28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Hanya Pilihan Gaya Hidup…

Pro-kontra Larangan Anggota Dewan Membawa Mobil Mewah

Kontroversi soal kantor DPR yang menjelma menjadi “showroom” mobil mewah masih berlanjut. Imbauan Ketua DPR Marzuki Alie agar anggota dewan tidak datang ke DPR dengan membawa mobil mewahnya juga menimbulkan prokontra. Ada yang menganggap persoalan itu sepenuhnya hak pribadi yang tidak bisa diintervensi.

“Gaya hidup tidak ada kaitannya dengan ukuran kinerja politik seorang anggota DPR. Saya kira tidak perlu ada larangan dan diatur dalam Tatib DPR segala,” kata Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo di Jakarta, kemarin (14/11). Dia menegaskan anggota DPR bukan pegawai DPR yang diharuskan memakai seragam dan tanda nama dibajunya.
“Tapi, kalau tidak hadir rapat DPR memang harus mengajukan izin ke pimpinan fraksi atau komisinya,” ujar Tjahjo.
Anggota Komisi I DPR itu menyarankan supaya pilihan gaya hidup sebaiknya dikembalikan ke pribadi anggota dewan. Apalagi, latar belakang anggota DPR sebelumnya beraneka macam. “Ada mantan aktivis, wartawan, pengusaha besar, birokrat, kepala daerah, jenderal TNI/POLRI, sampai artis. Soal gaya hidup terserah pribadi masing-masing sajalah,” katanya.

Menurut Tjahjo, ada beberapa indikator yang lebih lazim, terukur, dan proporsional untuk menilai kinerja politisi. Paling utama adalah visi representasi yang secara konsisten diperjuangkan melalui fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Selain itu, imbuh dia, skill kepemimpinan. Termasuk di dalamnya bagaimana politisi memengaruhi opini sampai menggerakkan penyelesaian suatu masalah yang menjadi isu publik.

“Kerajinan menghadiri sidang-sidang DPR, mulai sidang komisi sampai sidang paripurna, masuk kategori ini,” tandas Sekjen DPP PDIP, itu.

Secara terpisah, politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mendukung imbauan Marzuki Alie. “Kali ini aku dukung Pak Marzuki, bos,” tegas Ruhut, lantas tertawa. Imbauan Marzuki Alie itu, lanjut dia, sudah tepat untuk menjaga citra DPR di mata publik.

Ruhut menyebut meskipun mengoleksi Bentley sejak tahun 1990 dan Toyota Alphard, kedua kendaraan mewah itu tidak ada yang pernah dibawanya berkantor ke gedung DPR. “Boleh dicek, aku selalu naik Innova, kadang Camry, walaupun di rumah punya Alphard,” tutur anggota Komisi III, itu.

Meski begitu, dia juga mengingatkan agar Marzuki Alie konsisten. Sebagai pimpinan dewan, Marzuki mendapat mobil dinas Toyota Crown Royal Saloon yang dibandrol Rp1,3 miliar. “Saya mohon juga, jangan cuma sekadar ucapan. Pimpinan dewan tolong mobil dinas itu jangan dipakai jugalah,” ujar pemeran Poltak dalam sinetron Gerhana itu.
Sebelumnya, Marzuki Alie mengaku tidak keberatan kalau standard kendaraan dinas para pejabat negara, mulai presiden, pimpinan dewan, sampai menteri diturunkan. Presiden saat ini menggunakan Mercedes Benz S600L sebagai kendaraan dinasnya. Sedangkan, para pejabat di bawahnya termasuk para wakil rakyat dijatah Toyota Crown Royal Saloon.

“Memang kalau ingin prihatin, seharusnya kita tidak usah malu menurunkan standard kelas mobil. Bila perlu kalau ada mobil produksi dalam negeri, cukup pakai mobil dalam negeri saja,” kata Marzuki.

Anggota Komisi I dari FPKB Lily Wahid mengakui memang ada anggota dewan berlatarbelakang pengusaha yang kualitas ekonominya sudah di atas rata-rata. Tapi, sebagian besar politisi Senayan memang tergolong latah. Mereka terkadang memaksakan diri untuk memiliki mobil mewah. Lily menegaskan dirinya tidak mau masuk dalam lingkaran politisi latah itu.

