28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 13802

Nunggu Teman, Iseng Mencuri

Yopi Kundarto (32) nekat mencuri sepeda motor di Pasar VII Tembung, Rabu (7/3) siang. Sayangnya, aksi warga Jalan Denai ini ketahuan warga. Buntutnya, Yopi nyaris dibakar warga.

Informasi yang dihimpun Yopi yang bekerja sebagai satpam itu awalnya hendak menunggu temannya janji mau ke Tembung.
Saat menunggu temannya, korban Yulidar (31)  yang tinggal di Patumbak datang ke salon temannya Rara hendak belajar menjadi tata rias di Pasar VII Tembung.

Sampai di depan salon, korban langsung memarkirkan sepeda motor Mio BK 3347 AAU miliknya di depan salon. Namun, dirinya lupa mencabut kunci sepeda motor miliknya dan buru-buru masuk ke dalam salon.

Merasa ada kesempatan, Yopi langsung mendekati sepeda motor milik korban. Melihat suasana sepi, Yopi langsung membawa sepeda motor tersebut. Apes saat hendak kabur korban keluar dari salon dan spontan menjerit.

Teman korban berusaha mengejar Yopi. Tarik-tarikan antara pelaku dan teman korban terjadi, namun temannya kalah. Beruntung, Yopi terjatuh ke bahu jalan. Warga langsung menjegat Yopi dan berhasil ditangkap. Tak pelak warga yang emosi langsung memukuli Yopi.

Petugas Mapolsekta Percut Seituan yang mengetahui kejadian itu langsung datang ke lokasi untuk mengamankan pelaku dari amukan warga. Kapolsek Percut Seituan, Kompol Maringan Simanjuntak saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. “Pelaku masih kita periksa,” ucap Maringan. (gus)

Kuasa Hukum Cerca Hakim

Sidang Gugatan Sengketa Tanah Jalan Jati

MEDAN-Sidang gugatan untuk menggagalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No 113 PDTD tahun 2011, atas eksekusi perumahaan warga Jalan Jati, Kecamatan Medan Timur, digelar di PN Medan, Kamis (8/3).

Dalam sidang itu kuasa hukum masyarakat selaku penggugat Djonggi Simamora SH terlibat adu argumen dengan Ketua Majelis Hakim, Sugianto SH. Djonggi Simamora menilai hakim Sugianto SH tidak objektif dan terkesan tidak fair dalam menyidangkan perkara gugatan warga melawan tergugat Abdul Kiram, yang sebelumnyaa memenangkan perkara tersebut.

Bahkan, mantan kuasa hukum Sami Krispati  mengungkapkan beberapa bukti di pengadilan bahwa kuasa hukum tergugat, membawa bukti foto copy KTP yang dipalsukan.

Karena bukti yang dipalsukan itu, sambung Djonggi, soal putusan no 113 PDTD yang diputus tahun 2011 PN Medan atas putusan eksekusi lahan Jalan Jati, karena perumahan masyarakat sudah hancur.

“Majelis hakim yang mulia minta dikeluarkan surat pemeriksaan terhadap kuasa hukum, karena mengeluarkan surat ataupun KTP yang palsu. Kami juga akan melaporkan ke komisi yudisial dan Komisi III DPR-RI, karena hakim menyidangkan kasus ini tidak pernah cek and ricek di lokasi. Saat ini rumah warga sudah dihancurkan. Hakim harus tegas dalam kasus ini, kami mengugat putus PN,” tegas Djonggi sembari menunjuk-nunjuk hakim Sugianto yang memimpin persidangan.

Selain itu Djonggi juga menanyakan keabsahaan kuasa hukum tergugat, dan hakim dianggap sepele dalam mempersidangkan kasus tanah Jalan Jati, karena dianggap tidak serius karena hakim membiarkan kuasa penggugat untuk melakukan persidangan tanpa identitas dan surat kuasa yang jelas.
Melihat hakim Sugianto yang dianggap berat sebelah dalam menjalan persidangan tersebut, Djonggi Simamora kembali meluapkan kemarahaannya di depan persidangan, dengan mencerca hakim yang dianggap tidak fair. “Majelis yang mulia, majelis lebih pintar yang kami ajukan putusan 113, majelis jangan tanya saya. Kami juga minta yang mengeluarkan KTP juga harus diperiksa, jangan tanya kami, majelis kan yang lebih pintar. Jangan tanya saya, karena KTP, surat kuasa berbeda orang. Apakah sama Abdul Kiram dengan Makbul Kiram?” tanya Djonggi  emosi.(rud)

Wanita Hamil Ditinggal di Loket Pelni

MEDAN-Wanita yang tengah hamil dibawa warga ke RSU dr Pirngadi Medan, Kamis (8/3).

