29 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 13971

Mengapa Gereja Kehilangan Kaum Muda?

TERLALU protektif, dangkal dan mengekang. Ungkapan tersebut merupakan deskripsi yang diberikan sebagian remaja Kristen untuk menggambarkan tentang iman mereka.

Hal ini lah yang menjelaskan mengapa banyak remaja Kristen khususnya di banyak negara yang menjauhkan diri dari kegiatan gereja. The Barma Group, sebuah perusahaan riset non profit mengatakan hampir 60 persen pemuda-pemudi gereja dengan rentang usia 15-29 tahun, telah meninggalkan komunitas gereja.

Kinnaman, pemimpin The Barma group menjelaskan, alasan dari menjauhnya kaum muda Kristen dari komunitas mereka adalah bukti gagalnya gereja untuk menjelaskan konsep bahwa mereka (kaum muda) ada di dalam dunia namun bukanlah bagian dari dunia ini.

Dalam wawancaranya pada acara The 700 Club yang ditayangkan pada 15 November 2011, Kinnaman memaparkan dampak yang akan dialami gereja jika mengabaikan hilangnya generasi mudanya. Fenomena ini menarik perhatian Kinnaman sehingga dia pun menulis sebuah buku yang berjudul, You Lost Me: Why Young Christian Are Leaving Church and Rethinking Faith.

Kaum muda hanya bisa mempertahankan imannya dan menjaga hidupnya tetap kudus dengan terus melakukan firman Tuhan.

Gereja harus memperhatikan kebutuhan remaja sehingga remaja tidak pergi dan meninggalkan komunitas di gereja.

Apa tanggapan pelayan/petinggi gereja mengenai hal ini?

Semua Sudah Tertulis

SEMUA itu sudah tertulis di Alkitab. Dalam 2 Timotius 3 dilukiskan tentang tanda-tanda akhir zaman. Orang-orang sudah tidak peduli lagi dengan pengajaran dan agama. Kaum muda punya keinginan sendiri, memberontak pada orangtua.

Itu tanda-tanda akhir zaman, banyak perlakuan menyimpang. Di media massa kita lihat banyak pembantaian terjadi, ada juga orangtua perkosa anak sendiri.

Baru-baru ini di Medan, polwan yang juga istri polisi malah selingkuh dengan polisi rekan kerjanya. Saat ini kita berada di gerbang akhir zaman.

Hari minggu orang tidak lagi ke gereja dan memilih bekerja. Banyak orang berbuat sesuka hatinya demi uang. Akar semua kejahatan memang cinta uang. Inilah tantangan gereja. Kita sudah melihat hal-hal seperti itu.

Meski saat ini banyak terjadi seperti itu, masih sangat banyak orang yang haus firman Tuhan dan banyak kaum muda yang berlomba-lomba dalam pelayanan.

Jadi hasil survei itu tidak bisa dijadikan kesimpulan umum yang terjadi saat ini. Tuhan tidak tinggal diam, Dia terus bekerja, Roh Kudus sedang bekerja. Di mana-mana banyak mujizat terjadi. Ingatlah, dimana banyak orang berdosa, disitu Tuhan bekerja.

Kesimpulan saya, walau ada penelitian seperti itu, Tuhan tetap menjaga anak-anaknya.

Bila menemukan masalah dan pergumulan, datanglah pada Tuhan Semua itu sudah dituliskan. (*)

Pastor Surya Kumar Pelayan di Gereja Methodist Wesley- Pelayan di Gereja Methodist Wesley

Tantangan Gereja dan Rohaniawan

PENELITIAN itu ada benarnya. Realita kehidupan seperti itu sedang terjadi di masyarakat kita. Ada kaum muda merasa tidak perlu ke gereja dan tidak butuh Tuhan lagi.

Banyak hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Umumnya, karena orangtua kehilangan waktu membimbing anak-anaknya secara rohani. Dalam Ulangan disebutkan, orangtua harus ajarkan anaknya bagaimana cara duduk, berdiri dan sebagainya.

Di sisi lain, peran gereja dan rohaniawan tidak mampu merangkul mereka. Atau kelakuan rohaniawan yang menjadi batu sandungan. Tapi yang pasti, ini penggenapan seperti yang tertulis dalam 2Timotius 3:1-5. Ayat itu menjelaskan ciri-ciri akhir zaman. Manusia akan lebih cinta dirinya sendiri, tidak tahu berterima kasih, dan sebagainya, dan sebagainya. Dan yang paling nyata, hal ini kita lihat terjadi pada orang-orang muda.

Lihatlah kecanggihan teknologi yang tanpa batas, termasuk di dunia hiburan. Dan semua itu dialami dan dinikmati kaum muda.

Jadi, penelitian itu ada benarnya. Dan itu saat ini banyak terjadi di negara-negara Eropa. Dimana kaum mudanya bekerja, berprestasi, mapan dan berkecukpan. Jadi mereka merasa, tidak hidup dalam Tuhan juga tidak mengapa.

