25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Bisnis yang Kritis

Bisnis mebel kini bukan dalam status krisis, tapi kritis. Hal ini diungkapkan Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono, belum lama ini.

“Ini sangat berat karena sampai bulan ini (September, Red), ekspor mebel sudah merosot lebih dari 30 persen dari tahun lalu,” katanya.

Sebelumnya, Asmindo menyebutkan ekspor mebel dan kerajinan selama semester I-2011 mencapai 1,15 miliar dollar AS. Angka itu melorot 21,31 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 1,46 miliar dollar AS.
Khusus untuk mebel rotan, penurunannya 26,12 persen menjadi 60,32 juta dollar AS.

Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra menjelaskan, penurunan ekspor mebel rotan sudah terasa sejak krisis tahun 2008. “Tahun 2010 ekspor mebel rotan sudah jelek, tetapi tahun ini lebih jelek lagi,” ujarnya.

Penurunan juga terjadi karena persaingan pasar. Misalnya mebel rotan yang bersaing ketat dengan China dan Vietnam.
Padahal, bahan baku keduanya adalah rotan Indonesia. Karena itu, ia menandaskan, kebijakan yang mengizinkan ekspor bahan baku rotan harus dihentikan.

Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengakibatkan harga mebel Indonesia di pasar ekspor makin mahal. Memang, belakangan ini rupiah kembali melemah. Namun, Asmindo melihat pelemahaan rupiah belum cukup membantu.

Berbeda dengan pasar ekspor yang anjlok, pasar mebel domestik masih sehat. Ketua Asmindo Jepara Achmad Fauzi mengatakan, permintaan mebel domestik tumbuh 6-10 persen per tahun. Peningkatan permintaan terutama untuk mebel ukir dari Jepara. “Terutama dari Indonesia Timur untuk kebutuhan perkantoran dan rumah tangga,”katanya.(net/jpnn)

Bisnis mebel kini bukan dalam status krisis, tapi kritis. Hal ini diungkapkan Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono, belum lama ini.

“Ini sangat berat karena sampai bulan ini (September, Red), ekspor mebel sudah merosot lebih dari 30 persen dari tahun lalu,” katanya.

Sebelumnya, Asmindo menyebutkan ekspor mebel dan kerajinan selama semester I-2011 mencapai 1,15 miliar dollar AS. Angka itu melorot 21,31 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 1,46 miliar dollar AS.
Khusus untuk mebel rotan, penurunannya 26,12 persen menjadi 60,32 juta dollar AS.

Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra menjelaskan, penurunan ekspor mebel rotan sudah terasa sejak krisis tahun 2008. “Tahun 2010 ekspor mebel rotan sudah jelek, tetapi tahun ini lebih jelek lagi,” ujarnya.

Penurunan juga terjadi karena persaingan pasar. Misalnya mebel rotan yang bersaing ketat dengan China dan Vietnam.
Padahal, bahan baku keduanya adalah rotan Indonesia. Karena itu, ia menandaskan, kebijakan yang mengizinkan ekspor bahan baku rotan harus dihentikan.

Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengakibatkan harga mebel Indonesia di pasar ekspor makin mahal. Memang, belakangan ini rupiah kembali melemah. Namun, Asmindo melihat pelemahaan rupiah belum cukup membantu.

Berbeda dengan pasar ekspor yang anjlok, pasar mebel domestik masih sehat. Ketua Asmindo Jepara Achmad Fauzi mengatakan, permintaan mebel domestik tumbuh 6-10 persen per tahun. Peningkatan permintaan terutama untuk mebel ukir dari Jepara. “Terutama dari Indonesia Timur untuk kebutuhan perkantoran dan rumah tangga,”katanya.(net/jpnn)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

Terpopuler

Artikel Terbaru

/