Pengakuan Samsul (45), warga yang membawa wanita itu mengatakan, wanita tersebut ditemukan warga tiga hari lalu di depan loket Pelni, di Jalan Sumatera, Belawan.

Warga kemudian menanyainya dan ternyata wanita itu tengah hamil. Wanita itu minta agar dibawa ke RSU dr Pirngadi untuk mendapatkan perawatan.
Menurutnya, wanita tersebut mengaku berasal dari Aceh. “Namun wanita itu tak mau banyak bicara saat kami tanyai. Wanita itu hamil 5 bulan,” jelasnya.
“Kejam kalilah laki-lakinya meninggalkan wanita itu di sini. Kuat dugaan wanita itu ditinggal. Tapi untuk lebih pastinya tanyakan saja ke Dinsos Sumut karena kasus ini sudah ditangani mereka,” sebutnya.

Salah seorang petugas yang enggan namanya mengaku, wanita itu memang hamil. (jon)

Tukang Kebun Tewas di Kantor Disperindagsu

MEDAN-Saharuddin (54) ditemukan tewas di areal kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Kamis (8/3) siang sekitar pukul 13.00 WIB.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, mayat tukang kebun di Disperindag Sumut ditemukan pertama kali oleh temannysa sesama tukang kebun, Devi (35).

Menurut Devi, saat mengambil sapu dirinya sudah melihat tubuh Saharuddin tergeletak di tanah.

“Saya langsung mendekati tubuh dia (Saharuddin) kenapa ia tergelatak. Saya pun langsung memanggil pegawai disperindag lainnya untuk memberikan pertolongan kepada Saharuddin,” ujarnya.

Saksi lainnya, Irwan (38), pegawai Disperindag Sumut mengaku mencoba untuk membangunkan Saharuddin. Namun karena kondisi dia (Saharuddin) tidak berdaya lagi langsung dilarikan ke Rumah Sakit dr Pirngadi Medan untuk mendapatkan perawatan.

“Informasi yang saya dapat Saharuddin adalah seorang pensiunan di salah satu dinas Kota Medan. Kami tidak tahu apa penyakit yang selama ini diderita tukang kebun itu. Kami menemukan dia sudah tergeletak di halaman belakang kantor,” katanya. (gus)

Medan Selayang Gudang PSK

155 Wanita Pekerja Seks di Medan Positif HIV/AIDS

MEDAN-Peringatan Hari Perempuan Sedunia (Women Day) yang jatuh hari ini menjadi catatan penting bagi Kota Medan. Bagaimana tidak, di saat dunia memperingati hari pertama wanita diberikan hak suara oleh pemerintah Rusia, di Medan wanitanya malah ditengarai sebagai pemicu peningkatan penderita HIV/AIDS.

Wanita yang dimaksud adalah para Pekerja Seks Komersial (PSK) atau yang belakangan disebut sebagai Wanita Pekerja Seks (WPS). Menurut Project Officer Global Fund Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Andi Ilham Lubis, kini WPS dibedakan dalam dua kategori. Pertama Wanita Pekerja Seks Langsung (WPSL) dan Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL). “Biasanya WPSL beroperasi di tempat-tempat lokalisasi. Kalau WPSTL beroperasi di kafe-kafe atau di tempat hiburan, hotel, salon dan lainnya,” ujar Project Officer Global Fund Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Andi Ilham Lubis.

Apa yang diungkapkan Andi Ilham bukan isapan jempol. Dari data Komisi Penganggulangan (KPA) AIDS Kota Medan per Desember 2011 yang diterima Sumut Pos diketahui dalam enam tahun terakhir, tercatat sudah 2.904 penderita. Dan, dari jumlah itu, 538 di antaranya meninggal dunia. Nah, dari 1.191 WPS yang ada di Medan, penderita HIV/AIDS 155 orang.

Jumlah WPS yang terdata ini menyebar di duapuluh kecamatan yang ada di Medan. Dan, wilayah kecamatan penyumbang WPS terbanyak adalah Medan Selayang dengan 193 WPS. Peringkat kedua diduduki Medan Tuntungan 171 WPS dan ketiga, Medan Timur dengan 125 WPS (jumlah WPS per kecamatan lihat grafis).

Itulah sebab, Andi Ilham mengingatkan, para lelaki hidung belang harus mengambil pelajaran. Jika tidak, bukan tidak mungkin dia menambah daftar penderita HIV/AIDS di Medan. “Satu WPS bisa melayani hingga 8 orang pelanggannya, jika HIV positif, maka virus tersebut tentu akan tertular. Karena perilaku berganti-ganti pasangan dan tidak mengenakan pengaman saat berhubungan menyebabkan orang tersebut lebih berisiko tertular HIV/AIDS,” kata Andi Ilham.

