30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Awas KBIH Abal-abal

Calon Jemaah Haji Bisa tak nyaman dan Gagal Berangkat

Pelaksanaan ibadah haji periode 2011 sudah semakin dekat. Kementerian Agama (Kemenag) menjadwalkan, jamaah kloter pertama mulai masuk embarkasi 1 Oktober depan. Sehari kemudian, mereka diterbangkan ke tanah suci. Kemenag mengimbau, calon jamaah haji mewaspadai keberadaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) bodong alias abal-abal.

Imbauan untuk mewaspadai legalitas KBIH ini, disampaikan oleh Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Ahmad Kartono dalam acara Rakernas I Forum Komunikasi KBIH di Asrama Haji Bekasi kemarin (21/9).

Ya, di tengah ancaman keberadaan KBIH bodong, Kartono menjelaskan jika keberadaan KBIH selama ini cukup membantu pemerintah. Sebab, dia mengakui kinerja tenaga penyuluh haji di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan belum optimal. “Tapi hati-hati jangan sampai masuk dalam KBIH bodong,” katanya.

Kartono menuturkan, selama ini Kemenag aktif untuk memberikan izin bagi KBIH. Namun, KBIH juga tegas mencabut izin KBIH-KBIH yang nakal. KBIH bodong ini, diantaranya muncul dari KBIH resmi yang izinnya dicabut tetapi masyarakat belum tahu. Dalam kasus ini, KBIH masih mengandalkan nama besarnya. Ada pula KBIH yang sejak terbentuk tidak berizin.

Keberadaan KBIH abal-abal ini cukup meresahkan. Diantaranya, mereka jelas-jelas melakukan praktik penipuan. Meskipun pada akhirnya jamaah haji yang ikut rombongan bisa terbang ke tanah suci, tapi di Arab jamaah haji ini masuk kategori jamaah haji nonkuota atau illegal. “Yang lebih menyesal lagi jika gagal berangkat,” terang Kartono.

Nasib para jamaah haji non kuota ini sering buruk ketika di Saudi. Diantaranya, mereka tidak mendapatkan perkemahan yang layak saat di Mina. Selain itu, mereka juga tidak mendapatkan makanan dan fasilitas pemondokan dari pemerintah. Keberadaan haji nonkuota ini hanya membebani petugas haji yang ada di Saudi.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Komuniasi KBIH Muchtar Ilyas menjelaskan, saat ini jumlah KBIH mencapai 2.500 buah. “Insyaallah resmi,” tutur pria asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur itu. Dari jumlah tersebut, sebagian besar KBIH berada di Provinsi Jawa Barat. Sebab, hampir 95 % calon jamaah haji di Provinsi Jawa Barat mendaftar menjadi anggota KBIH.

Mendekati masa pemberangkatan seperti sekarang, Muchtar menjelaskan aktivitas pendaftaran ikut KBIH semakin besar. Jumlahnya bisa naik jika ada calon jamaah haji yang mendaftar melalui kuota tambahan. Dalam masa yang sangat mepet ini, terkadang calon jamaah haji tidak mencaritahu dulu legalitas KBIH yang bakal dipilih.

Muchtar menjelaskan, agenda utama yang diusung dalam rakernas kemarin adalah mengakrabkan lagi KBIH dengan Kemenag. Selama ini, dia menjelaskan hubungan antara KBIH dan Kemenag sering merenggang. Contohnya, jelas mantan guru ngaji keluarga almarhum Gus Dur itu, KBIH sering mensponsori aksi-aksi demonstrasi jamaah haji di tanah suci. “Saya harap praktik-praktik seperti itu tahun ini tidak terjadi lagi,” katanya.

Forum Komunikasi KBIH lantas memberikan masukan kepada pemerintah atau Kemenag untuk menindak KBIH yang nakal. Cara yang bisa dilakukan Kemenag adalah mematikan KBIH itu dengan perlahan-lahan. Cara ini bisa dilakukan dengan memecah kloter jamaah haji yang tergabung dalam KBIH tersebut.

