fakta membuktikan bahwa pada empat pertandingan yang telah terjadi di antara keduanya Spanyol menang dua kali, dan hanya kalah sekali, dengan satu pertandingan lainnya berkahir imbang.

Di terpisah pelatih Kroasia Slaven Bilic saat ini justru harap-harap cemas menanti kesembuhan  strikernya Nikica Jelavic yang sedang demam.
Pemain yang merumput bersama Everton itu sejak Sabtu (16/6) tak lagi mengikuti latihan. Jika sampai absen, jelas ini membuat Bilic pusing karena dirinya membutuhkan striker yang bisa mengimbangi ketajaman gelandang asal VfL Wolfsburg Mario Mandzukic yang telah  mengoleksi tiga gol.

“Kami sangat membutuhkannya. Setidaknya dia bisa membuat konsentrasi lawan terpecah dan memberi kesempatan kepada pemain lain seperti Mandzukic untuk mencetak gol,” bilang Bilic.

Terkait peluang timnya saat menghadapi Spanyol nanti, mantan pemain West Ham United itu mengatakan bahwa peluang untuk mengalahkan Spanyol sangat terbuka, meski Bilic juga tak membantah jika Spanyol merupakan salah satu kekuatan sepak bola dunia.

“Saya masih ingat ketika pertama kali kami menghadapai mereka pada tahun 1994 (Spanyol), kami tampil sebagai pemenang lewat gol yang dilesakkan Robert (Prosinecki) dan Davor (Suker). Dan kami ingin mengulangi kemenangan itu,” tandas Bilic.

Pertanyaannya, mungkinkah Kroasia dapat mengulangi kemenangan itu, sementara di satu sisi Spanyol tak ingin tergelincir dalam usahanya mempertahankan tropi yang mereka raih empat tahun lalu? (*)

Spanyol vs Kroasia

PERSAINGAN di grup C Euro 2012 kini mengerucut pada tiga tim. Spanyol, Kroasia dan Italia adalah tim-tim yang berpeluang melenggang ke babak perempat final dan meninggalkan Rep Irlandia yang sudah tak lagi berpeluang pasca menderita dua kekalahan atas Kroasia (1-3) dan Spanyol (0-4).
Di sini menariknya, berkat kemenangan itu Spanyol dan Kroasia sama-sama mendulang poin empat, karena keduanya hanya bermain imbang 1-1 saat menghadapi Italia.

Artinya, Italia yang kini menempati peringkat ketiga dengan poin dua hasil dari dua kali imbang masih memiliki peluang untuk lolos ke babak perempat final jika mampu menagalahkan Rep Irlandia sedikitnya dengan skor 3-0, sehingga jikapun nanti Spanyol dan Kroasia berbagi angka imbang, maka anak asuh Cesare Prandelli tak terhalang langkahnya ke perempat final sebagai pemuncak klasemen ditemani Spanyol yang menempati posisi kedua
Tapi, bila salah satu di antara Spanyol dan Kroasia mengalami kekalahan pada laga nanti, maka kemenangan 1-0 pun sudah cukup bagi Antonio Cassano dkk untuk lolos ke babak perempat final.

Pertanyaannya, mungkinkah Spanyol hanya menginginkan hasil imbang, sementara mereka masih bisa tersingkir dari ajang ini jika dikalahkan Kroasia?
Rasa was-was dan curiga pantas menyelimuti kubu Italia sebab mereka punya pengalaman buruk terkait hitung-hitungan angka di penghujung fase grup. Itu terjadi pada Euro 2004, saat mana kemenangan 1-0 berkat gol yang dicetak Antonio Cassano menjadi tak berguna ketika Swedia dan Denmark justru bermain imbang 2-2 dan membuat keduanya ke babak perempat final.

FIGC (PSSI Italia) berontak dan protes, rakyat Italia menangis dan menghujat tiga pemain Denmark yang merumput di Serie A Italia Thomas Helveg (AC Milan),  John Dahl-Tommason (AC Milan) dan Martin Jorgensen (Fiorentina) .

“Tidak. Kami tidak akan melakukan itu (sengaja bermain imbang). Kami adalah olahragawan yang dituntut bersikap sportif. Bahkan bagi kami (Spanyol), kemenangan adalah sesuatu yang paling menarik untuk diraih. Itu (kemenangan) adalah filosofi sepak bola Spanyol,” bilang Vicente del Bosque, entrenador Spanyol.

Jika benar Spanyol tetap mengincar kemenangan atas Kroasia, sesungguhnya itu bukan sesuatu yang sulit untuk mereka raih. Fakta membuktikan bahwa pada empat pertandingan yang telah terjadi di antara keduanya Spanyol menang dua kali, dan hanya kalah sekali, dengan satu pertandingan lainnya berkahir imbang.

Di terpisah pelatih Kroasia Slaven Bilic saat ini justru harap-harap cemas menanti kesembuhan  strikernya Nikica Jelavic yang sedang demam.
Pemain yang merumput bersama Everton itu sejak Sabtu (16/6) tak lagi mengikuti latihan. Jika sampai absen, jelas ini membuat Bilic pusing karena dirinya membutuhkan striker yang bisa mengimbangi ketajaman gelandang asal VfL Wolfsburg Mario Mandzukic yang telah  mengoleksi tiga gol.

“Kami sangat membutuhkannya. Setidaknya dia bisa membuat konsentrasi lawan terpecah dan memberi kesempatan kepada pemain lain seperti Mandzukic untuk mencetak gol,” bilang Bilic.

Terkait peluang timnya saat menghadapi Spanyol nanti, mantan pemain West Ham United itu mengatakan bahwa peluang untuk mengalahkan Spanyol sangat terbuka, meski Bilic juga tak membantah jika Spanyol merupakan salah satu kekuatan sepak bola dunia.

“Saya masih ingat ketika pertama kali kami menghadapai mereka pada tahun 1994 (Spanyol), kami tampil sebagai pemenang lewat gol yang dilesakkan Robert (Prosinecki) dan Davor (Suker). Dan kami ingin mengulangi kemenangan itu,” tandas Bilic.

Pertanyaannya, mungkinkah Kroasia dapat mengulangi kemenangan itu, sementara di satu sisi Spanyol tak ingin tergelincir dalam usahanya mempertahankan tropi yang mereka raih empat tahun lalu? (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/