Namun, katanya, jika menggunakan kondom, risiko tertular HIV/AIDS semakin kecil. “Sebenarnya penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak sampai 0,1 persen. HIV/AIDS lebih cepat tertular jika tidak menggunakan kondom saat berhubungan. Karena luka pada alat kelamin yang dialami lebih berpotensi menularkan HIV/AIDS,” jelasnya lagi.

KPA Kota Medan juga menemukan kaum lelaki memang paling rentan terjangkit HIV/AIDS. Dari 2.904 penderita, 2.216 adalah lelaki. Dan, kelas umur yang paling banyak menderita adalah usia 25 hingga 34 tahun. “Diharapkan para remaja jangan sampai berisiko. Apalagi WPS itu banyak yang usia produktif. Kita tidak bisa memastikan berapa jumlah pastinya WPS yang usia produktif, tapi dari survei di lapangan memang kebanyakan remaja,” ucap Andi Ilham.

Sambungnya, jika tidak dilakukan pencegahan sejak dini, maka jumlah kasus HIV/AIDS akan terus meningkat. “Pencegahan dengan meningkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS sangat penting dilakukan. Itu bukan semata-mata tugas kita. Tapi dari semua pihak terutama instansi terkait. Sejauh ini, kita selalu melakukan pengobatan, sosialisasi dan pembinaan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua LSM Medan Plus, Totonta Kaban mengatakan estimasi WPS cenderung meningkat setiap tahunnya. Bahkan, bisa mencapai dua kali lipat tingginya. “Penularan HIV/AIDS juga semakin tinggi karena melihat perilaku seks yang masih belum berubah. Artinya, banyak ditemukan pekerja seks yang berhubungan tanpa menggunakan kondom,” katanya.

Pihaknya sendiri, melakukan program pendampingan, penyuluhan hingga pemberian kondom secara gratis. “Potensi penularan HIV/AIDS semakin besar karena didukung penyakit kelamin lainnya seperti shipilis. Tapi, banyak WPS yang mengeluhkan pelanggannya yang tidak mau berhubungan kalau menggunakan kondom. Karena katanya nggak enak. Kalau sudah begini, mereka biasanya nggak bisa menolak,” ujarnya.

Di Sumut, WPS Mencapai 4.365 Orang

Soal WPS juga menjadi sorotan Pemerintah Sumatera Utara (Pemprovsu). Setidaknya, data yang dimiliki Dinas Sosial Sumut, ada 4.365 WPS di 28 kabupaten/kota yang ada di Sumut.

Hal ini dikemukakan Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi Sosial (Resos) Dinas Sosial Sumut,  Drs Amir Sidabutar, yang mendampingi Kadis Sosial Sumut, Robertson Simatupang di ruang kerja, lantai II Gedung Dinas Sosial Sumut, Jalan Sampul Medan, belum lama ini. “Jadi tidak seluruh kabupaten/kota ada WPS-nya,” ungkap Amir.

Pada pembicaraan itu, Amir sempat bercerita, data itu diperoleh dikarenakan ada beberapa kabupaten/kota yang enggan atau tidak mau disebutkan daerahnya memiliki WPS, seperti Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). “Bupatinya tidak mau dibilang ada WPS di daerah itu. Kalau di Pakpak Bharat, Nias tidak ada. Tapi kalau malam-malam kita jalan-jalan ke sana, kasih saja uang pecahan Rp100 ribu, pasti ada saja WPS itu. Di Tapsel itu kan sempat terjadi demo dan sebagainya menolak kalau daerah itu ada WPS-nya,” ceritanya sembari tersenyum.

Amir juga menyatakan, untuk pendataan ini seharusnya yang lebih pro aktif adalah Dinas Sosial di kabupaten/kota. Karena persoalan WPS ini sulit teridentifikasi, tidak seperti profesi-profesi lainnya. “Kalau di Medan di Jalan Gajah Mada. Itukan di lokasi. Kalau yang tidak di lokasi, bagaimana pula mengidentifikasinya? Itu harusnya jadi perhatian pemerintah daerah setempat,” terangnya.

Robertson menuturkan, dalam upaya penanganan WPS yang ada, ada dua alternatif pencegahan yang dilakukan pihaknya. Pertama melalui sistem panti dan yang kedua dengan sistem nonpanti. Sistem panti ini adalah pemkab/pemko serta Pemprovsu melakukan penjemputan atau yang biasa disebut razia. Setelah dirazia, para PSK yang terjaring kemudian dikirim ke Unit-unit Pelayanan Terpadu (UPT), untuk diberi pembinaan. Pembinaan tersebut menyangkut, pembinaan fisik, mental, sosial dan keterampilan. Dalam pembinaan itu, dibutuhkan waktu minimal enam bulan atau satu tahun.

