25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Aplaus untuk Toa Aito

Pada laga kedua grup B Piala Konfederasi, Tahiti memang jadi bulan-bulanan Spanyol yang berakhir dengan skor 10-0. Tapi, mereka tetap senang karena mendapatkan dukungan besar dari penonton.

Menghadapi Spanyol di Stadion Maracana, Jumat (21/6) dini hari WIB, Tahiti gagal mewujudkan ambisi mereka bikin satu gol. Tim berjuluk Toa Aito itu kebobolan sepuluh gol tanpa bisa membalasnya sekali pun.

Kekalahan telak Tahiti dari Spanyol sebenar-nya bukan hal yang mengejutkan. Tahiti cuma mengandalkan pemain-pemain amatir, sementara Spanyol diperkuat bintang-bintang kelas dunia. “Tentu saja kami tak akan pernah menang, tapi beberapa gol yang bersarang di gawang kami sedikit naif dan kami harusnya bisa berbuat lebih baik,” tutur Pelatih Tahiti Eddy Etaeta, yang dikutip Reuters.

Setelah kekalahan telak ini, masih ada kebanggaan tersisa di hati Etaeta dan timnya. Me-reka senang bisa merebut simpati publik Brasil.
Pada pertandingan itu, sekitar 72 ribu penonton yang memadati tribun Stadion Maracana mayoritas mendukung Tahiti. Setiap kali Tahiti mampu menembus wilayah Spanyol, para penonton memberikan aplaus.

Penonton juga bertepuk tangan ketika Ki-per Tahiti Mikael Roche, membuat dua pe-nyelamatan bagus di tengah babak kedua. Padahal, saat itu Tahiti sudah kalah 0-7. Setelah laga usai, penonton juga kompak memberikan standing ovation untuk Tahiti.

Sementara, Spanyol yang berstatus juara dunia dan Eropa justru berkali-kali disoraki, misalnya ketika Santi Cazorla diganjar kartu kuning pada babak pertama atau ketika tendangan penalti Fernando Torres menghantam mistar.

“Kami memang kalah 0-10, tapi kami merebut hati publik Brasil. Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Saya pikir adil untuk mengatakan kami lebih dikenal di Brasil daripada di Tahiti sendiri. Kami tidak mendapat banyak dukungan ketika berangkat ke kompetisi besar seperti ini, dan itu sangat mengecewakan. Saya berharap kami akan mendapatkan dukungan ketika kembali,” ungkap Etaeta.
Di Tahiti, tercatat hanya Marama Vahirua yang merupakan pemain profesional. Sisanya merupakan gabungan dari pengangguran, mahasiswa ekonomi, pengantar makanan, sopir truk, dan guru olahraga.

Namun bagi para pemain Tahiti, hasil tersebut bukanlah sebuah hal yang memalukan. Untuk bisa ikut serta di Piala Konfederasi saja sudah dianggap prestasi, karena bisa bertemu dengan tim-tim penuh pemain profesional seperti Nigeria, Spanyol, dan Uruguay yang akan mereka hadapi di laga pamungkas grup B.

“Kami tak akan kembali ke Brasil menjalani Piala Dunia tahun depan karena kami terlalu ba-nyak menelan kekalahan di kualifikasi dan ter-singkir. Tapi kami telah meletakkan beberapa pondasi. Kami akan berkembang jika beberapa dari pemain kami bermain di klub-klub profesional di seluruh dunia. Bukan klub top tentu-nya, tapi jika kami punya lebih banyak pemain profesional, permainan di Tahiti bisa ikut me-ningkat dan siapa tahu kami lolos ke Piala Du-nia 2018 dan 2022,” tandas Etaeta. (bbs/jpnn)

Pada laga kedua grup B Piala Konfederasi, Tahiti memang jadi bulan-bulanan Spanyol yang berakhir dengan skor 10-0. Tapi, mereka tetap senang karena mendapatkan dukungan besar dari penonton.

Menghadapi Spanyol di Stadion Maracana, Jumat (21/6) dini hari WIB, Tahiti gagal mewujudkan ambisi mereka bikin satu gol. Tim berjuluk Toa Aito itu kebobolan sepuluh gol tanpa bisa membalasnya sekali pun.

Kekalahan telak Tahiti dari Spanyol sebenar-nya bukan hal yang mengejutkan. Tahiti cuma mengandalkan pemain-pemain amatir, sementara Spanyol diperkuat bintang-bintang kelas dunia. “Tentu saja kami tak akan pernah menang, tapi beberapa gol yang bersarang di gawang kami sedikit naif dan kami harusnya bisa berbuat lebih baik,” tutur Pelatih Tahiti Eddy Etaeta, yang dikutip Reuters.

Setelah kekalahan telak ini, masih ada kebanggaan tersisa di hati Etaeta dan timnya. Me-reka senang bisa merebut simpati publik Brasil.
Pada pertandingan itu, sekitar 72 ribu penonton yang memadati tribun Stadion Maracana mayoritas mendukung Tahiti. Setiap kali Tahiti mampu menembus wilayah Spanyol, para penonton memberikan aplaus.

Penonton juga bertepuk tangan ketika Ki-per Tahiti Mikael Roche, membuat dua pe-nyelamatan bagus di tengah babak kedua. Padahal, saat itu Tahiti sudah kalah 0-7. Setelah laga usai, penonton juga kompak memberikan standing ovation untuk Tahiti.

Sementara, Spanyol yang berstatus juara dunia dan Eropa justru berkali-kali disoraki, misalnya ketika Santi Cazorla diganjar kartu kuning pada babak pertama atau ketika tendangan penalti Fernando Torres menghantam mistar.

“Kami memang kalah 0-10, tapi kami merebut hati publik Brasil. Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Saya pikir adil untuk mengatakan kami lebih dikenal di Brasil daripada di Tahiti sendiri. Kami tidak mendapat banyak dukungan ketika berangkat ke kompetisi besar seperti ini, dan itu sangat mengecewakan. Saya berharap kami akan mendapatkan dukungan ketika kembali,” ungkap Etaeta.
Di Tahiti, tercatat hanya Marama Vahirua yang merupakan pemain profesional. Sisanya merupakan gabungan dari pengangguran, mahasiswa ekonomi, pengantar makanan, sopir truk, dan guru olahraga.

Namun bagi para pemain Tahiti, hasil tersebut bukanlah sebuah hal yang memalukan. Untuk bisa ikut serta di Piala Konfederasi saja sudah dianggap prestasi, karena bisa bertemu dengan tim-tim penuh pemain profesional seperti Nigeria, Spanyol, dan Uruguay yang akan mereka hadapi di laga pamungkas grup B.

“Kami tak akan kembali ke Brasil menjalani Piala Dunia tahun depan karena kami terlalu ba-nyak menelan kekalahan di kualifikasi dan ter-singkir. Tapi kami telah meletakkan beberapa pondasi. Kami akan berkembang jika beberapa dari pemain kami bermain di klub-klub profesional di seluruh dunia. Bukan klub top tentu-nya, tapi jika kami punya lebih banyak pemain profesional, permainan di Tahiti bisa ikut me-ningkat dan siapa tahu kami lolos ke Piala Du-nia 2018 dan 2022,” tandas Etaeta. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/