26.7 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Incar Juara Lewat Tiki-Taka

KIEV- Banyak yang meragukan Spanyol bisa mempertahankan mahkota yang diraihnya empat tahun silam. Pasalnya, mereka kehilangan dua pilar di depan dan belakang, yakni bomber David Villa dan bek Carles Puyol.  Ketidakharmonisan pemain Barcelona dan Real Madrid dalam sejumlah laga el clasico juga menjadi salah satu handicap tim berjuluk La Furia Roja tersebut.

Ternyata, tanpa Puyol dan Villa, Spanyol tetap tangguh. Isu ketidakharmonisan penggawa Barcelona dan Real Madrid pun cuma isapan jempol. Buktinya, dari laga ke laga, Spanyol justru makin solid.

Fakta itulah yang membuat Spanyol kembali diunggulkan untuk menjadi jawara. Memang, dibandingkan dengan Euro 2008 dan Piala Dunia 2010, performa Spanyol tahun ini tidak terlalu impresif. Tiki-taka yang dikembangkan Vicente del Bosque sudah mulai usang. Itu terlihat jelas saat Portugal hampir menyingkirkan Spanyol dengan pressing dan agresivitas tinggi di lini tengah sepanjang laga.

Gelandang dan bek Spanyol gampang panik. Barisan penyerang juga tidak tajam. Banyaknya gelandang kelas dunia di tim Spanyol memang menjadi sebuah ber kah luar biasa. Namun, sejak turnamen Euro 2012 digelar, Del Bosque terlihat kebingungan untuk mengakomodasi dan mengombinasikan para gelandang tersebut.

Kemampuan Xabi Alonso dan Sergio Busquets untuk memainkan bola dan mendistribusikan umpan sangat hebat. Hal tersebut membuat peran otak utama permainan Spanyol Xavi Hernandez sedikit tereduksi dalam pola 4-3-3. Xavi tentu agak kecewa dengan kebijakan pelatihnya itu.

Dampaknya, aliran bola tidak selancar seperti dua tahun lalu. Apalagi, peran David Silva di sisi kanan betul-betul tanggung. Posisi Silva memang selalu tidak aman. Del Bosque kerap mengganti playmaker terbaik Liga Inggris itu jika sedikit saja melakukan kesalahan.

Selain Silva, saat ini tidak ada striker Spanyol yang mendapatkan kepercayaan layaknya David Villa. Striker Barcelona itu memang lengkap. Dia sangat cepat, cerdas, dinamis, mampu membuka ruang, ahli mengiris pertahanan lawan dari sayap, dan yang terpenting, Villa adalah eksekutor yang dingin.

Tidak ada striker lain yang mampu mencetak empat gol penentu layaknya Villa di Piala Dunia 2010. Kandidat pengganti Villa, Fernando Torres, memang bagus, tetapi terlalu banyak membuang peluang. Bahkan, Alvaro Negredo yang coba dipasang waktu melawan Portugal di semifinal juga tampil ala kadarnya. Alhasil, Del Bosque kerap memasang Cesc Fabregas sebagai striker nomor sembilan. Itu membuat Spanyol tidak tajam.

Namun, banyaknya kritik justru membuat Spanyol solid. Mereka pun ingin mendobrak sejarah dengan memenangi Piala Eropa secara back-to-back. Tugas yang sangat sulit. Sebab, belum ada satu pun tim yang mampu melakukannya. (nur/jpnn)

KIEV- Banyak yang meragukan Spanyol bisa mempertahankan mahkota yang diraihnya empat tahun silam. Pasalnya, mereka kehilangan dua pilar di depan dan belakang, yakni bomber David Villa dan bek Carles Puyol.  Ketidakharmonisan pemain Barcelona dan Real Madrid dalam sejumlah laga el clasico juga menjadi salah satu handicap tim berjuluk La Furia Roja tersebut.

Ternyata, tanpa Puyol dan Villa, Spanyol tetap tangguh. Isu ketidakharmonisan penggawa Barcelona dan Real Madrid pun cuma isapan jempol. Buktinya, dari laga ke laga, Spanyol justru makin solid.

Fakta itulah yang membuat Spanyol kembali diunggulkan untuk menjadi jawara. Memang, dibandingkan dengan Euro 2008 dan Piala Dunia 2010, performa Spanyol tahun ini tidak terlalu impresif. Tiki-taka yang dikembangkan Vicente del Bosque sudah mulai usang. Itu terlihat jelas saat Portugal hampir menyingkirkan Spanyol dengan pressing dan agresivitas tinggi di lini tengah sepanjang laga.

Gelandang dan bek Spanyol gampang panik. Barisan penyerang juga tidak tajam. Banyaknya gelandang kelas dunia di tim Spanyol memang menjadi sebuah ber kah luar biasa. Namun, sejak turnamen Euro 2012 digelar, Del Bosque terlihat kebingungan untuk mengakomodasi dan mengombinasikan para gelandang tersebut.

Kemampuan Xabi Alonso dan Sergio Busquets untuk memainkan bola dan mendistribusikan umpan sangat hebat. Hal tersebut membuat peran otak utama permainan Spanyol Xavi Hernandez sedikit tereduksi dalam pola 4-3-3. Xavi tentu agak kecewa dengan kebijakan pelatihnya itu.

Dampaknya, aliran bola tidak selancar seperti dua tahun lalu. Apalagi, peran David Silva di sisi kanan betul-betul tanggung. Posisi Silva memang selalu tidak aman. Del Bosque kerap mengganti playmaker terbaik Liga Inggris itu jika sedikit saja melakukan kesalahan.

Selain Silva, saat ini tidak ada striker Spanyol yang mendapatkan kepercayaan layaknya David Villa. Striker Barcelona itu memang lengkap. Dia sangat cepat, cerdas, dinamis, mampu membuka ruang, ahli mengiris pertahanan lawan dari sayap, dan yang terpenting, Villa adalah eksekutor yang dingin.

Tidak ada striker lain yang mampu mencetak empat gol penentu layaknya Villa di Piala Dunia 2010. Kandidat pengganti Villa, Fernando Torres, memang bagus, tetapi terlalu banyak membuang peluang. Bahkan, Alvaro Negredo yang coba dipasang waktu melawan Portugal di semifinal juga tampil ala kadarnya. Alhasil, Del Bosque kerap memasang Cesc Fabregas sebagai striker nomor sembilan. Itu membuat Spanyol tidak tajam.

Namun, banyaknya kritik justru membuat Spanyol solid. Mereka pun ingin mendobrak sejarah dengan memenangi Piala Eropa secara back-to-back. Tugas yang sangat sulit. Sebab, belum ada satu pun tim yang mampu melakukannya. (nur/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/