Usai dari situ, para WPS tersebut diberi bekal yakni peralatan untuk membuka usaha sendiri seperti, salon, menjahit dan sebagainya. “Itu harus dipandu atau dipantau oleh pihak keluarga, meskipun sudah keluar dari panti. Artinya, tidak bisa dilepas begitu saja karena bukan tidak mungkin yang keluar dari panti itu akan kembali pada pekerjaan sebelumnya,” ujarnya.

Sedangkan sistem nonpanti, sambung Robertson, adalah pemberian sosialisasi terhadap para WPS tersebut ke lokasi-lokasi. Sayang, ketika ditanya soal data WPS di Sumut yang terjangkit HIV/AIDS, kedua pejabat Dinsos ini mengaku tidak memiliki data tersebut. “Datanya ada di Dinkes setempat dan UPT-UPT yang ada,” jawab Amir Sidabutar yang dibenarkan Robertson Simatupang. (mag-11/ari)

Penganiaya Wartawan Posmetro Diancam 5 Tahun Penjara

LUBUKPAKAM- Naam Alias Aan (29) warga Jalan Sari Marendal I No 34, Kecamatan Patumbak dan Muhammad Arifin Siregar alias Rambutan (30) warga Desa Baru Dusun II, Kecamatan Batang Kuis, Deliserdang, didakwa melanggar pasal 170 ayat (1) KUHPidana karena melakukan penganiayaan terhadap Pasta Wijaya Tarigan (39) wartawan Harian Pos Metro Medan.

Atas perbuatan kedua pelaku, keduanya diancam hukuman 5 tahun penjara. Hal ini sesuai dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kasrun Pohan SH dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN) Lubuk Pakam, Rabu (7/3), yang diketui majelis hakim Oloan Silalahi SH, hakim anggota MY Girsang SH dan Vera Yetti Magdalena SH.

Terdakwa Naam bersama terdakwa Muhammad Arifin Siregar (berkas terpisah) dan Bagong, Sulaiman alias Samsul alias Isul, Kirun, Eko, Yogi (belum tertangkap) pada hari Minggu tanggal 11 Desember 2011 sekira pukul 15.00 Wib di Dusun IV Desa Sena Kecamatan Batang Kuis, terjadi pertengkaran antara Anto Lembu (belum tertangkap) dengan korban Pasta Wijaya.

Ketika itu, Anto Lembu marah-marah kepada saksi korban perihal berita yang dimuat oleh saksi korban karena dinilai telah menjelek-jelekkan Anto Lembu, yang pada saat itu terdakwa Naam dan teman-temannya juga ikut emosi terhadap korban.
“Perbuatan terdakwa telah melanggar pasal 351 ayat (1) KUHPidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana,” sebut JPU (btr)

Pemilik Pabrik Masih di Taiwan

500 Pekerja Bingung Tentukan Nasib

MEDAN-Harapan 500 pekerja gudang busa dan pabrik springbed milik PT Power Indo Foam untuk kembali bekerja pascakebakaran mulai tak jelas. Pasalnya, beredar kabar kalau pabrik itu tidak akan beroperasi lagi. Sementara, sang pemilik yang bernama Andi (40) alias Apau ternyata tinggal di Taiwan.

“Kami hanya pasrah. Kalau memang pabrik ini tak dibangun lagi atau tutup mau bilang apa lagi,” kata Cahaya (27), security pabrik.
Berdasarkan keterangan beberapa karyawan pabrik tempat mereka bekerja itu sudah berdiri pada 1975. Pabrik ini memiliki 500 karyawan. Bahkan, pada 2006, pabrik yang semula hanya sebagai pabrik busa, di tahun itu membangun gedung baru dan menjadi produsen spring bed merek Empire. Kantor pemasaran pabrik ini berada di Jalan Gatot Subroto No. 277 Medan.

“Inilah Bang, katanya mau tak buka lagi pabriknya. Gak tau lah gimana ke depannya, karena makan kita dari sininya sama sekitar 500-an karyawan lain,” terang Sulaiman (35) warga Jalan Antariksa Medan Polonia yang sudah belasan tahun menjadi pekerja dan belakangan diketahui sebagai mandor di pabrik produsen spring bed tersebut.