“Sampai sekarang, saya masih naik kijang keluaran 1997. Dan, saya happy dengan itu. Bagi saya yang penting AC-nya jalan dan nggak macet,” kata adik kandung Gus Dur, itu. Menurut Lily, yang terpenting bagi anggota dewan adalah ikut mendorong mengentaskan mayoritas rakyat indonesia yang kehidupannya masih terpuruk. (pri/jpnn)

Yang Penting Banyak Sedekah

BAMBANG Soesatyo menjadi buah bibir. Kepemilikan mobil mewah Politikus Partai Golkar itu menjadi sebuah fenomena, walau tidak aneh karena Bambang seorang pengusaha yang kini duduk menjadi anggota DPR di Komisi III.
Nah, dalam laporan harta kekayaannya, tak tanggung-tanggung, nilai total harta tak bergeraknya yang terdiri dari 15 kendaraan mencapai Rp10,4 miliar.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) miliknya per 2010, Selasa (15/11) diketahui Bambang Soesatyo ternyata tidak hanya memiliki dua buah mobil mewah bermerek Bentley dan Hummer.
Lebih dari itu, Bambang memiliki mobil mewah lainnya seperti Land Rover, Mercedes Benz, dan Alphard, dan Harley Davidson.

Kendaraan-kendaraan Bambang itu berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diserahkan Bambang ke KPK pada 28 Januari 2010. Pada LHKPN itu, total harta kekayaan Bambang senilai Rp24,1 miliar dan 20.095 dolar AS.

Beberapa waktu lalu, politisi Golkar ini sudah buka suara soal kepemilikan mobil mewahnya. Baginya, tak ada gunanya berpura-pura miskin kalau hanya untuk mengejar simpati.

“Terkait berita soal mobil mewah merk Bentley milik anggota DPR, sebetulnya yang begini ini tidak enak untuk dikomentari. Karena sebaik-baiknya hidup, ya apa adanya saja. Tidak perlu berlagak kaya atau tiba-tiba berlagak miskin untuk mendapat simpati. Yang penting jangan pamer,” kata Bambang kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Dia menjelaskan, Tuhan mengatur rezeki masing-masing umatnya, ada kaya ada juga yang miskin. “Jadi, jangan takut kaya atau takut miskin. Yang penting, kalau kaya harus banyak sedekah,” tutur Bambang.

Gaya hidup Bambang itu bertolakbelakang dengan Anggota Komisi IX dari F-PDIP Nursuhud. Sejak dilantik jadi anggota dewan, Nursuhud tetap memakai ojek.

Dia mengaku punya mobil, tapi sering digunakan anaknya. Ojek menjadi pilihan karena anti macet sehingga bisa tiba di DPR tepat waktu.

Pria berambut gondrong yang suka memakai topi pet itu, memang tak menonjol di antara anggota lain yang suka berjas dan berdasi. Nursuhud yang suka menerima kedatangan buruh ini, hanya menggunakan batik ditutupi jaket.

Begitu juga dengan Ian Siagian dari F-PDIP. Ia tak segan berjalan kaki dari apartemennye di kawasan Palmerah. Anggota Komisi IV yang lama bermukim di Australia ini, mengaku senang jalan kaki bahkan untuk jarak yang cukup jauh. Dia juga tidak suka gaya hidup yang mewah apalagi harus dibayar dengan cara mencicil atau berutang. “Untuk apa berutang?” katanya.

Lain lagi dengan anggota Komisi X dari F-PD Sholeh Soe’aidy, yang sering menggunakan dasi dan baju tidak “matching”. Bahkan, seperti tidak bisa berdandan sebagai anggota Dewan. Pakaian sederhana yang dia kenakan, terlihat bukan merek mahal. Bahkan, sering hanya mengunakan baju tangan panjang putih saja tanpa dasi. “Terkadang saya jalan ke PGC (Pusat Grosir Cililitan), ke Senen, atau Mal Semanggi, ada yang senang saya beli,” katanya. (net/jpnn)

Pro-kontra Larangan Anggota Dewan Membawa Mobil Mewah

Kontroversi soal kantor DPR yang menjelma menjadi “showroom” mobil mewah masih berlanjut. Imbauan Ketua DPR Marzuki Alie agar anggota dewan tidak datang ke DPR dengan membawa mobil mewahnya juga menimbulkan prokontra. Ada yang menganggap persoalan itu sepenuhnya hak pribadi yang tidak bisa diintervensi.