Inilah tantangan gereja dan rohaniawan saat ini. Hamba-hamba Tuhan harus sadari itu dan Gereja Tuhan melalui hambanya harus bisa mengantisipasi hal itu. (*)

Pdm Edison Sinurat Pelayanan di Yayasan Nathania Ministry

Nama Ivan Kolev Mencuat

PASCA Raja Isa didepak, manajemen PSMS langsung menerima banyak nama untuk jadi pelatih Ayam Kinantan. Para agen langsung mengirimkan masukan nama-nama tersebut. Di antaranya Ivan Kolev.

Salah satu agen, Hardimen Koto yang menawarkan itu kepada manajemen. Selain Ivan Vankov Kolev asal Bulgaria, Hardiman juga menawari Garry Philips dari Inggris.

Sementara itu, manajemen PSMS segera mengkaji pembayaran kontrak Raja Isa. Konon Raja Isa semestinya menerima bayaran Rp550 juta, dan manajemen sudah membayarkan uang muka kontrak sebesar 25 persen.

“Namun, jika ada data berbeda dari kawan-kawan wartawan yang menyatakan 50 persen, maka akan kita kaji lagi. Jika memang 50 persen, maka kita akan segera lunasi yang 25 persen lagi,” ungkap Nanda Ramli.

Namun, jika memang hanya 25 persen maka manajemen tinggal membayar gaji saja. “Kita akan pastikan tak ada hutang oleh manajemen. Kita akan selesaikan , jika di kontrak tertera 25 persen, maka kita tinggal terhutang gaji saja,” ujar Nanda.

Mengenai sponsor jersey Eutag, Nanda menuturkan, hal tersebut berbeda dengan kontrak Raja Isa.

“Memang kita akui Raja Isa yang membawa sponsor itu untuk kita. Namun, kontraknya memang berbeda. Dan kontrak dengan Eutag akan berakhir pada akhir musim,” tuturnya. (saz)

Pemain Persita Asal Medan Semusim tak Digaji

MEDAN- Enam pemain Persista Kabupaten Sintang Kalimantan Barat (Kalbar) yang dua di antaranya asal Medan, Usman dan Erwin serta empat lainnya dari Surabaya, mengadukan nasibnya kepada Ketua Umum Persitas Corlimas karena gaji/kontrak mereka selama satu musim kompetisi belum terbayarkan.

Melalui surat yang ditujukan kepada Corlimas yang juga merupakan Bupati Sintang tertanggal 1 Februari 2012, menurut Erwin atas nama rekan-rekannya di Medan Sabtu (4/2) mereka memperkuat Persista satu musim kompetisi Divisi Satu PSSI 2010, dengan nilai kontrak total mencapai ratusan juta rupiah.

Ironisnya setelah kompetisi berakhir, hingga kini tak sepeser pun gaji dari kontrak itu mereka terima. “Sementara manajer tim Persista Syamsul kalau ditagih hanya mengumbar janji,” kata Erwin.

Di dalam surat yang ditembuskan kepada KONI Sintang, KONI Kalbar, KONI Pusat, Pengcab PSSI Sintang, PSSI Kalbar, PSSI Pusat, PengrovPSSI Sumut dan Jatim itu, keenamnya berharap pengaduan mereka itu ditanggapi oleh Ketua Umum Persista Corlimas.

Erwin dan kawan-kawan dalam suratnya itu juga menyebutkan, seandainya dalam tempo sepekan tidak ada realisasinya mereka akan menyelesaikannya melalui jalur hukum.

“Kami selalu dijanjikan oleh manajer tim Syamsul, apabila hendak turun ke lapangan. Namun begitu usai bertanding janji itu hanya tinggal janji,” tambah Erwin Nasib Usman lebih tragis. Selain juga tak dibayar gajinya, Usman juga patah kaki selama membela Persista dan mengobati cederanya sendiridiSurayaba. Usmanmengaku sudah berulangkali menemui langsungmanajertimPersista, atau berhubungan via surat dan ponsel.

Namun tetap tak ada itikad baik. Syamsul selalu menjanjikan akan menyelesaikannya. (ful)

Berawal dari Tembok Tetangga

Galar Pandu Asmoro, Raja Panjat Tebing Asia Tenggara

Berkali-kali merajai level nasional, Galar Pandu Asmoro akhirnya menjadi runner-up dunia tahun lalu. Namun, siapa sangka, awal karir pemanjat nomor 12 dunia itu berawal dari keisengannya melubangi tembok tetangga pada 2000.

SEPTEMBER 2011 menjadi tonggak paling penting bagi perjalanan karir Galar Pandu Asmoro. Pemanjat tebing andalan Jawa Timur itu mencatatkan prestasi sangat impresif pada dua seri kejuaraan dunia.

Pada 3 September tahun lalu itu, Galar mengejutkan publik panjat tebing dunia dengan menempati posisi tiga seri world championship di Kota Xining, Tiongkok.

Galar hanya takluk dari jagoan Polandia Lukasz Swirk yang menjadi juara. Juga dari andalan tuan rumah Qixin Zhong yang berada di posisi runner-up.