Soal keberadaan Apau diamini Lurah Polonia Kecamatan Medan Polonia Erliansyah Siregar. Eliansyah tak memungkiri, pihak pemilik pabrik kurang bersosial dengan penduduk setempat. Bahkan, jarang mengunjungi pabrik. Ia sendiri selama menjabat sebagai lurah, belum pernah tahu pihak pabrik melakukan bakti sosial dengan masyarakat setempat melalui program CSR.
Terlepas dari itu, Eliansyah menerangkan kalau tidak ada rumah warganya yang terbakar. Namun, ada 8 unit rumah milik warga yang dirusak agar mengantisipasi api tidak menjalar ke pemukiman.

Sementara itu, kemarin siang masih terlihat asap dan api kecil di lokasi kebakaran. Warga sempat cemas. Akhirnya 4 unit armada pemadam kebakaran dari Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan diterjunkan untuk kembali menjinakkan api. Dengan waktu tidak kurang lebih satu jam, seluruh lokasi kebakaran sudah dinyatakan aman.

Kapolsek Medan Baru Kompol Dony Alexander yang datang ke lokasi karena mendapat kabar api yang masih menyala belum memberi keterangan asal api. Pasalnya masih menunggu hasil pemeriksaan tim Labotorium Forensik (Labfor) Polda Sumut yang melakukan olah tempat kejadian. “Belum ada kita mintai keterangan, masih mencari orang yang melihat api pertama kali,” kata dia lagi.

Pantauan wartawan koran ini pada Rabu siang (7/3), terlihat tim Labfor Polda Sumut datang ke lokasi guna mencari sebab pasti kebakaran yang menghanguskan pabrik berukuran 80 x 200 meter tersebut. Kemudian petugas Labfor Polda memasuki areal pabrik yang telah hangus terbakar. Hingga pukul 15.00 WIB, petugas Labfor Polda masih berada di dalam lokasi guna mengidentifikasi penyebab pasti kebakaran, namun belum bersedia memberikan keterangan. “Nanti ya Mas, kan kita masih kerja ini,” kata seorang petugas Labfor seraya tersenyum.

Badan Relawan Kebakaran Dibentuk Sementara itu, Wali Kota Medan Rahudman Harahap akan membentuk satugas tugas badan relawan kebakaran (balakar) seiring tingginya kejadian kebakaran di kota ini. Dengan adanya tim diharapkan bisa mengantisipasi meluasnya kebakaran.

“Satgas kami siapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota. Satgas itu nantinya bertugas untuk meminimalisir meluasnya kebakaran yang terjadi seperti kejadian di Sukaramai,” kata Wali Kota Medan Rahudman Harahap, kemarin.

Dijelaskannya, tim khusus itu tidak hanya untuk meminilisir kebakaran. Tetapi tanggap terhadap semua bencana yang ada di Kota Medan, seperti banjir dan lainnya. “Satgas gerakan relawan kebakaran ini akan bekerjasama dengan berbagai lembaga,” ujarnya.

Selain itu, tambah Rahudman, Pemko Medan juga sudah meminta kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) agar menghidupkan kembali hidran yang tidak berfungsi. “Kemudian Pemko Medan juga akan mengambil langkah kebakaran dengan membuka dan menertibkan gang-gang kebakaran,” tegasnya. (gus/adl)

Emoh Beken

Oleh: Iwan Junaidi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

Glek… tak terasa air liur itu tertelan saat sebuah sepeda motor melintas dengan membawa sepasang kekasih (entah betul entah enggak) mendahuluiku di jalan yang lurus dan sepi.

Bagi kebanyakan orang, bisa jadi peristiwa ini hanya sebuah peristiwa biasa di tengah keramaian Kota Medan. Namun bagiku, apa yang tersaji barusan sungguh meninggalkan beragam tanya.

Bagaimana tidak, si cewek dengan pakaian yang super ketat dan rok pendeknya terlihat menggelayut manja di pundak si cowok yang berbadan rada-rada cungkring.

Sampai di situ pun masih terkesan masih biasa. Namun ketika melihat bagaimana rok yang dipergunakan si cewek tak ubahnya hanya sebuah aksesoris dari pada sebuah pakaian penutup aurat… di sinilah timbul masalah.

Kembali timbul tanya… siapakah dia? Siapakah cowok bertubuh cungkring tadi? Ah… selintas berharap jika mereka adalah pasangan suami istri yang menghabiskan sisa sore dengan berjalan-jalan mengelilingi Kota Medan.

Ya… itu adalah pengharapan paling bagus yang bisa aku panjatkan. Namun bila ternyata mereka bukan suami istri… ups, kembali beragam prasangka bermain di kepala.

Namun semua bayangan itu sontak sirna saat teringat pada beberapa kejadian tragis yang menimpa orang-orang beken di muka bumi ini, yang karena pola hidupnya yang sembrono harus mati berkalung aib.

