25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Media Berita Di Internet dan Konflik Dunia Maya

Oleh: Rindu Rumapea

Saya sering online dan membaca berita-berita yang ada diinternet. Selain itu, saya juga suka membaca komentar-komentar pembaca juga sebab ada banyak hal baru yang bisa semakin memperkaya informasi yang saya miliki. Selain itu, sangat jamak media berita online menyediakan ruang untuk berkomentar atas berita yang disajikan. Akan tetapi, saya sering kecewa melihat komentar-komentar para pembaca yang menjurus pada tindakan saling mengejek dan memaki.

Para pembaca yang budiman menjadi para pencela atau pengejek yang emosional. Pembaca saling membalas komentar dengan kata-kata yang kurang membangun sehingga ada ratusan bahkan lebih orang yang terlibat. Jika dulu sering terjadi adu fisik, kini menjadi adu kata dan jika ingin melihat pertengkaran ratusan bahwa lebih maka bukalah berita online yang paling banyak komentarnya, maka sangat mudah kita temui.

Kisruh lewat kata/komentar tersebut kerap muncul kala berita yang disajikan menyangkut agama. Entah mengapa, berita yang begitu baik dan nyata mengupas mengenai agama malah menghasilkan komentar-komentar yang saling mengejek agama lain. Setiap orang bisa dengan sesukanya berkomentar dan mengeluarkan kata-kata yang tidak membangun sebab bisa menggunakan nama samaran untuk berkomentar. Artinya, orang tersebut tidak bertanggung jawab dengan komentar yang dikeluarkannya.

Saya pun mulai menerka-nerka bagaimana jika orang-orang tersebut saling berhadapan langsung. Tidak menutup kemungkinan tidak hanya adu mulut tetapi juga adu jotos. Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi negera kita merupakan Negara yang rawan konflik agama. Sedikit hal saja yang berkaitan dengan agama akan bisa menimbulkan konflik yang besar. Oleh karena itu, gejala-gejala seperti kisruh di dunia maya perlu mendapat perhatian penting dan diatasi dengan benar, sebab kisruh tersebut tentu berpotensi lahir ke dunia nyata.

Kepada Media

Kisruh komentar yang saling mengejek di media online, tentu seharusnya mendapat perhatian dari media yang menyediakan ruang tersebut. Berita yang disajikan sangat bagus, namun ruang komentar yang disajikan membuat beritanya malah memicu pertengkaran kata di dunia maya. Hal ini sangat mengkhawatirkan mental orang-orang yang membacanya. Apalagi, orang paling mudah menangkap sesuatu hal dari apa yang dilihatnya dan dibacanya dengan emosional. Mengkhawatirkan mental yang saya maksudkan adalah kita cenderung berprasangka negatif terhadap sesuatu hal. Misalkan saja, ada berita mengenai kerusuhan yang ditimbulkan mengatasnamakan agama maka komentarnya berisi mengejek agama lain dan memamerkan kebaikan agamanya. Hal ini berbuntut panjang, dimana orang yang berkomentar tersebut akan semakin memiliki paradigma bahwa benarlah keyakinannya dan keyakinan orang lain itu salah. Akhirnya, dalam pergaulannya akan memandang sebelah mata orang-orang yang bersebrangan keyakinan dengannya. Pergaulan yang seperti itu tentu tidak sehat karena dihinggapi pikiran yang negatif.

Keadaan seperti itu bisa makin parah jika ada peluang untuk menyakiti orang yang bersebrangan keyakinan dengannya, maka ia bisa dengan sigap ikut mengambil bagian, malah menjadi penggeraknya sebab pikirannya telah berisi kebencian-kebencian akibat komentar yang mengejek keyakinannya.
Mengingat bahwa konflik tersebut ada karena ruang publik di media berita online, maka media yang menyediakannya haruslah bertanggung jawab. Paling tidak bertanggung jawab menutup ruang terjadinya konflik yang menjurus pada pelecehan berkeyakinan tersebut. Media tersebut harus bisa menyaring komentar-komentar yang kurang baik dan akun yang dipergunakan oleh orang-orang yang berkomentar pun adalah data dirinya sendiri sehingga otomatis orang tersebut urung niatnya untuk berkomentar negatif. Ada banyak media yang saya lihat melakukan demikian, sehingga komentar yang baru dikirim pembaca tidak langsung muncul, melainkan muncul pada hari berikutnya sehingga media tersebut memiliki waktu untuk melakukan seleksi pada komentar-komentar yang dikirimkan. Jika ada komentar berupa ejekan atau makian terhadap pihak lain hendaknya media berita tersebut dengan sigap menghapus komentar yang seperti itu agar tidak mengundang ejekan dari pengguna internet lainnya. Dan harusnya media memiliki komitmen untuk menjauhkan medianya dari hal-hal negatif seperti itu karena jelas akan merugikan media tersebut. Orang-orang yang berpendidikan tentu akan menjauhi media seperti itu.