Lebih mengejutkan lagi, lima hari kemu dian di seri kejuraan dunia Changzhi, Tiong kok, Galar menyentak dengan menjadi runner-up. Galar cuma tertinggal dari pemanjat tebing andalan Rusia Evgenii Vaitcekhovsk.

Pada kancah dunia, pemanjat nomor speed asal Eropa Timur se lama ini memang dikenal merajai tingkat dunia. ’’Itulah prestasi terbaik saya sampai sejauh ini,’’ ucap Galar sehabis menjalani sesi latihan sore di lapangan KONI Jawa Timur Kamis (26/1).

Galar memang masih bermimpi untuk menjadi juara dunia.

Dengan persiapan yang matang, Galar bertekad untuk mengikuti jejak dua koleganya di Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Panjat Tebing Jatim, Evi Neliwati dan Abudzar Yulianto.

Keduanya pernah berada di puncak tertinggi sebagai juara dunia. Apalagi, Evi dan Abudzar merupakan pemanjat dengan spesialisasi yang sama dengan dia, yakni nomor speed classic.

Pada seri dunia di Tiongkok itu, Galar sejatinya tidak berada dalam kondisi terbaik. Pria yang akan berumur 29 itu merasa tidak dalam kondisi paling fit. Apalagi, menjelang dua seri kejuaraan tersebut, Galar hanya berlatih tiga pekan.

Di samping itu, nomor kecepatan yang dipertandingkan saat itu adalah speed world record. Dia membutuhkan adaptasi yang pan jang dengan nomor yang menjadi standar dunia tersebut.

Sebab, selama ini, sepanjang karirnya, Galar adalah spesialis nomor speed classic. Pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur, Galar berhasil menggondol tiga emas dari nomor itu. Jadi, bagi Galar, menjadi nomor satu dunia saat ini tinggal menunggu waktu.

Sebelumnya, bersaing di level dunia tidak pernah tebersit sedikit pun di benak Galar.

Saat memulai berlatih panjat tebing pada usia 17 tahun, Galar hanya ingin coba-coba. Hasratnya semakin besar saat dia bergabung dengan Tripena, kelompok pencinta alam SMA Trisila Surabaya.

Saat pulang sekolah, Galar yang selalu melewati rel kereta api dari kawasan Undaan, Surabaya, sering me mungut batu-batu kali. Galar ingat dengan tembok kosong milik tetangganya di kawasan Lebak Timur, Surabaya.

Karena keinginan besar untuk memanjat, Galar melubangi tembok nganggur tersebut dengan bor. Nah, batu-batu kali dari rel kereta itu dipasang ke tembok sebagai pegangan.

’’Waktu itu, saya berlatih gaya saya sendiri. Sepulang sekolah, istirahat sebentar, lalu manjat tem bok. Begitu terus, hampir se tiap hari,’’ kenang anak pasangan Rameli dan Khomariyah tersebut. Saat itu, Galar tidak tahu bahwa panjat tebing merupakan salah satu cabang olahraga yang di pertandingkan.

Pembina SMA Trisila Bambang Soedjono adalah satu seorang sosok penting pada perjalanan karir Galar. Dialah yang mengajak Galar menonton perlombaan panjat tebing untuk kali pertama di Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya pada 2001.

’’Saat itu, saya baru tahu kalau ada juga lomba panjat tebing,’’ ceritanya.

Keinginan untuk turun gelanggang se ma kin besar setelah pulang dari Ubhara. Galar resmi me mulai karir panjangnya dengan mengikuti perlombaan panjat tebing SMULA Cup di SMAN 5 Surabaya. Turun di nomor lead (kesulitan), Galar menjadi nomor satu. Kemenangan itu merupakan momen paling berkesan dan tidak bisa dilupakan hingga sekarang.

’’Padahal, itulah kejuaraan per ta ma yang saya ikuti. Kok, ternyata langsung menang. Saya gembira sekali rasanya. Temanteman di SMA langsung mengarak saya saat mendapatkan piala,’’ kata Galar, lantas tersenyum lebar.

Lepas dari SMULA Cup, sepan jang 2001 dan 2002, Galar semakin aktif berpartisipasi dalam ajang pemula di SMA dan perguruan tinggi. Selama itu pula, Galar konsisten menjadi juara. Mentok jadi runner-up. Pada tahun-tahun awal tersebut, Galar mengambil spesialisasi nomor lead.

Prestasi Galar semakin maju saat dia lolos seleksi masuk Pemu satan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim pada 2003. Oleh staff pelatih, Galar diproyeksikan pindah nomor dari lead menuju speed (kecepatan).

Tampaknya, suami pemanjat nasional Nani Sugiarti tersebut berjodoh dengan nomor speed.

Baru setahun berlatih intensif di puslatda, Galar langsung menda patkan medali perak nomor kecepatan beregu Kejuaraan Nasional Prakualifikasi PON XVI/2004. Hebatnya, pada PON 2004, Galar berhasil menggondol emas pada kategori yang sama.