Di negeri ini AIDS menjadi momok yang setiap saat dapat merenggut nyawa siapapun juga. Mati karena AIDS masih dianggap sebagai karma atas semua prilaku negatif yang dilakukan semasa hidup.

Ironisnya, penyakit ini justru tak kenal status. Siapa saja bisa diserangnya. Dari mulai orang top hingga manusia biasa, dari mulai si kaya hingga si miskin. Semua bisa terkena penyakit yang hingga kini belum ada obatnya itu.
Penyanyi Freddy Mercury dan pebasket Magic Johnson adalah dua sosok yang di akhir sisa hidupnya harus menderita karena penyakit itu.

Pola hidup bebas yang menerapkan seks bebas ditengarai menjadi salah satu penyebab berkembang biaknya penyakit ini. Oke lah mungkin tak terlalu disesalkan jika apa yang mereka lakukan berdampak buruk terhadap mereka sendiri. Tapi, bagaiman bila yang mereka lakukan justru menimbulkan korban lainnya, anak-anak misalnya?

Glek…, sekali air itu tertelan. Tak bisa dibayangkan bagaimana anak ini bisa hidup dengan penyakit yang ditularkan oleh orang tuanya. Bisa? Kenapa tidak. Masih ingat dengan seorang bayi bernama Sifa Qoridatul Husna.

Sifa kini hidup yatim piatu karena sang ibu meninnggal dunia tiga hari setelah kelahirannya. Sang ayah? Sang ayah yang diduga menjadi sumber penularan penyakit justru telah lebih dulu meninggal dunia. Sebuah kisah hidup yang tragis.

Mungkin bila para generasi muda melihat secara langsung apa yang terjadi pada gadis kecil ini, aku yakin mereka takkan berani mengumbar nafsunya dengan sembarang orang, terkecuali dengan seseorang yang telah resmi menjadi istri ataupun suaminya.

Saat ini AIDS tumbuh dan berkembang di mana-mana. Kita tak pernah tahu apakah yang berdiri di samping kiri dan kanan kita terbebas dari penyakit ini atau tidak. Jadi berhati-hatilah.

Terlebih survey membuktikan jika di Kota Medan sudah ada 2.904 penderita. Dan, dari jumlah itu, 538 di antaranya meninggal dunia. Angka yang begitu tinggi tersebut ditengarai oleh peningkatan jumlah Wanita Pekerja Seks (WPS).

Magic Johnson, mantan pebasket LA Lakers pernah berkata bahwa siapapun bisa terkena penyakit ini. Jadi menurutnya, sikap paling bijak untuk menghindarinya adalah mengagungkan cinta kasih kepada pasangan anda. Jangan pernah menduakannya. Jika itu anda lakukan, niscaya anda tidak akan pernah menjadi beken mendadak hanya karena AIDS. Ups.. jadi teringat lagu Fredy Mercury

Love of my life, you´ve hurt me
You’ve broken my heart and now you leave me
Love of my life, can’t you see?
Bring it back, bring it back, don’t take it away from me
because you don’t know what it means to me… (*)

Rp25 M Disimpan di Rekening Pribadi

Dugaan Korupsi Biro Umum Pemprovsu

MEDAN-Perlahan kasus dugaan korupsi anggaran rutin Biro Umum Pemprovsu 2010-2011 senilai Rp25 miliar mulai terang. Setelah dua pekan lalu menetapkan Bendahara Biro Binsos, Aminuddin, sebagai tersangka, sepekan terakhir Bagian Tindak Pidana Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus  (Tipikor Direskrimsus) Polda Sumut secara intensif memeriksa delapan pejabat dan mantan pejabat di Biro Umum.

Enam dari delapan PNS Pemprovsu tersebut diperiksa karena memindahkan dana Biro Umum ke rekening pribadi. Janji Poldasu bakal menjerat atasan dan mantan atasan Aminuddin, tampaknya bukan hanya lips service. “Sampai tadi (kemarin, Red) enam pejabat tersebut masih menjalani pemeriksaan. Mereka kita periksa secara maraton sejak pekan lalu,” ujar sumber terpercaya di Mapoldasu kepada wartawan koran ini, Rabu (7/3). Siapa saja nama enam pejabat tersebut, sumber itu mengaku tak bisa menyebutkannya karena tak berwenang.

Sebelumnya Kepala Biro Umum, Hj Nurlela dan mantan Kepala Biro Umum yang sekarang menjabat Kadis Perhubungan Sumut, Rajali, juga telah dua kali menjalani pemeriksaan di Tipikor Poldasu. Kedua pejabat tersebut mengaku tak bertanggung jawab atas kasus penggelapan uang negara tersebut. Pekan lalu saat ditanya wartawan koran ini, Hj Nurlela, mengaku tak tahu banyak kasus tersebut karena baru menjabat tahun 2011. Sementara Rajali yang ditanya wartawan koran ini, kemarin, di gedung DPRD Sumut juga mengaku tak bertanggung jawab. Rajali beralasan sejak 20 Oktober 2010 tidak lagi menjabat sebagai Kepala Biro Umum.

