Oleh: Dede Prabowo Wiguna, S.Pd
Saat ini Indonesia masih menyandang status sebagai negara berkembang. Ironi dan sangat tidak wajar, dimana negeri yang memiliki potensi sebesar Indonesia kondisinya sungguh memprihatinkan. Pemberian status tersebut bukan tanpa dasar, tetapi ada beberapa kriteria pokok atau indikator yang biasa digunakan untuk menilai suatu negara. Nah, Indonesia dapat diukur dengan beberapa indikator pokok berikut ini.
Pertama, indeks pembangunan manusia Indonesia menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 mencapai 72,27 poin, angka rata-rata harapan hidup 69,43 tahun, angka melek huruf 92,91 persen, rata-rata lama sekolah 7,92 tahun dan daya beli per kapita sebesar Rp633,64 ribu.
Berikutnya dipertegas berdasarkan data UNDP, Indonesia menempati urutan 124 dari 187 negara dengan IPM sebesar 0.617 poin, angka rata-rata harapan hidup 69,4 tahun dengan rata-rata lama sekolah 5,8 tahun. Indonesia menempati urutan ke-enam dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang dibentuk atas tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living standard).
Kedua, Pertumbuhan penduduk dapat dikatagorikan menengah. Ini berdasarkan hasil sensus 2010 dimana jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Adapun penggolongan pertumbuhan penduduk yaitu: Pertumbuhan penduduk rendah : < 1 persen, Pertumbuhan penduduk menengah : 1 persen – 2 persen, Pertumbuhan penduduk tinggi : > 2 persen.
Ketiga, pendapatan perkapita Indonesia pada tahun 2011 lalu berkisar 3.500 hingga 3.600 US$. Maka dengan begitu Indonesia tergolong kepada kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income economies). Sebagaimana menurut Bank Dunia yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita antara US$2,991 sampai US$4,870 dikatagorikan sebagai (upper-middle income economies). Dan kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita antara US$4,871 sampai US$25,480 bahkan lebih.
Dari indikator tersebut, maka Indonesia saat ini masih tergolong negara berkembang. Walaupun ada banyak indikator-indikator atau penilaian lainnya, misalnya dari tingkat pengangguran terbuka yang masih cukup tinggi 6,80 persen. Dan oleh sebab itu, disini terjadi ketidakwajaran atau problematik dimana Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya yang luar biasa masih ‘tersandera’ dengan status Negara Berkembang.
Istilah Negara Berkembang dan Negara Maju
Secara umum, negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang (0,500-0,799). Sedangkan negara maju adalah julukan bagi negara-negara yang memimpin secara ekonomi di dunia, karena sektor industri dalam negerinya didominasi sektor tersier dan kuarter.
Perekonomian negara maju berbanding lurus dengan tingginya GDP dan tingginya HDI (Indeks Pembangunan Manusia) yaitu di atas 0,7999. Seorang Demografer dan Ekonom dari Perancis ( A. Souvy) pernah membagi negara menjadi tiga. Pertama, kelompok negara-negara dunia kesatu yakni negara yang merupakan kelompok blok barat atau blok kapitalis. Misal, Inggris, Amerika Serikat dan Perancis.
Kelompok ini tergolong negara maju. Kedua, kelompok negara dunia kedua yakni negara yang merupakan kelompok blok timur atau blok komunis. Misal, Uni Soviet. Kelompok ini juga negara maju, tetapi Uni Soviet sekarang telah terpecah menjadi beberapa negara bagian.
Namun, sejarah mencatat negara blok barat dan blok timur seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah negara pemenang Perang Dunia 2 (1939-1945). Sedangkan yang terakhir negara dunia ketiga yakni negara-negara non-blok dimana pada umumnya masih negara berkembang termasuk Indonesia disini.
Pencapaian menjadi Negara Maju menjadi ‘brand’ tersendiri. Sebab, apabila suatu negara menjadi negara maju maka masyarakatnya identik dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak pulau yang tersebar di seluruh nusantara, jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.504 buah.
