(2) Palestina v Indonesia (1)
HEBRON- Pupus sudah asa timnas Indonesia untuk mencapai partai final turnamen Al Nakbah di Palestina. Langkah para penggawa tim merah putih terhenti di semifinal setelah takluk 1-2 dari tuan rumah, Palestina, kemarin (23/5)dinihari.
Kekalahan ini cukup menyesakkan karena sebelumnya Indonesia sempat unggul terlebih dahulu lewat kaki Irfan Bachdim pada menit ke XX. Gol tersebut adalah hasil dari kejelian dan kecepatan pemain Persema Malang itu memanfaatkan kesalahan lawan.
Berawal dari umpan pemain belakang yang terbaca, Irfan sukses memotong bola. Setelah itu, Irfan langsung melakukan solo run dan melewati satu pemain belakang lainnya sebelum akhirnya menaklukkan penjaga gawang Palestina.
Unggul 1-0, ternyata tak meningkatkan semangat bertanding para pemain Indonesia. Mereka malah terlihat lebih santai dan mengurangi tekanan. Imbasnya, Palestina berhasil mengembangkan permainan dan balik menekan Indonesia.
Terus ditekan, pemain belakang Indonesia akhirnya melakukan kesalahan. Pada menit ke 37, Palestina mendapatkan Penalti setelah pemain belaKang Indonesia melanggar pemain Palestina. Hadiah Penalti ini berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Abu Saleh dan membuat skor sama 1-1.Skor imbang pun bertahan sampai babak pertama Usai.
Pada babak kedua, Kedua tim masih bertahan dengan komposisi pemain yang sama. Namun, kali ini para penggawa Palestina menerapkan startegi berbeda dan terus menekan dengan mengandalkan bola-bola pendek dan bernain lebih keras.
Starategi itu rupanya sukses dan membuat permainan Indonesia semakin tak berpola. Hasilnya, akibat salah komunikasi, Pemain Indonesia kehilangan bola dan harus dibayar mahal karena itu berbuah gol. Roberto Kettlun sukses memenfaatkan bola muntah dan membuat Endra Prasetya harus memungut bola untuk kali kedua.
Menyikapi kekalahan ini, manajer timnas Ramadhan Pohan mengaku permainan Indonesia kurang beruntung.
“Beginilah sepak bola, main bagus tidak selalu bisa menjadi juara,” katanya melalui pesan singkat kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos). Dia beralasan jika mental pemain Indonesia menurun setelah lawan mendapatkan hadiah Penalti. Sebaliknya, lanjut dia, saat pemain Indonesia jelas-jelas dijatuhkan di kotak Penalti malah tidak mendapat hadiah.
“Kami kurang beruntung. Kami puji kesabaran pemain yang tetap meresponnya secara positif,” tuturnya.
Kegagalan ini layak membuat Indonesia malu karena secara profesionalitas kompetisi dan kesehatan Liga, Indonesia lebih baik. Selain itu, Palestina bukanlah negara yang memiliki perkembangan sepak bola sebagus Indonesia. Pasalnya, Palestina sampai saat ini masih dalam proses pemulihan setelah dilanda perang dengan Israel.
Menurut Ramadhan, kekalahan anak asuhnya juga disebabkan karena minimnya pengalaman bertanding di luar negeri dari Wahyu Wiji Astanto dkk. Dia menilai hasil ini bukan berarti kegagalan keseluruhan dari timnas Indonesia.
“Pemain kami mayoritas debutan dan pemain muda. Mereka sudah maksimal, kami ucapkan selamat kepada Palestina. Selanjutnya kami bersiap untuk turnamen yang lain,” elaknya. (aam/jpnn)