Prestasi Galar itu terus konsisten hingga kejuaraan dunia 2011 dan SEA Games XXVI/2011 Palembang-Jakarta. Pada pesta Olahraga Asia Tenggara dua tahunan itu, Galar mampu memboyong dua medali emas nomor speed relay dan speed world record.

Di kawasan Asia Tenggara, Galar hampir tidak memiliki pesaing.

Rival baru bermunculan di kancah Asia, terutama dari pemanjat Tiongkok dan negaranegara pecahan Uni Soviet.

Prestasi hebat yang ditorehkan Galar itu membuatnya tercatat sebagai salah satu barisan generasi emas panjat tebing Jatim.

Sejak 2006, Jatim memang terus merajai pentas nasional.

Masuknya atlet-atlet hebat asal Sumatera Selatan, yakni Evi Neliwati, Ilmawati, Wilda Baco Ahmad, dan Nurmansyah, mem buat Jatim menjadi raja nasional hingga saat ini.

Apalagi prestasi Galar dan rekan seangkatannya, Abudzar Yulianto, terus konsisten. Dengan Galar dkk, di PON XVIII/2012 September mendatang, Jatim diprediksi tidak kesulitan meraih gelar juara umum cabor panjat tebing seperti empat tahun silam. (ainur rohman/c6/diq)

Inspirasi Besar dari Dan Osman

KARIR Galar di nomor speed cabang olahraga panjat tebing banyak terinspirasi aksi Daniel ’’Dan’’ Eugene Osman. Di ka langan pencinta dan praktisi olah raga ekstrem, pemanjat tebing kelahiran Amerika Serikat (AS) itu adalah legenda.

Osman sering melakukan aksi-aksi berbahaya. Terutama saat me manjat tebing batu curam tanpa alat pengaman.

’’Dan Osman adalah pemanjat favorit saya. Kece patan dan ke be raniannya luar biasa. Saya belajar banyak dari sosoknya,’’ kata Galar. Dia kali pertama menonton aksi Osman saat SMA.

Pemanjat spesialis speed tersebut langsung merasakan datangnya inspirasi besar. Apalagi saat dia melihat video Osman dengan teman-temannya di kelompok pencinta alam SMA Trisila, Surabaya.

’’Sejak itu, saya suka Osman. Dia memberikan sega lanya untuk panjat tebing. Dia luar biasa. Dia hidup dari panjat tebing sampai meninggal di tebing. Saya lang sung tertarik untuk menggeluti panjat tebing ketika melihat vi deo nya dulu,’’ papar Galar.

Selain karena menaklukkan tebing-tebing yang ekstrem dan curam, Osman semakin legendaris karena meninggal saat beraksi. Osman wafat pada 23 November 1998 saat berusia 35 tahun di tebing curam Leaning Tower, Yosemite National Park, California, AS.

Osman meninggal di tempat karena talinya gagal terulur saat melakukan terbang bebas dari ketinggian 700 kaki dari tebing batu yang amat curam tersebut. ’’Saya senang pada semua hal dari Osman, tetapi tidak pada kenekatannya, lho,’’ ujar Galar, lantas tertawa.

Bagi Galar, kehebatan Osman mengalahkan pemanjat yang jauh lebih populer, Alain Robert. Pemanjat yang dikenal sebagai Spiderman dari Prancis terebut memang sangat terkenal karena menaklukkan gedung-gedung paling tinggi di dunia.

’’Medan yang sudah ditakluk kan Dan Osman jauh lebih me nantang dan lebih sulit dari pa da medan Robert. Namun, sa ya mengakui, nama Robert jauh lebih populer di kalangan umum,’’ papar Galar. (nur/c12/diq)

Ya Atlet, Ya Asisten Pelatih

SELAIN menjadi atlet andalan Jawa Timur, mulai tahun ini Galar menjalani peran baru sebagai asisten pelatih nomor speed. Pengprov FPTI Jawa Timur secara informal sudah meng angkat dia.

’’SK-nya memang belum ada. Na mun, kami sudah resmi memberikan pekerjaan baru sebagai asisten pelatih kepada dia. Saya kira Galar adalah tipikal atlet yang bisa membimbing juniorjuniornya,’’ ujar Ketua Harian Pengprov FPTI Jatim Sulistyono Dwi Nugroho.

Pelatih Puslatda Panjat Tebing Jatim Ronald Novar Mamarimbing pun memuji Galar sebagai atlet yang penting bagi Jatim. Sebagai senior, selain prestasinya mentereng, Galar dianggap sebagai atlet yang bisa menjadi contoh.

’’Sikap dan perilakunya bisa menjadi panutan atlet muda kami.

Jadi, wajar kalau dia diangkat sebagai asisten pelatih kategori speed,’’ ungkap Ronald.

Penunjukan Galar sebagai asisten pelatih, tambah Ronald, me mang tidak berlebihan. Meski usianya masih 29 tahun, dia memiliki naluri kepemimpinan yang baik. Selain itu, Galar bisa mengangkat mentalitas atlet muda di lapangan.

Ronald juga menyebut Galar sebagai sosok atlet yang disiplin.

Meski sudah berada di puslatda sejak 2003, Galar tidak pernah abai menjaga makanan, istirahat, dan terus mengonsumsi vitamin.