Kembali ke sumber di Mapoldasu. Dia mengatakan, anggaran Biro Umum sebesar Rp25 miliar ditarik dan disimpan di rekening pribadi. “Tindakan ini jelas menyalahi aturan,” lanjut sumber itu. Pemeriksaan secara maraton dilakukan untuk mengetahui siapa saja yang paling bertanggung jawab dalam kasus itu. Pasalnya, pemindahan dana dari rekening Biro Umum ke rekening pribadi enam pejabat tersebut, diduga diketahui atasan mereka. Di bank mana dana itu disimpan, sumber itu meminta wartawan koran ini bertanya langsung kepada pejabat berwenang. “Kami tak boleh menyebutkannya bang,” ungkap sumber itu lagi.

Di tempat terpisah, mantan Kepala Biro Umum, Rajali, saat ditemui wartawan koran ini berharap tidak dijadikan tersangka oleh Polda Sumut. Dia mengaku telah diperiksa Tipikor Polda Sumut dalam kasus itu. Namun Rajali menyatakan tidak terlibat. “Ya saya sudah diperiksa. Tapi saya tanggal 20 Oktober 2010 sudah tidak di Biro Umum. Jangan kalau-kalaulah. Kalau bisa janganlah sampai jadi tersangka,” ujarnya saat memasuki lift gedung DPRD Sumut, kemarin.

Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumut, Kombes Pol Sadono Budi Nugroho, pihaknya mengintensifkan pengusutan kasus tersebut. “Ada kerugian negara. Dan kita sudah meminta audit dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sekitar dua atau tiga minggu lalu. Sejauh ini, kita terus melakukan pemeriksaan,” tegasnya.

Selain Aminuddin, siapa lagi pejabat yang bakal dijadikan tersangka? Apakah Rajali yang saat ini menjabat Kadishub Sumut, juga bakal ditetapkan sebagai tersangka? Sadono hanya berdiplomasi. Dia mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti, serta menunggu hasil audit BPKP. Setelah ada kesimpulan baru akan dilakukan penetapan tersangka lainnya dalam kasus tersebut. “Kasus korupsi ini panjang dan perlu proses. Semuanya nanti akan disimpulkan dan dilakukan gelar perkara,” tandasnya.

Plt Gubsu, Gatot Pudjonugroho yang ditemui wartawan koran ini menolak memberikan keterangan atas kasus yang melilit anak buahnya. “Tanya sekda saja,” ujarnya menunjuk Sekdaprovsu, Nurdin Lubis, yang berada tak jauh darinya. Sama dengan Gatot, Nurdin Lubis, juga tak bersedia memberikan keterangan. “Bentar ya,” kata Nurdin sambil berlari menuju mobil dinasnya dan melaju meninggalkan wartawan koran ini. (mag-5/ari)

Cabut Gigi tak Sakit meski tanpa Bius

Chairunnisa Amarta, Kembangkan Hipnosis untuk Perawatan Mulut

Mengunjungi klinik gigi bisa sangat menakutkan bagi sebagian orang. Rasa sakit yang tertinggal setelah gigi dicabut atau suara bor gigi bisa sangat mengintimidasi. Metode hypnodontia yang dikembangkan drg Chairunnisa Amarta bisa menjadi solusi masalah tersebut.

M DINARSA KURNIAWAN, Jakarta

Klinik tempat drg Chairunnisa Amarta SpBM MNLP berpraktik di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan sungguh tak tampak seperti sebuah instalasi perawatan kesehatan. Harum aromaterapi tercium saat melangkah ke dalam lobi. Interiornya juga terlihat ceria dengan paduan warna pink dan putih di sekujur temboknya.

Bangku-bangku panjang tempat pasien menunggu giliran diperiksa yang jamak ditemui di sejumlah fasilitas kesehatan, seperti klinik, puskesmas, atau rumah sakit, tidak ditemui di sini. Gantinya adalah sofa berwarna merah muda yang empuk.