“Gaya hidup tidak ada kaitannya dengan ukuran kinerja politik seorang anggota DPR. Saya kira tidak perlu ada larangan dan diatur dalam Tatib DPR segala,” kata Ketua Fraksi PDIP Tjahjo Kumolo di Jakarta, kemarin (14/11). Dia menegaskan anggota DPR bukan pegawai DPR yang diharuskan memakai seragam dan tanda nama dibajunya.
“Tapi, kalau tidak hadir rapat DPR memang harus mengajukan izin ke pimpinan fraksi atau komisinya,” ujar Tjahjo.
Anggota Komisi I DPR itu menyarankan supaya pilihan gaya hidup sebaiknya dikembalikan ke pribadi anggota dewan. Apalagi, latar belakang anggota DPR sebelumnya beraneka macam. “Ada mantan aktivis, wartawan, pengusaha besar, birokrat, kepala daerah, jenderal TNI/POLRI, sampai artis. Soal gaya hidup terserah pribadi masing-masing sajalah,” katanya.

Menurut Tjahjo, ada beberapa indikator yang lebih lazim, terukur, dan proporsional untuk menilai kinerja politisi. Paling utama adalah visi representasi yang secara konsisten diperjuangkan melalui fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Selain itu, imbuh dia, skill kepemimpinan. Termasuk di dalamnya bagaimana politisi memengaruhi opini sampai menggerakkan penyelesaian suatu masalah yang menjadi isu publik.

“Kerajinan menghadiri sidang-sidang DPR, mulai sidang komisi sampai sidang paripurna, masuk kategori ini,” tandas Sekjen DPP PDIP, itu.

Secara terpisah, politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mendukung imbauan Marzuki Alie. “Kali ini aku dukung Pak Marzuki, bos,” tegas Ruhut, lantas tertawa. Imbauan Marzuki Alie itu, lanjut dia, sudah tepat untuk menjaga citra DPR di mata publik.

Ruhut menyebut meskipun mengoleksi Bentley sejak tahun 1990 dan Toyota Alphard, kedua kendaraan mewah itu tidak ada yang pernah dibawanya berkantor ke gedung DPR. “Boleh dicek, aku selalu naik Innova, kadang Camry, walaupun di rumah punya Alphard,” tutur anggota Komisi III, itu.

Meski begitu, dia juga mengingatkan agar Marzuki Alie konsisten. Sebagai pimpinan dewan, Marzuki mendapat mobil dinas Toyota Crown Royal Saloon yang dibandrol Rp1,3 miliar. “Saya mohon juga, jangan cuma sekadar ucapan. Pimpinan dewan tolong mobil dinas itu jangan dipakai jugalah,” ujar pemeran Poltak dalam sinetron Gerhana itu.
Sebelumnya, Marzuki Alie mengaku tidak keberatan kalau standard kendaraan dinas para pejabat negara, mulai presiden, pimpinan dewan, sampai menteri diturunkan. Presiden saat ini menggunakan Mercedes Benz S600L sebagai kendaraan dinasnya. Sedangkan, para pejabat di bawahnya termasuk para wakil rakyat dijatah Toyota Crown Royal Saloon.

“Memang kalau ingin prihatin, seharusnya kita tidak usah malu menurunkan standard kelas mobil. Bila perlu kalau ada mobil produksi dalam negeri, cukup pakai mobil dalam negeri saja,” kata Marzuki.

Anggota Komisi I dari FPKB Lily Wahid mengakui memang ada anggota dewan berlatarbelakang pengusaha yang kualitas ekonominya sudah di atas rata-rata. Tapi, sebagian besar politisi Senayan memang tergolong latah. Mereka terkadang memaksakan diri untuk memiliki mobil mewah. Lily menegaskan dirinya tidak mau masuk dalam lingkaran politisi latah itu.