’’Walau sosoknya terlihat agak sedikit nakal, prestasi dia yang stabil adalah buah kedisiplinan yang amat tinggi,’’ papar pria yang juga pelatih kepala pelatnas itu.

Galar mengatakan akan berusaha terus berkiprah di arena panjat tebing dalam waktu lama. Menjadi asisten pelatih tidak membuat Galar lekas-lekas pensiun.

Selain ingin berprestasi maksimal di PON XVIII/2012, Galar membidik PON 2016 sebagai pelabuhan terakhir kiprahnya di panjat tebing. (nur/c3/diq)

Cinta Bersemi dari Puslatda

GALAR amat bahagia bergabung di pemusatan latihan daerah (puslatda) panjat tebing Jatim 100/II pada 2003. Lebih bahagia lagi, ternyata dia mendapat jodoh dari arena yang membesarkan namanya itu.

Tahun pertama di puslatda, Galar langsung jatuh cinta kepada pemanjat senior, Nani Sugiarti.

Meski usia Nani lebih tua lima tahun, itu tidak menyurutkan niat Galar untuk menjalin hubungan lebih serius.

Apalagi, Nani juga nyaman berpacaran dengan Galar. Atlet perempuan kelahiran 24 Novem ber 1978 tersebut melihat Ga lar yang saat itu berusia 20 ta hun sangat dewasa dan ber sungguh-sungguh.

”Kami nyambung dan selalu saling support. Apalagi, saat itu kami sama-sama berlaga di nomor speed. Jadi banyak diskusi juga.

Kadang pernah juga beran tem karena sama-sama di puslatda.

Tapi, kami bisa menyikapinya secara positif,” kata Nani.

Setelah puas berpacaran, Galar akhirnya memper sunting Nani pada Maret 2009. Dari pernikahannya itu, lahir bayi lelaki bernama Aleandra Putro Asmoro yang se karang berusia 1,5 tahun.

Kalau dilihat dari segi prestasi, pernikahan tersebut sebetulnya ”merugikan” Nani. Sebab, atlet asal Kota Malang itu harus rela absen dari ajang SEA Games XXVI/2011. Dalam dua tahun belakangan, Nani lebih fokus memprogram memiliki anak.

Apalagi pada kehamilan perdananya, dia sempat keguguran.

Nani seakan tidak peduli meski saat itu panjat tebing baru kali pertama ditandingkan di pesta olah raga Asia Tenggara dua tahunan tersebut. Se be narnya, pencapaian Nani sedang bagusbagusnya.

Pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur, Nani tampil memukau dengan rengkuhan tiga medali emas. Medali tersebut diraih pada nomor estafet putri, es tafet campuran, dan beregu putri. ”Sekarang saya sedang bekerja keras untuk kembali ke puncak pe nampilan menjelang PON,” ucap Nani.

Galar sendiri mengaku sangat bahagia dengan pernikahannya.

Dia tidak rikuh meski usianya lebih muda lima tahun ketimbang sang istri. Atlet asal Surabaya tersebut berusaha menepis segala masalah yang mungkin muncul akibat perbedaan itu. ”Saya tetap memposisikan diri sebagai kepala rumah tangga. Istri juga menghormati dan mengerti batasan yang ada. Yang pasti, kami di rumah tangga ini sekarang berdiri sama dan sejajar,” papar Galar disertai anggukan Nani. (nur/c14/diq)

Mimpi Kuasai Pasar Sumatera

Lie Ho Pheng, Pengusaha Furniture yang Bangga dengan Produk Lokal

Lie Ho Pheng, pengusaha furniture pemegag merek dagang Lipeng, punya mimpi besar. Dalam 5 tahun, furniturnya akan merajai pasar di Pulau Sumatera.

DUNIA perdagangan dikenalnya sejak masih belia. Tepatnya semasih duduk di sekolah dasar.

Saat itu, Lie Ho Pheng yang akrab disapa Hopeng sudah terbiasa mengayuh sepeda sejauh 50 kilometer sambil menjajakan kue buatan sang mama.

Saat berusia berusia 17 tahun, Hopeng memulai bisnis sendiri, berjualan pakan dan anak ayam di Kota Pematangsiantar. Kegiatan ini dilakoninya pulang balik Perbaungan- Siantar. Setahun kemudian, bisnisnya ‘naik derajat’.

Hopeng menjual ayam potong. “Ngambil dari peternakan di Perbaungan, dibawa dengan bus ke Siantar,” ujar Hopeng saat ditemui di tokonya Toko Lipeng di Jalan Letda Sujono.

Saat usahanya mulai menunjukkan hasil memuaskan, Hopeng malah mengalami kecelakaan. “Waktu naikkan ayam saat bus berjalan, saya dihantam ranting pohon.

Saya trauma, risiko pekerjaan dagang ayam terlalu tinggi,” ujarnya.