Sebanyak 7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 pulau belum memiliki nama. Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Ambon, Pulau Papua (Irian), Pulau Bali, Pulau Madura, dan Pulau Lombok, adalah pulau-pulau besar dan utama yang banyak didiami oleh penduduk di Indonesia.
Problem dan Propek Indonesia
Dan dari ribuan pulau tersebut terdapat bermacam-macam sumberdaya sehingga Indonesia sangat mungkin lepas landas menjadi negara maju. Adapun potensi Indonesia dari ribuan pulau yang dimaksud adalah sumberdaya dengan segala bentuknya. Sumberdaya di Indonesia meliputi sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya budaya (SDB). Ketiga bentuk sumberdaya ini kemudian membawa prospek Indonesia menjadi negara maju. Lebih lanjut, perlu diketahui secara kuantitatif dan kualitatif potensi tersebut.
Dengan luas wilayah Indonesia sekitar 1.910.931 km2, secara geografis Indonesia terletak di antara 6° LU-11° LS dan 95° BT-141° BT. Letak ini sangat strategis sebab berada di posisi silang antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia.
Secara kuantitatif sumberdaya manusia Indonesia saat ini berada diurutan ke-4 dunia yaitu dengan jumlah sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebesar 58 persen, yang diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk Pulau Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen.
Untuk menjadi negara maju jumlah penduduk Indonesia yang besar ini harus dikelola seimbang dengan kualitas penduduknya. Tantangan kedepan tentu bagaimana cara peningkatan dan pemerataan kualitas penduduk Indonesia dari berbagai dispilin ilmu di seluruh pelosok tanah air. Namun, saat ini cenderung sentralistik dan terpusat di Pulau Jawa.
Berikutnya, sumberdaya alam Indonesia selalu menjadi harta karun nusantara. Julukan Jamrud Khatulistiwa selalu menjadi daya tarik bagi negara-negara lain untuk datang ke bumi nusantara. Sumberdaya alam Indonesia tersebar diseluruh pulau. Persebaran SDA meliputi SDA yang dapat diperbaharui seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan, dan SDA yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas bumi, batu bara, besi, timah, bauksit, emas dan perak. Jika analisa maka pertanyaannya adalah mengapa negeri yang kaya dengan sumberdaya alam begini masih tetap miskin masyarakatnya? Banyak faktor untuk menjawab pertanyaan ini. Ini sebuah problem.
Tetapi bagi masyarakat secara umum pasti menjawab bahwa asset perusahaan Indonesia masih banyak di kuasai oleh asing. Hal ini disebabkan oleh perlunya pemerataan kualitas SDM serta komitmen lembaga negara (Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) untuk bersama mengelola sumberdaya alam Indonesia.
Selanjutnya, SDB Indonesia juga tidak kalah penting untuk dikaji. Sebagai negara multi-etnis, Indonesia mampu menunjukan kepada “negeri orang” bahwa Indonesia negeri yang rukun dan aman. Masyarakat hidup tentram walaupun dengan berbagai macam agama besar dan suku bangsa. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa saat ini Indonesia terdiri dari 6 agama besar yang berkembang seperti Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Menurut data dari Sensus Penduduk terakhir yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, diketahui jumlah suku di Indonesia yang berhasil terdata sebanyak 1.128 suku bangsa.
Besarnya suku bangsa menambah kebudayaan asli Indonesia. Hasil kebudayaan suku bangsa sangat berharga karena bernilai ekonomi dan nilai seni yang tinggi. Begitulah Indonesia dengan beragam problematikanya. Terlepas dari itu, prospek dari sumberdaya yang dimiliki Indonesia adalah sebuah harapan untuk lepas landas menuju negara maju berperadaban tinggi sehingga masyarakatnya makmur dan sejahtera. Semoga!***
Penulis adalah Alumnus Universitas Negeri
Medan dan Pengajar Nurul Fikri Jakarta