MARKETING SERIES (40)
Kenapa ada komunitas yang berhasil dan ada yang gagal? Berikut masih dari Susan Fournier dan Lara Lee beberapa off-line activity yang disarankan.
The tribe. Itulah grup inti yang ada dalam sebuah komunitas. Tanpa grup tersebut, sebuah komunitas akan kehilangan identitas. The tribe adalah sekelompok anggota yang tidak terlalu banyak, tapi benar-benar punya deep interpersonal connection yang terbentuk karena pengalaman, ritual, dan tradisi bersama.
Pada zaman dahulu, bahkan sebelum revolusi pertanian, orang memiliki sifat nomaden. Mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain. Begitu sampai di satu tempat, mereka membuat suatu tempat tinggal bersama. Di situlah keluarga mereka bermain bersama, makan bersama, dan melakukan ritual bersaman
Mereka juga merancang bersama strategi berburu binatang dan mengambil buah-buahan yang ada di sekitar. Kalau habis, mereka akan pindah lagi ke tempat lain. Nah, selama berkumpul itulah terjadi very deep connection.
Di Pulau Rinca, dekat Pulau Flores, tempat banyak komodo tinggal, saya melihat sendiri komunitas orang-orang yang tinggal sekampung. Mereka pergi ke masjid bersama di kompleks, juga bersekolah, dan bertahan bersama kalau ada komodo yang masuk kampung. Mereka tak pindah-pindah tempat karena ikan gampang sekali ditangkap di daerah tersebut. Karena itu, komunitas pada ancient time adalah the real core community yang namanya the tribe tersebut.
The fort, yakni tempat eksklusif untuk anggota agar merasa aman dan terlindungi. Di Singapura, saya ada hub yang anggotanya boleh datang dan bekerja di suatu gedung merah yang disubsidi pemerintah. Tujuannya, para start-up entrepreneur merasa enak bekerja sambil saling berjejaring di situ.
The sewing circle adalah tempat untuk orang-orang yang punya minat sama untuk saling support. Semacam support group-nya penderita suatu penyakit. Di sebuah rumah sakit di Kanada yang terkenal dengan operasi hernia bernama Shouldice Hospital. Rumah sakit itu didirikan komunitas pasien yang bisa berinteraksi terus. Selain itu, tiap tahun ada reuni di rumah sakit tersebut.
The patio atau tempat semiprivat yang memfasilitasi in-depth and meaningful connection. Summarecon selalu berusaha mendirikan clubhouse untuk para penghuni propertinya, baik di Kelapa Gading maupun Serpong. Hanya untuk penghuni dan tamunya, bisa untuk berenang, senam, maupun sekadar ngopi. Waktu banjir melanda Jakarta, mereka malah ramai-ramai mengungsi ke situ.
The bar, yakni tempat publik yang bisa dipakai untuk melakukan konektivitas walaupun tingkatnya rendah. Komunitas Harley-Davidson Makassar bekerja sama dengan Starbucks di Trans Mall, Tanjung Bunga, Makassar. Di sanalah para anggota bisa minum kopi sambil memarkir kendaraan ramai-ramai. Tapi, rumah kopi itu bukan untuk mereka saja, juga untuk umum. Itu memberikan kebanggaan tersendiri karena para anggota dengan segala macam atribut mereka bisa menunjukkan identitas kepada publik.
Masih ada lima lainnya yang akan dijelaskan besok. Intinya, kalau banyak aktivitas yang dilakukan dengan berbagai variasi tempat, rasa kebersamaan akan makin terjalin. Komunitas pun akan makin kuat. Bagaimana pendapat Anda? (*)