Lie Ho Pheng.//dok pribadi

Tahun itu juga, 1980, Hopeng banting setir, menjadi buruh di pabrik perabot Makmur Jaya. Di tempat ini, ia cepat menyesuaikan diri. Baru enam bulan bekerja, Hopeng sudah menjadi orang kepercayaan pemilik usaha. “Saya jadi wakil bos. Cepat kan?” ucapnya tersenyum.

Di Makmur Jaya pula Hopeng banyak belajar dunia usaha furniture. Mulai dari pengolahan bahan baku hingga pemasaran.

Dia mulai dikenal pemasok bahan serta para pemilik toko pelemparan hasil pabrik.

Berbekal pengetahuan itu, Hopeng bersama kakaknya membangun pabrik furniture di Perbaungan. Dimulai dari nol, menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama berguru di Makmur Jaya. Sayang, beberapa tahun usaha tempatnya menimba ilmu itu gulung tikar.

Ternyata jiwa dagang Hopeng kembali bergelora. Melihat geliat pasar furniture di Kota Medan, Hopeng memilih menyerahkan pengelolaan pabrik furniture di Perbaungan kepada kakaknya. Meski tetap berstatus sebagai salah satu pemilik usaha di Perbaungan, dia memilih hijrah ke Jalan Medan dan membuka usaha jual beli furniture pada 1988.

Baru dua tahun ditinggalkannya, pabrik furnitur di Perbaungan pailit. Utang menumpuk sementara 17 karyawan tidak gajian selama beberapa bulan. “Hutang lebih dari 100 juta. Waktu itu nilai segitu sudah sangat besar. Sementara pemasok bahan sudah tidak percaya lagi kepada abang saya,” kenangnya.

Tak ingin usaha yang dirintisnya dari awal itu gulung tikar. Hopeng turun gunung membenahinya.

Apa yang dilakukannya? “Pertama, saya kumpulkan karyawan dan saya ajak bicara satu persatu. Saya tanya, apakah mereka masih mau bekerja dengan kondisi prihatin kalau saya yang memegang pabrik. Bagusnya, semua mereka bersedia. Kalau Pak Hopeng yang pegang, kami maulah kerja lagi’. Begitu jawaban mereka,” paparnya megenai langkah awal penyehatan usaha tersebut.

Selanjutnya, dia mengangkat seorang karyawan bernama Surono sebagai pelaksana tugas di pabrik. “Kalau di sekarang, fungsi Surono seperti CEO lah. Ternyata usaha mesti seperti itu. Walau cuma usaha keluarga, kita tetap harus mengangkat orang lain untuk membantu menjalankannya,” ungkap Hopeng lagi.

Selesai urusan karyawan, Hopeng mendatangi tauke-tauke tempat kakanya berhutang dan meminta keringanan penundaan pembayaran. “Mereka setuju dan percaya kepada saya. Tapi itu belum cukup. Usaha belum bisa dijalankan karena tidak ada modal sama sekali. Saya kemudian mengutang bahan baku dan mereka memberikan.

Mungkin mereka melihat kesungguhan saya,” katanya pasti.

Sedikit demi sedikit permasalahan dapat diatasi. Perlahan namun pasti, usaha mulai berjalan dan karyawan mulai tenang bekerja.

“Syukurlah. Setelah berjuang bertahun-tahun, pada 1990 semua utang tertutupi dan usaha mulai untung,” ucapnya lega, seolah hal itu baru saja dilaluinya.

Hopeng lalu mengembangkan usahanya dan terus meningkatkan produksi. Tapi tantangan belum selesai. Delapan tahun menikmati masa kejayaan, pada 1998, usahanya dihantam kesulitan, dampak krisis keuangan di Amerika. Hopeng kembali mengutang, tetapi hasilnya malah makin sulit.

Pasar lokal sekalipun susah ditembus. Furniture mereka tidak terserap pasar yang sedang lesu.

Hopeng hampir putus asa. Hingga sebuah cahaya di kejauhan terlihat olehnya. Waktu itu, dia sedang mendengar siaran radio, membahas masalah krisis. Saat itu ekonom Aviliani sedang menjadi pembicara, membahas topik, bagaimana pengusaha bisa bangkit dari hadangan krisis moneter. Saat itu Aviliani menjabat sebagai Wakil Direktur Pengembangan Bisnis Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Dalam sesi tanya jawab langsung, Hopeng segera menghubungi nomor telepon yang disediakan. “Setelah tersambung, nunggunya lama sekali. Habis banyak pulsa juga waktu itu. Ha… ha… ha…,” kata Hopeng sambil memperbaiki posisi duduknya.

Setelah tersambung, Hopeng diminta memperkenalkan diri dan membeberkan masalahnya. Setelah mendengar penuturan Hopeng, Aviliani memberikan petunjuk.

“Katanya, Pak Hopeng, dalam kondisi ekonomi seperti ini, ada dua hal yang bisa Bapak lakukan. Pertama, turunkan mutu demi menurunkan harga jual dan lemparkan produk ke wilayah yang tidak ter imbas krisis.” Nasihat Aviliani dicermatinya dengan baik. Saran pertama mudah dilakukan, Hopeng lalu menurunkan kualitas produk agar harganya lebih murah. Bagaimana dengan saran kedua? Lama mempelajari, Hopeng memutuskan melempar produknya ke wilayah Asahan dan Labuhan Batu, wilayah pemasok kelapa sawit yang justru menangguk untung besar saat krisis terjadi.

