Dikelilingi pohon trembesi yang sudah berusia ratusan tahun. Lapangan Merdeka Medan mulai dijadikan lapangan resmi sejak tahun 1885. Sebelumnya lapangan itu pada zaman Hindia Belanda disebut Esplanade kemudian pada zaman pendudukan Jepang disebut Fukuraido. Baru setelah Indonesia merdeka pada namanya diubah menjadi Lapangan Merdeka.
Sejatinya, dulu taman ini adalah kebun tembakau serta rawa-rawa. Sebagai suatu taman, keberadaan Esplanade sesungguhnya mirip sebuah lapangan kota yang kecil karena menghadap gedung balaikota dan beberapa perkantoran pemerintah. Sekalipun kemungkinan lapangan ini bukan satu-satunya lapangan yang besar di Medan namun demikian keberadaan Esplanade dapat dibandingkan seperti Lapangan Banteng. Pada masa lalu lapangan ini adalah tempat rekreasi keluarga.
Dulu di bawah Lapangan Merdeka Medan terdapat parit besar untuk pembuangan air yang mengalir ke Sungai Deli. Di tempat inilah diselenggarakan pasar malam pertama pada tahun 1908. Sedangkan Museum Medan berada di depan pos polisi yang terbakar tahun 1944. Selain ruang terbuka untuk rekreasi warga, Lapangan Merdeka juga turut andil dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Pada pada Oktober 1945, tempat ini menjadi saksi pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI yang dibacakan Mohammad Hasan.
Keberadaan gedung kantor pos di depan lapangan seperti ini merupakan prototipe kantor-kantor pos lain di beberapa kota antara lain Bandung, Magelang dan kota-kota kecil lainnya.
Namun keberadaan kantor pos yang berhadap-hadapan dengan gedung balaikota hanya ditemukan di Medan. Sayang, Lapangan Merdeka yang seharusnya terbuka kini dipenuhi bangunan-bangunan semipermanen yang berfungsi sebagai restoran dan cafe. Kehadirannya sekarang ini yang dipenuhi bangunan-bangunan baru tersebut sangat mengganggu sistem visual sebagai sebuah ruang terbuka kota. (bbs/net)