Lima Masih DPO Kasus Pelatihan Militer di Aceh dan Bom Poso
JAKARTA-Penangkapan Nanang Irawan alias Nang Ndut di Madiun kemarin pagi mengakhiri pelarian kawanan pengebom Masjid Mapolresta Cirebon dan gereja GBIS Solo. Kelompok yang menamakan diri Tauhid Wal Jihad itu berhasil digulung oleh kerja rapi Detasemen Khusus 88 Mabes Polri dengan strategi persuasi.
Nanang Irawan warga Cemani, Grogol, Surakarta ditangkap di sebuah pabrik penyamakan kulit di Dolopo Madiun oleh tim Mabes Polri. “Dia tidak melakukan perlawanan,” ujar Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di kantornya kemarin (21/10). Nanang menggunakan nama samaran Gilang Rian Janu.
Dugaan sementara Nanang tidak hanya terlibat dalam kasus pengeboman Masjid Mapolresta Cirebon. “Kita juga dalami keterlibatannya untuk kasus peledakan di GBIS Solo. Polri punya tujuh hari untuk menyidik sebelum resmi dijadikan tersangka,” kata mantan Kapolda Jatim ini.
Penangkapan Nanang berawal dari informasi yang diperoleh dari Yadi Al Hasan yang ditangkap di rumahnya, Pasindangan, Gunung Jati,Cirebon. Yadi menyerah tanpa perlawanan setelah berhasil dibujuk melalui perantara komunikasi kakaknya.
Yadi mengakui dua bulan sebelumnya menemui Nanang di Solo. Saat itu, Nanang hendak pergi ke Madiun dan tinggal di sana. “Dengan ditangkapnya Yadi dan Nanang berarti untuk jaringan Cirebon sudah semuanya (tertangkap). Tapi, untuk yang lain masih ada DPO (Daftar Pencarian Orang),” kata Anton.
DPO yang terkait kasus terorisme lainnya adalah Umar alias Bujang alias Dede alias Rosi, Santoso alias Santo alias Abu Wardah, Cahya alias Ramzan, Imam Rasyidi alias Imam Sukamto alias Harun alias Yasir, dan Taufik Balaga alias Upik Lawanga. Mereka diduga terlibat pelatihan militer di Aceh dan juga kasus pengeboman di Poso 2006-2007.
Di bagian lain, kemarin tim Densus 88 juga melakukan penggeledahan di rumah Yadi di Cirebon. Mereka mencari barang bukti sebagai penguat sangkaan terhadap keterlibatan bapak satu anak berusia delapan bulan ini. Tim menemukan peta lokasi Mapolresta Cirebon, sejumlah buku dan kaos.
Hari ini, tim Densus 88 Mabes Polri juga akan menggelar rekonstruksi di sejumlah tempat di Solo terkait tersangka Umar Patek. Adik ipar Dulmatin Hari Kuncoro juga dibawa ke Solo untuk melengkapi keterangan lokasi persiapan bom Bali 1 yang terjadi sembilan tahun lalu itu.
Kali ini, tim Densus 88 sebenarnya cukup berani mengambil resiko dengan melakukan rekonstruksi di Solo. “Kami ekstra waspada dengan adanya upaya provokasi-provokasi,” kata sumber Jawa Pos (Group Sumut Pos) yang ikut mengawal Patek.
Selain mengerahkan 500 polisi setempat, tim CRT (Crisis Response Team) Densus 88 juga siaga penuh. Tim CRT ini dibekali dengan senjata peluru tajam yang siap digunakan jika kondisi mendesak. (rdl/jpnn)