Manjur. Dua saran Aviliani berhasil membuat Hopeng membawa usahanya keluar dari masalah. Usahanya kembali bangkit dengan jangkauan pemasaran yang makin luas. Dari Asahan dan Labuhan Batu, pemasarannya merambah ke Padang dan Riau.

“Makanya, saya lebih percaya pada ahli daripada bertanya pada pekong,” ujarnya.

Hingga saat ini, pasar usahanya sudah mencapai Provinsi Aceh, Riau, Padang dan Jambi.

Hopeng lalu memasang target lebih besar lagi.

“Tahun ini saya menjajaki pasar di Sumatera Selatan. Dalam lima tahun kedepan, saya menargetkan sudah mengisi pasar seluruh Pulau Sumatera,” katanya bertekad.

Untuk mencapai mimpi besarnya, Hopeng menjadikan langkah-langkah yang diambil manajemen Air Asia yang berkembang atas bantuan media massa.

“Saya senang membaca kisah pengusaha sukses, termasuk membaca buku tentang Steve Jobs, si pendiri perusahaan Apple yang melegenda itu,” paparnya lagi. (tms)

Punya Merek Dagang Jempolan

MEREK dagang sejatinya berfungsi memudahkan konsumen mengenal suatu produk . Dan merek Lipin yang disematkan pada springbed dan furnitur lain produksi usaha milik Lie Ho Pheng punya cerita sendiri. Merek lokal ini diambil dari perkawian namanya dan istri. “Li dari nama istri saya, Lili. Kalau Pin dari nama saya,” urainya.

Soal makna sepenggal kata yang dipilih, tak pernah diduga kalau itu sebuah ungkapan tentang sukses dan kemapanan. “Dalam bahasa Mandarin, Li berarti kekuatan dan Phin artinya stabil. Kalau digabungkan Lipin berarti kekuatan yang stabil.” Diakui Hopeng, hal itu disadarinya setelah mendapat pemahaman dari beberapa rekannya. Dan ternyata, merek dagang itu diakuinya jempolan. “Saya bangga punya merek dagang sendiri dengan citarasa lokal, tidak meniru merek terkenal yang berbau asing,” ujarnya.

Dengan semangat mempromosikan produk lokal pula, Hopeng aktif mengkampanyekan cinta produk lokal kepada orang-orang, di manapun dan kapan pun. “Bukan hanya produk nasional, tetapi produk lokal,” katanya menegaskan.

Pada 2002 lalu, Hopeng mendaftarkan merek dagangnya ke Kemenkum dan HAM RI. Dengan merek dagang lokal ini pula, Hopeng berani ‘menantang’ furniture sejenis buatan daerah lain, maupun merek-merek internasional.

“Saya bangga dengan produk kami. Semoga masyarakat Sumut juga bangga dan membeli produk-produk buatan Sumatera Utara,” harapnya.

Promosi dari mulut ke mulut dan melalui media massa yang dilakukan sendiri, dirasa lebih tepat dibanding menunggu bantuan promosi dari pemerintah.

Selain itu, Hopeng menjadi salah satu pengusaha kerap menyuarakan antipungli. “Itu karena saya sering bersentuhan dengan masalah pungli yang melibatkan oknum birokrat,” katanya.

Dia mencontohkan ulah petugas sebuah dinas dari Pemkab Deliserdang yang menagih pajak reklame dengan mendatangi tokonya. Petugas meminta Hopeng membayar pajak reklame tahunan senilai hampir Rp3 juta. “Saya cuma bilang, saya hanya akan mau bayar kalau kamu bisa tunjukkan Perdanya. Saya kan tidak bodoh,” ujarnya.

Karena memang Deliserdang tak punya Perda Pajak Reklame, petugas itu akhirnya melongos pergi. (tms)

Bangga Anak cuma Tamat SMA

BERSAMA KELUARGA: Lie Ho Pheng bersama istri dan dua putra dan dua putrinya.//dok pribadi

PUNYA anak yang berhasil menempuh jenjang sekolah tertinggi tentu membanggakan orangtua. Demikian juga Lie Ho Peng. Meski demikian, pengusaha sukses ini sangat bangga dengan anak sulungnya yang hanya lulusan sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Ya bangga lah. Naik berapa tingkat dibanding saya,” sebut Openg, penggilan akrabnya.

Ucapan Hopeng ternyata didasari perjalanan pendidikannya yang tak sampai memegang ijazah Sekolah Dasar (SD).

“Saya Cuma tamatan SDTT,” ucapnya lantas tertawa.

Ternyata singkatan itu bermakna Sekolah Dasar Tidak Tamat. “Saya memang tak lulus SD, karena memilih bekerja daripada sekolah,” sebutnya memberi alasan.