“Andalan KBIH selama ini adalah jamaah yang satu kloter. Jika itu dipecah menjadi beberapa kloter, KBIH itu akan mati sendiri,” pungkas mantan Kepala Badan Rukyah dan Hilal Kemenag itu. (wan/jpnn)

Dua Ribuan Kursi Masih Kosong

Upaya pemerintah mengurangi daftar tunggu haji dengan meminta tambahan kuota, tak semua dimanfaatkan masyarakat. Sebab, kursi baru yang didapat dari kuota tambahan tersebut masih banyak kosong. Jumlahnya cukup besar, di atas dua ribuan.

Pada penyelenggaraan ibadah haji periode 2011, pemerintah Indonesia mendapatkan kuota tetap dari kerjaaan Arab Saudi sebesar 211 ribu kursi. Lantas, angka tadi dipecah menjadi 194 ribu untuk jamaah haji reguler, dan 17 ribu untuk jamaah haji khusus.

Nah, pekan pertama setelah lebaran lalu, ada kabar baik. Kerajaan Arab Saudi memberi kuota tambahan untuk Indonesia sebesar 10 ribu. Jumlah itu lantas dibagi, 7.000 untuk jamaah haji reguler dan 3.000 untuk jamaah haji khusus. Dengan penambahan itu, maka total jamaah haji reguler Indonesia mencapai 201 ribu orang dan jamaah haji khusus 20 ribu.

Setelah dibagi, kuota tambahan tersebut langsung disebar ke 33 provinsi. Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) tingkat provinsi langsung mendapat tugas untuk mencukupi seluruh kuota tambahan tersebut. Mereka diberi batas hingga Senin lalu (19/9). Batas waktu ini sekaligus untuk masa pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) kuota tambahan.

Laporan dari Direktorat Pembiayaan Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemeng menyebutkan, hingga pembayaran ditutup, kuota tambahan masih belum terisi penuh.

Secara keseluruhan, jamaah haji reguler yang sudah melunasi BPIH sebesar 198.887 orang. Dengan demikian, masih ada 2.113 kursi kosong. Jumlah ini hampir sama dengan kursi kosong jamaah haji reguler tahun lalu. Sementara itu, laporan terakhi pelunasan BPIH haji khusus mencapai 19.399. Artinya, masih ada 601 kursi kosong. “Kursi kosong ini bakal kembali ke pusat (Kemenag, Red), dan menjadi wewenang menteri,” ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi.

Kabar masih banyaknya kursi kosong ini, sampai ke masyarakat. Tak ayal, kemarin kantor Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemang diserbu calon jamaah haji yang tidak mau antre. Mereka tidak hanya berasal dari DKI Jakarta. Ada juga yang datang dari Batam, Jawa Timur, Jawa Timur, hingga Makassar.
Muhammad Amrudin, salah satu calon jamaah haji yang ingin berangkat lebih cepat dari daftar tunggu menjelaskan, masyarakat sudah memperkiraan kursi kosong mencapai ribuan. “Untuk itu saya datang ke sini, supaya bisa memastikan berangkat tahun ini,” ujar pria 47 tahun asal Batam itu. Dia mengaku sudah melayangkan proposal pengajuan percepatan keberangkatan pertengahan Ramadan lalu.

Siti Kholifah, pengantre selanjutnya juga berharap bisa berangkat lebih cepat. Perempuan 42 tahun asal Garut, Jawa Barat itu mengaku mengajukan percepatan pemberangkatan haji sekaligus untuk orang tuanya yang sudah berumur 70 tahun lebih. Dia mengaku sudah berupaya keras di tingkat Kanwil Kemenag Jawa Barat, tapi belum ada hasil. “Siapa tahu jika langsung ke pusat, bisa dipastikan berangkat tahun ini,” kata dia.(wan/nw/jpnn)

Berharap Calhaj Jujur Soal Riwayat Kesehatan

Kesehatan optimal adalah syarat penting bagi suksesnya ibadah haji. Karena itu calon jamaah haji (calhaj) diimbau jujur tentang riwayat kesehatannya saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Tanah Air.