“Sampai sekarang, saya masih naik kijang keluaran 1997. Dan, saya happy dengan itu. Bagi saya yang penting AC-nya jalan dan nggak macet,” kata adik kandung Gus Dur, itu. Menurut Lily, yang terpenting bagi anggota dewan adalah ikut mendorong mengentaskan mayoritas rakyat indonesia yang kehidupannya masih terpuruk. (pri/jpnn)

Yang Penting Banyak Sedekah

BAMBANG Soesatyo menjadi buah bibir. Kepemilikan mobil mewah Politikus Partai Golkar itu menjadi sebuah fenomena, walau tidak aneh karena Bambang seorang pengusaha yang kini duduk menjadi anggota DPR di Komisi III.
Nah, dalam laporan harta kekayaannya, tak tanggung-tanggung, nilai total harta tak bergeraknya yang terdiri dari 15 kendaraan mencapai Rp10,4 miliar.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) miliknya per 2010, Selasa (15/11) diketahui Bambang Soesatyo ternyata tidak hanya memiliki dua buah mobil mewah bermerek Bentley dan Hummer.
Lebih dari itu, Bambang memiliki mobil mewah lainnya seperti Land Rover, Mercedes Benz, dan Alphard, dan Harley Davidson.

Kendaraan-kendaraan Bambang itu berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diserahkan Bambang ke KPK pada 28 Januari 2010. Pada LHKPN itu, total harta kekayaan Bambang senilai Rp24,1 miliar dan 20.095 dolar AS.

Beberapa waktu lalu, politisi Golkar ini sudah buka suara soal kepemilikan mobil mewahnya. Baginya, tak ada gunanya berpura-pura miskin kalau hanya untuk mengejar simpati.

“Terkait berita soal mobil mewah merk Bentley milik anggota DPR, sebetulnya yang begini ini tidak enak untuk dikomentari. Karena sebaik-baiknya hidup, ya apa adanya saja. Tidak perlu berlagak kaya atau tiba-tiba berlagak miskin untuk mendapat simpati. Yang penting jangan pamer,” kata Bambang kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Dia menjelaskan, Tuhan mengatur rezeki masing-masing umatnya, ada kaya ada juga yang miskin. “Jadi, jangan takut kaya atau takut miskin. Yang penting, kalau kaya harus banyak sedekah,” tutur Bambang.

Gaya hidup Bambang itu bertolakbelakang dengan Anggota Komisi IX dari F-PDIP Nursuhud. Sejak dilantik jadi anggota dewan, Nursuhud tetap memakai ojek.

Dia mengaku punya mobil, tapi sering digunakan anaknya. Ojek menjadi pilihan karena anti macet sehingga bisa tiba di DPR tepat waktu.

Pria berambut gondrong yang suka memakai topi pet itu, memang tak menonjol di antara anggota lain yang suka berjas dan berdasi. Nursuhud yang suka menerima kedatangan buruh ini, hanya menggunakan batik ditutupi jaket.

Begitu juga dengan Ian Siagian dari F-PDIP. Ia tak segan berjalan kaki dari apartemennye di kawasan Palmerah. Anggota Komisi IV yang lama bermukim di Australia ini, mengaku senang jalan kaki bahkan untuk jarak yang cukup jauh. Dia juga tidak suka gaya hidup yang mewah apalagi harus dibayar dengan cara mencicil atau berutang. “Untuk apa berutang?” katanya.

Lain lagi dengan anggota Komisi X dari F-PD Sholeh Soe’aidy, yang sering menggunakan dasi dan baju tidak “matching”. Bahkan, seperti tidak bisa berdandan sebagai anggota Dewan. Pakaian sederhana yang dia kenakan, terlihat bukan merek mahal. Bahkan, sering hanya mengunakan baju tangan panjang putih saja tanpa dasi. “Terkadang saya jalan ke PGC (Pusat Grosir Cililitan), ke Senen, atau Mal Semanggi, ada yang senang saya beli,” katanya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

Terpopuler

Artikel Terbaru

/