26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kawasan Banjir Rawan Leptospirosis

Jangan Biarkan Tikus Berkembang

Tidak dapat dipungkiri kalau kini Kota Medan menjadi langganan banjir. Ya, begitu hujan deras langsung membuat jalanan dan sebagian wilayah pemukiman tergenang air. Nah, selain kerugian material, ada pula yang wajib diwaspadai dari genangan air tersebut. Yakni, penyakit leptospirosis.

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai zoonosis.

Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, jadi seringkali tidak terdiagnosis.

Namun, jangan anggap enteng dengan penyakit ini (lihat grafis). Setidaknya, dikutip dari infeksi.com, pada banjir besar di Jakarta tahun 2002 lalu terdata sedikitnya 113 pasien leptospirosis. Dari jumlah itu, 20 orang meninggal.

Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim penghujan, lebih-lebih dengan adanya penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Pembawa utama penyakit ini adalah tikus dengan kuman leptospira hidup di dalam ginjal dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih.

Selain tikus, pembawa penyakit ini adalah berbagai hewan menyusui seperti anjing, babi, kucing, kuda, domba dan sebagainya yang merupakan hewan kandang ataupun bukan.

Terkait dengan itulah, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) RI mengimbau Dinas Kesehatan Provinsi untuk waspada terhadap penyakit leptospirosis ini. Nah, melanjuti imbauan dari Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes, Dinkes Sumut telah mengirimkan surat edaran berupa kewaspadaan dini ke seluruh kab/kota.

“Memang kasus leptospirosis belum ada yang dilaporkan kab/kota, tetapi kita sudah buat surat edaran untuk kewaspadaan terhadap penyakit ini,” ujar Kadis Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG melalui Kasi Bimdal Pencegahan Penyakit Sukarni SKM. Jumat (29/4) di ruang kerjanya.

Dalam surat Kemenkes RI disebutkan International Leptospirosis Society menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan leptospirosis yang tinggi. Tahun 2010 terdapat 8 provinsi yang melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Leptospirosis saar ini diperkirakan sudah ada di 33 provinsi karena berkaitan dengan keberadaan tikus (rodent) sebagai reservoar dan lingkungan sebagai faktor risiko.

“Kita berharap kab/kota meningkatkan surveilans pada manusia di daerah faktor risiko tinggi seperti daerah pertanian, perkebunan yang kemungkinan terjadi peningkatan populasi tikus juga pada daerah rawan banjir,” ujar Sukarni.

Ia juga berharap surveilans aktif dalam penemuan dini kasus leptospirosis. Apabila ditemukan segera melakukan pengobatan pada populasi dan tersangka penderita dengan antibiotika.

Terkait dengan kewaspadaan leptospirosis, pengamat kesehatan, dr Delyuzar menjelaskan, kuman leptospira merupakan satu jenis bakteri kecil yang lebih kecil dari bakteri apapun yang sulit dilihat dengan mikroskop biasa. Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia. “Dulu namanya weil karena yang melaporkan bernama Adolf Weil. Penyakit ini bisa mengganggu saraf, pembesaran hati, gangguan ginjal,” terangnya.

Biasanya, tambah Delyuzar, penyakit ini berpotensi menyerang orang  yang bekerja di sawah, dokter hewan, dan orang  yang tinggal di kota tepatnya di daerah rawan banjir. Untuk itu, katanya, rumah yang terkena banjir harus benar-benar dibersihkan. (mag-7)

Jangan Biarkan Tikus Berkembang

Tidak dapat dipungkiri kalau kini Kota Medan menjadi langganan banjir. Ya, begitu hujan deras langsung membuat jalanan dan sebagian wilayah pemukiman tergenang air. Nah, selain kerugian material, ada pula yang wajib diwaspadai dari genangan air tersebut. Yakni, penyakit leptospirosis.

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan digolongkan sebagai zoonosis.

Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya, jadi seringkali tidak terdiagnosis.

Namun, jangan anggap enteng dengan penyakit ini (lihat grafis). Setidaknya, dikutip dari infeksi.com, pada banjir besar di Jakarta tahun 2002 lalu terdata sedikitnya 113 pasien leptospirosis. Dari jumlah itu, 20 orang meninggal.

Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim penghujan, lebih-lebih dengan adanya penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Pembawa utama penyakit ini adalah tikus dengan kuman leptospira hidup di dalam ginjal dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih.

Selain tikus, pembawa penyakit ini adalah berbagai hewan menyusui seperti anjing, babi, kucing, kuda, domba dan sebagainya yang merupakan hewan kandang ataupun bukan.

Terkait dengan itulah, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) RI mengimbau Dinas Kesehatan Provinsi untuk waspada terhadap penyakit leptospirosis ini. Nah, melanjuti imbauan dari Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes, Dinkes Sumut telah mengirimkan surat edaran berupa kewaspadaan dini ke seluruh kab/kota.

“Memang kasus leptospirosis belum ada yang dilaporkan kab/kota, tetapi kita sudah buat surat edaran untuk kewaspadaan terhadap penyakit ini,” ujar Kadis Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG melalui Kasi Bimdal Pencegahan Penyakit Sukarni SKM. Jumat (29/4) di ruang kerjanya.

Dalam surat Kemenkes RI disebutkan International Leptospirosis Society menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan leptospirosis yang tinggi. Tahun 2010 terdapat 8 provinsi yang melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Leptospirosis saar ini diperkirakan sudah ada di 33 provinsi karena berkaitan dengan keberadaan tikus (rodent) sebagai reservoar dan lingkungan sebagai faktor risiko.

“Kita berharap kab/kota meningkatkan surveilans pada manusia di daerah faktor risiko tinggi seperti daerah pertanian, perkebunan yang kemungkinan terjadi peningkatan populasi tikus juga pada daerah rawan banjir,” ujar Sukarni.

Ia juga berharap surveilans aktif dalam penemuan dini kasus leptospirosis. Apabila ditemukan segera melakukan pengobatan pada populasi dan tersangka penderita dengan antibiotika.

Terkait dengan kewaspadaan leptospirosis, pengamat kesehatan, dr Delyuzar menjelaskan, kuman leptospira merupakan satu jenis bakteri kecil yang lebih kecil dari bakteri apapun yang sulit dilihat dengan mikroskop biasa. Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia. “Dulu namanya weil karena yang melaporkan bernama Adolf Weil. Penyakit ini bisa mengganggu saraf, pembesaran hati, gangguan ginjal,” terangnya.

Biasanya, tambah Delyuzar, penyakit ini berpotensi menyerang orang  yang bekerja di sawah, dokter hewan, dan orang  yang tinggal di kota tepatnya di daerah rawan banjir. Untuk itu, katanya, rumah yang terkena banjir harus benar-benar dibersihkan. (mag-7)

Artikel Terkait

Gatot Ligat Permulus Jalan Sumut

Gatot-Sutias Saling Setia

Erry Nuradi Minta PNS Profesional

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/