Menempati peringkat kedua pada Euro 2012 lalu, ternyata tak membuat puas federasi sepak bola Italia (FIGC). Terlebih di partai puncak tim berjuluk Gli Azzuri, yang kala itu banyak berisikan pemain “gaek” dipermak Spanyol dengan skor telak 4-0
Berkaca dari kejadian itu, kini manajemen Gli Azzuri di bawah komando Cesare Prandelli berencana mempergunakan banyak pemain muda saat berlaga di Piala Konfederasi yang berlangsung di Brasil pada 15 Juni mendatang.
Mantan pelatih Fiorentina itu secara perlahan melakukan peremajaan skuat. Targetnya, dalam beberapa tahun ke depan, Gli Azzurri akan bertumpu pada El Shaarawy, Marco Verratti, Alessandro Florenzi, Mattia De Sciglio, dan Lorenzo Insigne.
Prandelli punya alasan kenapa dia memberi ruang yang cukup besar di dalam skuatnya untuk para pemain muda. Dia ingin membangun tim yang bisa diandalkan dalam jangka panjang.
“Di seluruh penjuru negeri, di semua bidang kehidupan, termasuk politik, saya melihat hasrat perubahan dan udara segar. Selama tiga tahun terakhir kami sudah melakukan bagian kami dengan menafsirkan hasrat itu,mengembangkan akademi muda dengan keberanian. Hasilnya bisa dilihat, karena Nazionale (sebutan lain timnas Italia) ini adalah masa depan,” beber Cesare Prandelli.
Saat ini, selain nama-nama seperti yang disebut tadi, Prandelli telah menemukan 31 pemain, dengan rincian empat kiper, sepuluh bek, 11 gelandang, dan enam penyerang.
Juventus menjadi tim yang paling banyak menyumbangkan pemainnya, yakni delapan pemain. AC Milanmenyumbangkan lima pemain, Cagliari tiga pemain, sementara AS Roma, Lazio, Bologna, dan Torino masing-masing duapemain.
Duo Cagliari, Michael Agazzi dan Marco Sau, mendapatkan panggilan ke timnas untuk pertama kalinya. Hal yang sama juga dialami oleh playmaker Atalanta, Giacomo Bonaventura.
Beruntung bagi Prandelli, karena sebelum berlaga di ajang sesungguhnya, dirinya bisa memantau permainan anak asuhnya saat menjamu San Marino di Stadion Renato Dall’Ara, dini hari nanti.
Laga ini tak sekadar wajib dimenangkan, lebih dari itu Prandelli berharap anak asuhnya tampil apik sehingga mampu menang besar, seperti yang pernah terjadi pada 19 Februari 1992. Saat itu tuan rumah San Marino dipermak dengan skor 0-4.
Sayangnya, pada laga dini hari nanti Prandeli terancam tak dapat menurunkan striker andalannya Stephan El Shaarawy. Pemain yang bermain untuk AC Milan itu absen setelah mengalami masalah pergelangan kaki pada latihan yang berlangsung Selasa (28/5).
Kepala tim medis Azzurri Enrico Castellacci mengatakan bahwa cedera yang dialami Sharawy tak terlalu berat namun jika dipaksakan dan kembali cedera, tak ayal itu bisa menghambat penampilannya saat berlaga di Piala Konfederasi.
Sebelumnya tandem El Sharawy di AC Milan Mario Balotelli juga sempat dikabarkan mengalami cedera punggung. Akan tetapi, Castellacci menyatakan bahwa tak ada yang pelu dicemaskandengan Balotelli dan dia bisa bermain melawan San Marino nanti.
Terlepas dari cedera yang dialami penggawa Gli Azzuri, sesuhnya calon lawan juga bukan tim hebat yang pantas diwaspadai. Ini bisa dilihat sejak tim itu ditanagni Giampaolo Mazza.
Lima belas tahun menangani La Serenissima (julukan timnas San Marino), Mazza yang telah mengawal timnya bertanding sebanyak 78 kali, justru hanya sekali meraih kemenangan. Satu-satunya kemenangan yang diraih San Marino adalah saat menjamu Leichtenstein pada 28 April 2004. Saat itu tuan rumah San Marino menang dengan skor 1-0.
Nah, dengan rekor lawan yang sangat jeblok itu, pantaskah bagi Gli Azzuri hanya meraih kemenangan 1-0 atau 2-0 pada pertandingan ini? Minimal kemenangan 4-0 seperti yang terjadi pada satu-satunya pertemuan kedua tim di tahun 1992 adalah hal yang sangat rewalistis untuk diraih. (*)