Sudah menjadi rahasia umum, praktik perjokian pada pelaksanaan SNMPTN selama ini memang masih terjadi. Namun, seiring sistem yang semakin baik yang dibuat dan diterapkan Dirjen Dikti Kemendiknas, praktik ini semakin hilang gemanya.
Pengamat pendidikan Robert Valentino Tarigan mengatakan, pada pelaksanaan SNMPTN 2011 ini praktik perjokian bisa ada, bisa tidak. “Karena tetap saja banyak peserta yang ingin lulus dengan mudah tanpa harus mengikuti ujian sebagaimana biasanya. Dan sistem yang semakin baik terus diterapkan ini juga meminimalisir pergerakan mereka,” katanya, Senin (30/5).
Saat wartawan menyatakan, sebagian besar joki adalah tutor atau tentor dari berbagai bimbingan belajar, Valentino tak menampik hal tersebut.
Karena itu, jelasnya, semua pihak dituntut dan diharapkan bersama-sama waspada akan praktek kecurangan pada SNMPTN tersebut.
Valentino juga menyatakan, pihaknya sudah mengantisipasi jika ternyata ada seorang tutor atau tentor di bimbingan belajar yang dipimpinnya tersebut menjadi joki.
“Kita bisa mengindikasikan dari gerak-gerik tentor. Kita selalu melakukan rapat pagi sekira pukul 06.00 WIB. Jadi, jika ada tentor yang tak hadir pada hari ‘H’ pelaksanaan SNMPTN, mereka mengindikasikan dirinya sebagai yang patut dicurigai,” tuturnya.
Tak hanya sampai di situ, sambungnya, pihaknya juga akan melakukan tindakan progresif. “Kita akan menelepon yang telah dicurigai tersebut. Kita akan melakukan pembuktian, jika dia beralasan yang tak masuk akal, kita akan mendatanginya. Dan sanksi yang diberikan kepada mereka juga sangat keras, yakni pemecatan,” tegasnya.
Valentino mengimbau kepada seluruh peserta ujian, untuk yakin akan kemampuan mereka sendiri dalam pengetahuan akademik.
“Toh yang kuliah kita kan? Bukan si joki, masa kita yang kuliah yang diuji orang lain. Kan aneh? Lagian, selama sekolah 12 tahun emang gak dapat ilmu apa-apa? Ironis sekali,” katanya.
Di kesempatan berbeda, Kepala SMA WR Supratman 2 Medan Yong King Hung mengatakan, untuk praktik perjokian ujian SNMPTN 2011 di Medan sangat kecil kemungkinannya terjadi. “Sulit kalau di Medan, isu dan gembar-gembor adanya joki pada ujian SNMPTN juga tak lagi terdengar. Ini disebabkan karena sistem yang semakin baik diterapkan di Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan kita,” jelasnya.
Pria Tionghoa berkacamata ini juga menerangkan, sejak beberapa tahun terakhir peningkatan sistem ke arah yang lebih baik memang terus dilakukan. “Itu selalu saya pantau, soal pada SNMPTN ini selalu dibuat berbeda-beda walau di dalam satu ruang ujian. Tak sama dengan Ujian Nasional (UN) yang diubah hanya letak pertanyaan dan jawaban di setiap soalnya,” papar Yong.
Lebih lanjut ia menuturkan, praktik perjokian ini akan terus tergerus hingga nanti tak lagi ada.
“Pada saat itu sistem pendidikan kita sudah sangat baik dan para lulusan di setiap satuan pendidikan dasar, menengah dan tinggi akan semakin berkompeten di bidang akademiknya,” jelasnya. (saz)