30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Drama Allianz Area

Menanti drama di Allianz Arena tampaknya menjadi fokus pegila bola di dunia. Bagaimana tidak, untuk mengangkat trofi juara Champions di Allianz Arena, venue final, segala persiapan telah digeber dua klub yang bertanding.

Ya, Bayern Munchen maupun Chelsea tak hanya mempersiapkan strategi selama 90 menit di lapangan. Namun, juru racik kedua tim tentu sudah mengantisipasi jika laga harus dilanjutkan dengan perpanjangan waktu plus adu penalti.

Antisipasi perlu dilakukan, lantaran atmosfer final Liga Champions tentu berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Selain itu, berkaca dari final-final sebelumnya, beberapa laga di partai puncak harus diselesaikan lewat adu penalti.

Itu terjadi pada final 2008, di mana Manchester United jadi juara mengalahkan Chelsea. Lalu di final 2005 di mana Liverpool menang atas AC Milan, serta final 2003 saat Milan menaklukkan rival senegaranya Juventus.

Nah, melihat tren tersebut, tim mana yang lebih siap jika pada final tahun ini juga harus diselesaikan drama adu penalti? Apakah Bayern Munchen yang musim ini sudah dua kali melakoni adu penalti ataukah Chelsea yang pernah gagal di final 2008?

Dari sisi mental dan tradisi, Bayern memang lebih siap jika terjadi adu penalti. Keyakinan itu juga diungkapkan gelandang Bayern Bastian Schweinsteiger. Apalagi, setelah timnya sukses menyingkirkan Real Madrid di babak semifinal melalui adu algojo penalti.

“Sepak bola adalah permainan antara dua tim dengan 11 orang di lapangan selama 90 menit. Setelah itu, bila terjadi adu penalti, maka orang Jerman (Bayern) yang menang,” kata Schweinsteiger seperti dikutip 7Days.

“Saya mengetahui apa yang saya katakan. Sungguh sayang itu sangat benar. Sulit sekali bertarung adu penalti dengan tim asal Jerman. Kami orang Jerman pantang menyerah dan bertarung hingga akhir. Kami punya mentalitas itu,” lanjutnya.

Musim ini, dua kali Bayern harus melakoni adu penalti dan keduanya sukses. Mereka menang adu penalti 4-2 atas Borussia Monchengladbach pada semifinal DFB Pokal, setelah pada waktu normal dan perpanjangan waktu skor imbang tanpa gol. Lalu, mereka kembali menang adu penalti pada semifinal Liga Champions melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu dengan skor 3-1.

Selain memiliki eksekutor yang tenang dan piawai, Bayern juga memiliki kiper Manuel Neuer yang memiliki reputasi jago menebak arah bola saat menjalani adu penalti. Hanya, Bayern kehilangan dua eksekutor penting di dua adu penalti sebelumnya, yakni David Alaba dan Holger Badstuber.
Bagaimana Chelsea? Skuad asuhan Roberto di Matteo itu berharap timnya bisa menuntaskan laga di waktu normal. Namun, jika harus terjadi adu penalti, mereka sudah melakukan antisipasi. “Kami sudah mempelajari permainan mereka dan kami melihatnya melalui video. Kekuatan dan kelemahan mereka sudah di tangan kami,” ulas Frank Lampard, gelandang Chelsea, seperti dikutip Goal.

Menurut Lampard, Bayern sangat mengandalkan dua wingernya Arjen Robben dan Franck Ribery serta ujung tombaknya Mario Gomez. “Kami harus bisa mengatasi kekuatan utama mereka itu,” timpal pemain binaan West Ham United itu.

Chelsea memang agak was-was jika harus menuntaskan laga dengan adu penalti. Sebab, mereka memiliki catatan adu penalti yang kurang meyakinkan dalam lima musim terakhir. Dari enam adu penalti, empat di antaranya gagal mereka menangkan.

Bandingkan dengan Bayern yang dalam lima tahun terakhir menjalani tiga adu penalti dan selalu menang. “Banyak yang sudah kami bicarakan soal final, termasuk di masa lalu. Tapi, kami menatap masa depan, ini kesempatan kami untuk juara,” kata Di Matteo seperti dikutip situs resmi UEFA. (ham/bas/jpnn)

Menanti drama di Allianz Arena tampaknya menjadi fokus pegila bola di dunia. Bagaimana tidak, untuk mengangkat trofi juara Champions di Allianz Arena, venue final, segala persiapan telah digeber dua klub yang bertanding.

