30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Nikmatnya Kalahkan United, seperti Bercinta dengan Madonna

Lazio, Juventus, AC Milan pernah melekat dalam karier Paolo Di Canio sebagai pemain. Tapi semua nama besar itu sekarang masa lalu. Di Canio kini hanya seorang pelatih Swindon, salah satu tim di League One, divisi kasta ketiga di Inggris.
Dengan kondisi seperti itu, mantan striker kelahiran Roma 44 tahun silam itu sadar bisa menang melawan tim dari Premier League adalah sesuatu yang sensasional.Peluang itu bisa didapatkannya saat timnya menghadapi Aston Villa di partai Piala Liga 31 Oktober ini.

Sensasi seperti itu sebenarnya pernah dirasakan Di Canio Piala FA pada 2001. Saat itu dia membawa West Ham menyingkirkan Manchester United yang masih dihuni David Beckham.
Gol semata wayangnya cukup fenomenal. Bukan karena lahir dari aksi akrobatik, tapi karena para pemain belakang United membiarkannya melenggang ke dalam kotak penalti, sementara Fabian Bartez bukannya langsung menyergap, tapi sibuk mengangkat tangan, meminta wasit untuk meniup pluit offside.

Setelah sadar wasit tidak menganggap Di Canio offside, Bartez baru berusaha menghalau bola sepakan Di Canio. Tapi terlambat, Di Canio sudah membidik sisi kosong di tiang jauh, sementara Bartez terlambat bergerak. Tak peduli bagaimana gol itu lahir, bagi Di Canio itu jadi salah satu momen paling indah dalam kariernya. Frank Lampard, ketika itu masih ada di kubu West Ham ikut bergembira.
“Ketika saya mencetak gol melawan United, saya sangat bahagia melihat sekira 9 ribu suporter merayakannya ketika mereka jauh dari rumah. Menyingkirkan United rasanya luar biasa.Rasanya seperti bercinta dengan Madonna, dan mengalahkan Villa, sebagai pelatih pasti sensasinya  sama,” seloroh Di Canio.

”Apakah akan lebih asyik dibanding bercinta dengan Madonna? Biar saya mencobanya dulu, dan saya akan memberikan jawaban yang jujur,” candanya.
Sejak menangani Swindon 2011 lalu, Di Canio punya rekor bagus dalam urusan membuat tim elite Inggris terjungkal. Pada Piala FA musim lalu, Wigan ditekuk 2-1, dan Stoke juga menjadi korban saat dihadapi Swindon di Piala Liga,2011-12, dengan skor 4-3.

Tak heran Di Canio semakin ketagihan. “Mengalahkan tiga tim Premier League berturut-turut pasti fantastis rasanya. Ini belum pernah terjadi selama 100 tahun sejarah klub ini. Aston Villa punya pemain hebat seperti Darren Bent dan Gabriel Agbonhalor, tapi di turnamen anda hanya punya satu peluang. Jika kami merebut peluang itu, kami bisa menang. Kami harus yakin,” tutup dia. (bbs/jpnn)

Lazio, Juventus, AC Milan pernah melekat dalam karier Paolo Di Canio sebagai pemain. Tapi semua nama besar itu sekarang masa lalu. Di Canio kini hanya seorang pelatih Swindon, salah satu tim di League One, divisi kasta ketiga di Inggris.
Dengan kondisi seperti itu, mantan striker kelahiran Roma 44 tahun silam itu sadar bisa menang melawan tim dari Premier League adalah sesuatu yang sensasional.Peluang itu bisa didapatkannya saat timnya menghadapi Aston Villa di partai Piala Liga 31 Oktober ini.

Sensasi seperti itu sebenarnya pernah dirasakan Di Canio Piala FA pada 2001. Saat itu dia membawa West Ham menyingkirkan Manchester United yang masih dihuni David Beckham.
Gol semata wayangnya cukup fenomenal. Bukan karena lahir dari aksi akrobatik, tapi karena para pemain belakang United membiarkannya melenggang ke dalam kotak penalti, sementara Fabian Bartez bukannya langsung menyergap, tapi sibuk mengangkat tangan, meminta wasit untuk meniup pluit offside.

Setelah sadar wasit tidak menganggap Di Canio offside, Bartez baru berusaha menghalau bola sepakan Di Canio. Tapi terlambat, Di Canio sudah membidik sisi kosong di tiang jauh, sementara Bartez terlambat bergerak. Tak peduli bagaimana gol itu lahir, bagi Di Canio itu jadi salah satu momen paling indah dalam kariernya. Frank Lampard, ketika itu masih ada di kubu West Ham ikut bergembira.
“Ketika saya mencetak gol melawan United, saya sangat bahagia melihat sekira 9 ribu suporter merayakannya ketika mereka jauh dari rumah. Menyingkirkan United rasanya luar biasa.Rasanya seperti bercinta dengan Madonna, dan mengalahkan Villa, sebagai pelatih pasti sensasinya  sama,” seloroh Di Canio.

”Apakah akan lebih asyik dibanding bercinta dengan Madonna? Biar saya mencobanya dulu, dan saya akan memberikan jawaban yang jujur,” candanya.
Sejak menangani Swindon 2011 lalu, Di Canio punya rekor bagus dalam urusan membuat tim elite Inggris terjungkal. Pada Piala FA musim lalu, Wigan ditekuk 2-1, dan Stoke juga menjadi korban saat dihadapi Swindon di Piala Liga,2011-12, dengan skor 4-3.

Tak heran Di Canio semakin ketagihan. “Mengalahkan tiga tim Premier League berturut-turut pasti fantastis rasanya. Ini belum pernah terjadi selama 100 tahun sejarah klub ini. Aston Villa punya pemain hebat seperti Darren Bent dan Gabriel Agbonhalor, tapi di turnamen anda hanya punya satu peluang. Jika kami merebut peluang itu, kami bisa menang. Kami harus yakin,” tutup dia. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/