“Tolong pada saat pemeriksaan kesehatan, disampaikan penyakit (yang diidap) yang benar. Mengakui sakit atau keluhan apa,” imbau Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Taufik Tjahjadi usai menutup pelatihan petugas haji nonkloter 2011 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Taufik menjamin, kejujuran tentang sakit yang diidap, tidak berdampak pada larangan orang tersebut untuk naik haji. “Tidak ada yang kita larang berangkat, asal namanya masuk dalam kuota (haji), itu amanat UU,” tandasnya. Hanya jamaah yang sakit menular saja yang dilarang berangkat.

Kejujuran riwayat kesehatan itu diperlukan, urai Taufik, agar petugas bisa melakukan pembinaan kesehatan terhadap calon jamaah tersebut. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana kesiagaan petugas yang mendampingi. Hal ini akan membentuk jamaah yang sehat dan mandiri, yang berujung pada haji mabrur.
“Kami minta semua jamaah menyampaikan semua informasi (kesehatan), jangan ada yang disembunyikan,” ujarnya.

Kemenkes bertekat untuk menurunkan angka kematian sebagai indikator keberhasilan program kesehatan dalam pelaksanaan ibadah haji. Tahun lalu, sebanyak 451 jamaah haji meninggal karena sakit alias 2,08 persen per 1.000 jamaah. Angka ini menurutnya lebih tinggi dari indikator yang ditetapkan yaitu 2 persen per 1.000 jamaah. “Kami harap tahun ini (angka kematian) bisa diturunkan,” harap Taufik.

Mayoritas jamaah wafat karena sakit jantung, paru-paru, dan pembuluh darah otak. “Dan itu merupakan bakat (penyakit bawaan, Red) dari Tanah Air,” pungkasnya. (net/jpnn)

Calon Jemaah Haji Bisa tak nyaman dan Gagal Berangkat

Pelaksanaan ibadah haji periode 2011 sudah semakin dekat. Kementerian Agama (Kemenag) menjadwalkan, jamaah kloter pertama mulai masuk embarkasi 1 Oktober depan. Sehari kemudian, mereka diterbangkan ke tanah suci. Kemenag mengimbau, calon jamaah haji mewaspadai keberadaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) bodong alias abal-abal.

Imbauan untuk mewaspadai legalitas KBIH ini, disampaikan oleh Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Ahmad Kartono dalam acara Rakernas I Forum Komunikasi KBIH di Asrama Haji Bekasi kemarin (21/9).

Ya, di tengah ancaman keberadaan KBIH bodong, Kartono menjelaskan jika keberadaan KBIH selama ini cukup membantu pemerintah. Sebab, dia mengakui kinerja tenaga penyuluh haji di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan belum optimal. “Tapi hati-hati jangan sampai masuk dalam KBIH bodong,” katanya.

Kartono menuturkan, selama ini Kemenag aktif untuk memberikan izin bagi KBIH. Namun, KBIH juga tegas mencabut izin KBIH-KBIH yang nakal. KBIH bodong ini, diantaranya muncul dari KBIH resmi yang izinnya dicabut tetapi masyarakat belum tahu. Dalam kasus ini, KBIH masih mengandalkan nama besarnya. Ada pula KBIH yang sejak terbentuk tidak berizin.

Keberadaan KBIH abal-abal ini cukup meresahkan. Diantaranya, mereka jelas-jelas melakukan praktik penipuan. Meskipun pada akhirnya jamaah haji yang ikut rombongan bisa terbang ke tanah suci, tapi di Arab jamaah haji ini masuk kategori jamaah haji nonkuota atau illegal. “Yang lebih menyesal lagi jika gagal berangkat,” terang Kartono.