Kepada Pengguna Media

Besar harapan kita semua bahwa ruang pemicu konflik semakin diperkecil.  Negara ini telah memasuki masa rawan konflik maka semua pihak seharusnya mendukung upaya perdamaian dengan menutup ruang konflik. Media internet kerap kali menutup mata dengan itu sehingga tidak menyaring berita atau komentar yang ada. Oleh karena itu, semua pihak terutama media berita internet dan pengguna internet dengan bijak mengarahkan diskusi maya yang ada menjadi diskusi yang positif. Pengguna internet agar tidak mau terpancing dengan komentar yang kurang membangun tersebut dan hendaknya bisa mengingatkan orang tersebut dengan cara yang santun. Orang tersebut juga mengeluarkan komentar yang baik, tidak memancing konflik.

Ada banyak orang yang menghabiskan banyak waktu untuk online sehingga apa yang dibacanya di media online sangat mempengaruhi pikiran dan mentalnya. Oleh karena itu, sebagai penggunan intenet yang cerdas harusnya kita bisa mengisi pikiran kita dengan berita-berita yang positif agar kelak pikiran kita tidak rusak oleh berita-berita negatif. Jika hari ini kita mulai mengeluarkan komentar yang mengejek orang lain yang berseberangan keyakinan maka esok kita akan memakinya, dan esoknya lagi kita akan angkat pedang membunuhnya. Kita tidak inginkan itu maka kita harus mencegahnya.

Kepada Pemerintah

Akhirnya, harapan kita berujung pada pemerintah. Pemerintah perlu menganalisis dan mendalami sebab akibat dari konflik kata-kata yang ada di berita media online sehingga bisa dengan jelas mengeluarkan kebijakan. UU ITE juga perlu melihat lebih jauh kearah sana. Pemerintah juga bisa mengimbau para pengguna media berita online untuk tidak berkomentar yang menghina orang lain. Demikian juga kepada media yang menyediakan ruang tersebut, bisa diperingatkan oleh pemerintah agar tidak menyediakan ruang yang memicu konflik. Jika perlu diberi sanksi tegas agar menjadi peringatan kepada media online lainnya.

Mari kita wujudkan media interaktif dan pengguna internet yang santun dan saling membangun. Konflik yang paling parah dan paling besar saat ini ada di dunia maya atau internet. Konflik tersebut lambat laun akan masuk ke dalam dunia nyata. Mari kita waspada dan bangun komunikasi yang baik di dunia maya agar kelak tidak terjadi konflik di Negara ini.

Penulis Anggota Di Perkamen

Oleh: Rindu Rumapea

Saya sering online dan membaca berita-berita yang ada diinternet. Selain itu, saya juga suka membaca komentar-komentar pembaca juga sebab ada banyak hal baru yang bisa semakin memperkaya informasi yang saya miliki. Selain itu, sangat jamak media berita online menyediakan ruang untuk berkomentar atas berita yang disajikan. Akan tetapi, saya sering kecewa melihat komentar-komentar para pembaca yang menjurus pada tindakan saling mengejek dan memaki.

Para pembaca yang budiman menjadi para pencela atau pengejek yang emosional. Pembaca saling membalas komentar dengan kata-kata yang kurang membangun sehingga ada ratusan bahkan lebih orang yang terlibat. Jika dulu sering terjadi adu fisik, kini menjadi adu kata dan jika ingin melihat pertengkaran ratusan bahwa lebih maka bukalah berita online yang paling banyak komentarnya, maka sangat mudah kita temui.

Kisruh lewat kata/komentar tersebut kerap muncul kala berita yang disajikan menyangkut agama. Entah mengapa, berita yang begitu baik dan nyata mengupas mengenai agama malah menghasilkan komentar-komentar yang saling mengejek agama lain. Setiap orang bisa dengan sesukanya berkomentar dan mengeluarkan kata-kata yang tidak membangun sebab bisa menggunakan nama samaran untuk berkomentar. Artinya, orang tersebut tidak bertanggung jawab dengan komentar yang dikeluarkannya.

Saya pun mulai menerka-nerka bagaimana jika orang-orang tersebut saling berhadapan langsung. Tidak menutup kemungkinan tidak hanya adu mulut tetapi juga adu jotos. Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi negera kita merupakan Negara yang rawan konflik agama. Sedikit hal saja yang berkaitan dengan agama akan bisa menimbulkan konflik yang besar. Oleh karena itu, gejala-gejala seperti kisruh di dunia maya perlu mendapat perhatian penting dan diatasi dengan benar, sebab kisruh tersebut tentu berpotensi lahir ke dunia nyata.