Ya, Bayern Munchen maupun Chelsea tak hanya mempersiapkan strategi selama 90 menit di lapangan. Namun, juru racik kedua tim tentu sudah mengantisipasi jika laga harus dilanjutkan dengan perpanjangan waktu plus adu penalti.

Antisipasi perlu dilakukan, lantaran atmosfer final Liga Champions tentu berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Selain itu, berkaca dari final-final sebelumnya, beberapa laga di partai puncak harus diselesaikan lewat adu penalti.

Itu terjadi pada final 2008, di mana Manchester United jadi juara mengalahkan Chelsea. Lalu di final 2005 di mana Liverpool menang atas AC Milan, serta final 2003 saat Milan menaklukkan rival senegaranya Juventus.

Nah, melihat tren tersebut, tim mana yang lebih siap jika pada final tahun ini juga harus diselesaikan drama adu penalti? Apakah Bayern Munchen yang musim ini sudah dua kali melakoni adu penalti ataukah Chelsea yang pernah gagal di final 2008?

Dari sisi mental dan tradisi, Bayern memang lebih siap jika terjadi adu penalti. Keyakinan itu juga diungkapkan gelandang Bayern Bastian Schweinsteiger. Apalagi, setelah timnya sukses menyingkirkan Real Madrid di babak semifinal melalui adu algojo penalti.

“Sepak bola adalah permainan antara dua tim dengan 11 orang di lapangan selama 90 menit. Setelah itu, bila terjadi adu penalti, maka orang Jerman (Bayern) yang menang,” kata Schweinsteiger seperti dikutip 7Days.

“Saya mengetahui apa yang saya katakan. Sungguh sayang itu sangat benar. Sulit sekali bertarung adu penalti dengan tim asal Jerman. Kami orang Jerman pantang menyerah dan bertarung hingga akhir. Kami punya mentalitas itu,” lanjutnya.

Musim ini, dua kali Bayern harus melakoni adu penalti dan keduanya sukses. Mereka menang adu penalti 4-2 atas Borussia Monchengladbach pada semifinal DFB Pokal, setelah pada waktu normal dan perpanjangan waktu skor imbang tanpa gol. Lalu, mereka kembali menang adu penalti pada semifinal Liga Champions melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu dengan skor 3-1.

Selain memiliki eksekutor yang tenang dan piawai, Bayern juga memiliki kiper Manuel Neuer yang memiliki reputasi jago menebak arah bola saat menjalani adu penalti. Hanya, Bayern kehilangan dua eksekutor penting di dua adu penalti sebelumnya, yakni David Alaba dan Holger Badstuber.
Bagaimana Chelsea? Skuad asuhan Roberto di Matteo itu berharap timnya bisa menuntaskan laga di waktu normal. Namun, jika harus terjadi adu penalti, mereka sudah melakukan antisipasi. “Kami sudah mempelajari permainan mereka dan kami melihatnya melalui video. Kekuatan dan kelemahan mereka sudah di tangan kami,” ulas Frank Lampard, gelandang Chelsea, seperti dikutip Goal.

Menurut Lampard, Bayern sangat mengandalkan dua wingernya Arjen Robben dan Franck Ribery serta ujung tombaknya Mario Gomez. “Kami harus bisa mengatasi kekuatan utama mereka itu,” timpal pemain binaan West Ham United itu.

Chelsea memang agak was-was jika harus menuntaskan laga dengan adu penalti. Sebab, mereka memiliki catatan adu penalti yang kurang meyakinkan dalam lima musim terakhir. Dari enam adu penalti, empat di antaranya gagal mereka menangkan.

Bandingkan dengan Bayern yang dalam lima tahun terakhir menjalani tiga adu penalti dan selalu menang. “Banyak yang sudah kami bicarakan soal final, termasuk di masa lalu. Tapi, kami menatap masa depan, ini kesempatan kami untuk juara,” kata Di Matteo seperti dikutip situs resmi UEFA. (ham/bas/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/