Nasib para jamaah haji non kuota ini sering buruk ketika di Saudi. Diantaranya, mereka tidak mendapatkan perkemahan yang layak saat di Mina. Selain itu, mereka juga tidak mendapatkan makanan dan fasilitas pemondokan dari pemerintah. Keberadaan haji nonkuota ini hanya membebani petugas haji yang ada di Saudi.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Komuniasi KBIH Muchtar Ilyas menjelaskan, saat ini jumlah KBIH mencapai 2.500 buah. “Insyaallah resmi,” tutur pria asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur itu. Dari jumlah tersebut, sebagian besar KBIH berada di Provinsi Jawa Barat. Sebab, hampir 95 % calon jamaah haji di Provinsi Jawa Barat mendaftar menjadi anggota KBIH.

Mendekati masa pemberangkatan seperti sekarang, Muchtar menjelaskan aktivitas pendaftaran ikut KBIH semakin besar. Jumlahnya bisa naik jika ada calon jamaah haji yang mendaftar melalui kuota tambahan. Dalam masa yang sangat mepet ini, terkadang calon jamaah haji tidak mencaritahu dulu legalitas KBIH yang bakal dipilih.

Muchtar menjelaskan, agenda utama yang diusung dalam rakernas kemarin adalah mengakrabkan lagi KBIH dengan Kemenag. Selama ini, dia menjelaskan hubungan antara KBIH dan Kemenag sering merenggang. Contohnya, jelas mantan guru ngaji keluarga almarhum Gus Dur itu, KBIH sering mensponsori aksi-aksi demonstrasi jamaah haji di tanah suci. “Saya harap praktik-praktik seperti itu tahun ini tidak terjadi lagi,” katanya.

Forum Komunikasi KBIH lantas memberikan masukan kepada pemerintah atau Kemenag untuk menindak KBIH yang nakal. Cara yang bisa dilakukan Kemenag adalah mematikan KBIH itu dengan perlahan-lahan. Cara ini bisa dilakukan dengan memecah kloter jamaah haji yang tergabung dalam KBIH tersebut.

“Andalan KBIH selama ini adalah jamaah yang satu kloter. Jika itu dipecah menjadi beberapa kloter, KBIH itu akan mati sendiri,” pungkas mantan Kepala Badan Rukyah dan Hilal Kemenag itu. (wan/jpnn)

Dua Ribuan Kursi Masih Kosong

Upaya pemerintah mengurangi daftar tunggu haji dengan meminta tambahan kuota, tak semua dimanfaatkan masyarakat. Sebab, kursi baru yang didapat dari kuota tambahan tersebut masih banyak kosong. Jumlahnya cukup besar, di atas dua ribuan.

Pada penyelenggaraan ibadah haji periode 2011, pemerintah Indonesia mendapatkan kuota tetap dari kerjaaan Arab Saudi sebesar 211 ribu kursi. Lantas, angka tadi dipecah menjadi 194 ribu untuk jamaah haji reguler, dan 17 ribu untuk jamaah haji khusus.

Nah, pekan pertama setelah lebaran lalu, ada kabar baik. Kerajaan Arab Saudi memberi kuota tambahan untuk Indonesia sebesar 10 ribu. Jumlah itu lantas dibagi, 7.000 untuk jamaah haji reguler dan 3.000 untuk jamaah haji khusus. Dengan penambahan itu, maka total jamaah haji reguler Indonesia mencapai 201 ribu orang dan jamaah haji khusus 20 ribu.

Setelah dibagi, kuota tambahan tersebut langsung disebar ke 33 provinsi. Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) tingkat provinsi langsung mendapat tugas untuk mencukupi seluruh kuota tambahan tersebut. Mereka diberi batas hingga Senin lalu (19/9). Batas waktu ini sekaligus untuk masa pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) kuota tambahan.

Laporan dari Direktorat Pembiayaan Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemeng menyebutkan, hingga pembayaran ditutup, kuota tambahan masih belum terisi penuh.