Kepada Media

Kisruh komentar yang saling mengejek di media online, tentu seharusnya mendapat perhatian dari media yang menyediakan ruang tersebut. Berita yang disajikan sangat bagus, namun ruang komentar yang disajikan membuat beritanya malah memicu pertengkaran kata di dunia maya. Hal ini sangat mengkhawatirkan mental orang-orang yang membacanya. Apalagi, orang paling mudah menangkap sesuatu hal dari apa yang dilihatnya dan dibacanya dengan emosional. Mengkhawatirkan mental yang saya maksudkan adalah kita cenderung berprasangka negatif terhadap sesuatu hal. Misalkan saja, ada berita mengenai kerusuhan yang ditimbulkan mengatasnamakan agama maka komentarnya berisi mengejek agama lain dan memamerkan kebaikan agamanya. Hal ini berbuntut panjang, dimana orang yang berkomentar tersebut akan semakin memiliki paradigma bahwa benarlah keyakinannya dan keyakinan orang lain itu salah. Akhirnya, dalam pergaulannya akan memandang sebelah mata orang-orang yang bersebrangan keyakinan dengannya. Pergaulan yang seperti itu tentu tidak sehat karena dihinggapi pikiran yang negatif.

Keadaan seperti itu bisa makin parah jika ada peluang untuk menyakiti orang yang bersebrangan keyakinan dengannya, maka ia bisa dengan sigap ikut mengambil bagian, malah menjadi penggeraknya sebab pikirannya telah berisi kebencian-kebencian akibat komentar yang mengejek keyakinannya.
Mengingat bahwa konflik tersebut ada karena ruang publik di media berita online, maka media yang menyediakannya haruslah bertanggung jawab. Paling tidak bertanggung jawab menutup ruang terjadinya konflik yang menjurus pada pelecehan berkeyakinan tersebut. Media tersebut harus bisa menyaring komentar-komentar yang kurang baik dan akun yang dipergunakan oleh orang-orang yang berkomentar pun adalah data dirinya sendiri sehingga otomatis orang tersebut urung niatnya untuk berkomentar negatif. Ada banyak media yang saya lihat melakukan demikian, sehingga komentar yang baru dikirim pembaca tidak langsung muncul, melainkan muncul pada hari berikutnya sehingga media tersebut memiliki waktu untuk melakukan seleksi pada komentar-komentar yang dikirimkan. Jika ada komentar berupa ejekan atau makian terhadap pihak lain hendaknya media berita tersebut dengan sigap menghapus komentar yang seperti itu agar tidak mengundang ejekan dari pengguna internet lainnya. Dan harusnya media memiliki komitmen untuk menjauhkan medianya dari hal-hal negatif seperti itu karena jelas akan merugikan media tersebut. Orang-orang yang berpendidikan tentu akan menjauhi media seperti itu.

Kepada Pengguna Media

Besar harapan kita semua bahwa ruang pemicu konflik semakin diperkecil.  Negara ini telah memasuki masa rawan konflik maka semua pihak seharusnya mendukung upaya perdamaian dengan menutup ruang konflik. Media internet kerap kali menutup mata dengan itu sehingga tidak menyaring berita atau komentar yang ada. Oleh karena itu, semua pihak terutama media berita internet dan pengguna internet dengan bijak mengarahkan diskusi maya yang ada menjadi diskusi yang positif. Pengguna internet agar tidak mau terpancing dengan komentar yang kurang membangun tersebut dan hendaknya bisa mengingatkan orang tersebut dengan cara yang santun. Orang tersebut juga mengeluarkan komentar yang baik, tidak memancing konflik.

Ada banyak orang yang menghabiskan banyak waktu untuk online sehingga apa yang dibacanya di media online sangat mempengaruhi pikiran dan mentalnya. Oleh karena itu, sebagai penggunan intenet yang cerdas harusnya kita bisa mengisi pikiran kita dengan berita-berita yang positif agar kelak pikiran kita tidak rusak oleh berita-berita negatif. Jika hari ini kita mulai mengeluarkan komentar yang mengejek orang lain yang berseberangan keyakinan maka esok kita akan memakinya, dan esoknya lagi kita akan angkat pedang membunuhnya. Kita tidak inginkan itu maka kita harus mencegahnya.

Kepada Pemerintah

Akhirnya, harapan kita berujung pada pemerintah. Pemerintah perlu menganalisis dan mendalami sebab akibat dari konflik kata-kata yang ada di berita media online sehingga bisa dengan jelas mengeluarkan kebijakan. UU ITE juga perlu melihat lebih jauh kearah sana. Pemerintah juga bisa mengimbau para pengguna media berita online untuk tidak berkomentar yang menghina orang lain. Demikian juga kepada media yang menyediakan ruang tersebut, bisa diperingatkan oleh pemerintah agar tidak menyediakan ruang yang memicu konflik. Jika perlu diberi sanksi tegas agar menjadi peringatan kepada media online lainnya.

Mari kita wujudkan media interaktif dan pengguna internet yang santun dan saling membangun. Konflik yang paling parah dan paling besar saat ini ada di dunia maya atau internet. Konflik tersebut lambat laun akan masuk ke dalam dunia nyata. Mari kita waspada dan bangun komunikasi yang baik di dunia maya agar kelak tidak terjadi konflik di Negara ini.

Penulis Anggota Di Perkamen

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/