Menurut perempuan yang biasa disapa Irun itu, perubahan kesan tersebut adalah upaya dini untuk menghalau fobia si pasien. “Baru beberapa minggu direnovasi seperti ini. Banyak pasien yang suka dengan suasana baru ini. Malah ada yang bilang mirip room karaoke, tetapi tanpa cewek yang bisa dipangku,” ujar perempuan kelahiran Takengon, Aceh Tengah, 20 April 1970, itu lantas terbahak. –
Perempuan yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti (FKG Usakti) Jakarta tersebut mengakui, bagi sebagian orang, datang ke dokter gigi adalah teror tersendiri terhadap batinnya. Sebelum giginya dicabut, dia merasa terintimidasi dengan suasana fasilitas kesehatan gigi yang biasanya berkesan dingin.

Nah, selain merombak konsep klinik gigi yang dianggap horor itu, Irun mengembangkan sebuah metode perawatan gigi tanpa rasa sakit, yang disebutnya sebagai hypnodontia atau teknik hipnosis dalam perawatan gigi dan mulut. Dia menjelaskan, gelombang otak yang dipancarkan pasien yang sedang dihipnosis berada antara gelombang alfa dan theta.

Pada kondisi itu, orang akan merasa seperti awal meditasi hingga meditasi mendalam. Saat tersadar dari hipnosis, otaknya memancarkan gelombang beta, yakni dalam kondisi sadar dan waspada. Ketika dihipnosis, pasien sadar, tetapi hanya dibuat tidak merasakan sakit sama sekali saat giginya ditangani. Bukan seperti di beberapa acara televisi, orang yang dihipnosis dibuat tertidur dan ngoceh tidak keruan.

Salah seorang yang memberikan kesaksian adalah Dani Kurniasari, staf di kliniknya. “Gigi saya dicabut dan gusinya dikuret karena ada tumor di bawahnya. Anehnya, saya tidak merasa sakit sama sekali selama proses. Setelahnya juga tidak sakit meski dilakukan tanpa bius,” ungkapnya.

Irun kali pertama belajar hipnosis pada 2003. Saat itu dia masih belajar hipnosis secara umum. Motivasinya, membuat pasien yang datang kepadanya tidak merasa sakit, malah nyaman saat menjalani perawatan gigi. Saat itu dia belajar di Indonesian Board of Hypnosis. Kemudian, pada kurun waktu 2003-2005 dia lebih banyak belajar secara mandiri melalui buku maupun browsing di internet.

Awalnya, dia tidak percaya. Namun, setelah mempraktikkan ilmu kepada pembantunya, dia baru percaya sugesti itu bisa menjadi nyata bagi orang yang menerimanya. Kala itu dia memberikan sugesti, pembantunya seolah sedang dikejar-kejar sesosok makhluk menyeramkan dan dia berlari seperti Bionic Woman. “Saya sampai tertawa sendiri melihat pembantu saya waktu itu berlari di tempat dengan gaya slow motion khas Bionic Woman,” kenangnya.

Setelah itu, dia kian bersemangat untuk memperdalam ilmunya dengan berkelana ke berbagai negara. Dia mendalami neuro-linguistic programming (NLP) di Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Dia berhasil mendapatkan master di bidang itu dari Society of NLP. Baru kemudian, dia lebih spesifik belajar medical and dental hypnotherapy. Bahkan, dia pernah belajar langsung kepada George Bien, seorang praktisi hipnoterapi internasional.

Kali pertama, Irun menangani masalah gigi mahasiswanya di Trisakti pada 2005. Saat itu dia melakukan operasi pada seorang mahasiswa yang gigi belakangnya terbenam dengan metode hypnodontia. Irun menuturkan, saat dibuka dan dicongkel, anak didiknya tersebut tidak merasakan sakit. Padahal, ketika itu tidak menggunakan anestesi. Ditambah lagi, saat itu Irun belum merasa percaya diri.

Saat menangani pasien dengan metode tersebut, dia selalu mengawali dengan membuka pembicaraan yang membuat pasien merasa nyaman. Menarik napas dan mengembuskannya perlahan sampai masuk dalam relaksasi yang sangat nyaman. Setelah itu, baru dia melakukan tindakan.

Rupanya, kabar Irun mengoperasi dengan metode hypnodontia tersebar dengan cepat. Dia pun mulai mendapatkan undangan untuk tampil pada serangkaian seminar yang diadakan organisasi profesi kedokteran, seperti PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

Saat memberikan materi hypnodontia itu, dia selalu show-off di depan kolega-koleganya sesama dokter. Alasannya, tanpa melakukan itu, mereka tidak akan percaya. Dia juga aktif memberikan pelatihan kepada dokter gigi-dokter gigi lain. Tujuannya, metode itu semakin memasyarakat sehingga mampu mengubah mindset masyarakat tentang dokter gigi. “Alumni pelatihan saya 635 orang. Tetapi, tidak sampai 4 persen yang berpraktik dengan metode yang sudah saya ajarkan kepada mereka,” ucap spesialis bedah mulut itu. (*)