Secara keseluruhan, jamaah haji reguler yang sudah melunasi BPIH sebesar 198.887 orang. Dengan demikian, masih ada 2.113 kursi kosong. Jumlah ini hampir sama dengan kursi kosong jamaah haji reguler tahun lalu. Sementara itu, laporan terakhi pelunasan BPIH haji khusus mencapai 19.399. Artinya, masih ada 601 kursi kosong. “Kursi kosong ini bakal kembali ke pusat (Kemenag, Red), dan menjadi wewenang menteri,” ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi.

Kabar masih banyaknya kursi kosong ini, sampai ke masyarakat. Tak ayal, kemarin kantor Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemang diserbu calon jamaah haji yang tidak mau antre. Mereka tidak hanya berasal dari DKI Jakarta. Ada juga yang datang dari Batam, Jawa Timur, Jawa Timur, hingga Makassar.
Muhammad Amrudin, salah satu calon jamaah haji yang ingin berangkat lebih cepat dari daftar tunggu menjelaskan, masyarakat sudah memperkiraan kursi kosong mencapai ribuan. “Untuk itu saya datang ke sini, supaya bisa memastikan berangkat tahun ini,” ujar pria 47 tahun asal Batam itu. Dia mengaku sudah melayangkan proposal pengajuan percepatan keberangkatan pertengahan Ramadan lalu.

Siti Kholifah, pengantre selanjutnya juga berharap bisa berangkat lebih cepat. Perempuan 42 tahun asal Garut, Jawa Barat itu mengaku mengajukan percepatan pemberangkatan haji sekaligus untuk orang tuanya yang sudah berumur 70 tahun lebih. Dia mengaku sudah berupaya keras di tingkat Kanwil Kemenag Jawa Barat, tapi belum ada hasil. “Siapa tahu jika langsung ke pusat, bisa dipastikan berangkat tahun ini,” kata dia.(wan/nw/jpnn)

Berharap Calhaj Jujur Soal Riwayat Kesehatan

Kesehatan optimal adalah syarat penting bagi suksesnya ibadah haji. Karena itu calon jamaah haji (calhaj) diimbau jujur tentang riwayat kesehatannya saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Tanah Air.

“Tolong pada saat pemeriksaan kesehatan, disampaikan penyakit (yang diidap) yang benar. Mengakui sakit atau keluhan apa,” imbau Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Taufik Tjahjadi usai menutup pelatihan petugas haji nonkloter 2011 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Taufik menjamin, kejujuran tentang sakit yang diidap, tidak berdampak pada larangan orang tersebut untuk naik haji. “Tidak ada yang kita larang berangkat, asal namanya masuk dalam kuota (haji), itu amanat UU,” tandasnya. Hanya jamaah yang sakit menular saja yang dilarang berangkat.

Kejujuran riwayat kesehatan itu diperlukan, urai Taufik, agar petugas bisa melakukan pembinaan kesehatan terhadap calon jamaah tersebut. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana kesiagaan petugas yang mendampingi. Hal ini akan membentuk jamaah yang sehat dan mandiri, yang berujung pada haji mabrur.
“Kami minta semua jamaah menyampaikan semua informasi (kesehatan), jangan ada yang disembunyikan,” ujarnya.

Kemenkes bertekat untuk menurunkan angka kematian sebagai indikator keberhasilan program kesehatan dalam pelaksanaan ibadah haji. Tahun lalu, sebanyak 451 jamaah haji meninggal karena sakit alias 2,08 persen per 1.000 jamaah. Angka ini menurutnya lebih tinggi dari indikator yang ditetapkan yaitu 2 persen per 1.000 jamaah. “Kami harap tahun ini (angka kematian) bisa diturunkan,” harap Taufik.

Mayoritas jamaah wafat karena sakit jantung, paru-paru, dan pembuluh darah otak. “Dan itu merupakan bakat (penyakit bawaan, Red) dari Tanah Air,” pungkasnya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/