Ia kemudian mengisahkan bagaimana kehidupan keluarganya kala itu yang digambarkannya sebagai keluarga miskin di sebuah kampung di Perbaungan. Dan sedari kecil sudah dipaksa mencari uang. Mulai membantu ibunya berjualan kue, bekerja serabutan hingga memutuskan tidak ikut ujian akhir SD demi mengejar harapan dengan ‘merantau’ ke sejumlah kota hingga berlabuh di Kota Medan.

Pria yang selalu tampil ceria ini lebih berbangga. Meski si sulung hanya bertahan tiga bulan di bangku kuliah, anak keduanya, Indriyani, sudah diwisuda setahun lalu dari sebuah sekolah tinggi bisnis dan manajemen komputer di Medan.

Sedangkan dua anak kembarnya, Ferdyanto dan Silfanny saat ini masih duduk di bangku SD.(tms)

Rumah Murah Diusulkan Bebas Biaya

KEMENTERIAN Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengusulkan penghapusan sejumlah beban biaya dalam pembangunan rumah bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi jumlah backlog (kekurangan) perumahan yang saat ini telah mencapai 13,6 juta unit.

“Saat ini pemerintah sedang mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera bagi MBR,” ujar Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI terkait pelaksanaan kebijakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kemarin. Penurunan harga jual rumah itu diharapkan dapat terlaksana melalui sejumlah pengurangan beban biaya.

Djan merinci usulan pembebasan bebab biaya itu antara lain terkait dengan biaya sertifikasi tanah dimana surat resmi dari Menpera sudah selesai dibuat dan dikirimkan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN). “Selain itu juga sejumlah beban biaya lain seperti SIPPT (Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah), IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dan PPn (Pajak Pertambahan Nilai),” terangnya.

Bukan hanya itu, Kemenpera juga mengusulkan agar rumah sejahtera dibebaskan dari biaya penyambungan listrik dan gambar instalasi listrik.

Lantas juga diharapkan ada pembebasan beban biaya untuk pengembangan air minum. “Dengan dihapuskannya sejumlah beban biaya itu kita harapkan harganya lebih terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” tegasnya.

Djan juga akan mengupayakan penurunan harga jual rumah sejahtera melalui pemberian bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) kepada pengembang.

Bantuan PSU tersebut berupa pembangunan jalan lingkungan, drainase, jaringan air minum, jaringan listrik, persampahan, dan air limbah yang akan dilaksanakan dengan sistem “reimbursement”.”Surat untuk itu sudah dikirim ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah),” katanya.

Menpera meyakini bahwa pada pekan pertama bulan ini akan ada suku bunga KPR baru untuk FLPP yang disetujui bersama-sama antara pemerintah dengan pihak perbankan. Menurutnya, kebijakan penurunan suku bunga tersebut akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membeli rumah.

“Sehingga hal itu juga akan mengurangi jumlah backlog (kekurangan perumahan) yang jumlahnya mencapai 13,6 juta unit pada 2011,” tuturnya.

Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera, Pangihutan Marpaung mengaku berniat menaikkan batas nilai rumah bebas pajak pertambahan nilai (PPN) dari sebelumnya Rp 70 juta menjadi Rp 88 juta per unit. Kenaikan batas rumah bebas PPN ini sebagai solusi kewajiban batas luas minimal rumah sebesar 36 meter persegi. (wir/kim/jpnn)

SSB SPM dan Generasi Medan Jumpa di Final

MEDAN- SSB Surya Pratama Marendal (SPM) melaju ke babak finalpadaPialaEutagMabarPutra2012.

Keberhasilan ini setelah mengalahkan SSB Hendra Delitua di babak semifinal di Lapangan Mabar Jalan Mangaan Medan Deli, Sabtu (4/2).

Hasil itu diperoleh dari adu penalti setelah kedua kubu menyelesaikan pertandingan pada dua babak dengan skor 0-0. Pertandingan semi final tersebut berlangsung aman dan sportif.

Dari Awal babak pertama, SSB SPM besutan Hendri Dinal ini sudah menunjukkan kualitas yang cukup baik, ditandai dengan forsi serangan yang lebih dominan dan hampir mengecohkan pertahanan lawan.

Begitu juga dengan SSB Hendra Delitua yang tidak tinggal diam melihat situasi itu. Dengan sigap SSB ini berusaha membalas semua serangan yang mengarah ke daerah pertahanannya.

Namun semua tindak-tanduk kedua kubu yang bertanding belum juga merubah kedudukan. Sehingga babak pertama hanya dihiasi dengan angka kacamata 0-0.

Masuk babak kedua, kedua tim mulai melakukan tempo pertandingan cepat. Serangan bertubi-tubi berbalasan juga mewarnai pertandingan.

Tapi semua usaha yang dilakukan kedua kubu juga tidak dapat menunjukkan perubahan yang signifikan yang berakhir dengan skor 0-0.

Untuk penentuan siapa yang bakal maju ke babak final, Minggu (5/2) pertandingan ditambah dengan adu penalti. Wasit menentukan masing-masing SSB diwakili oleh empat orang penendang.

Tendangan pertama diawali oleh SSB SPM dan berhasil dieksekusi oleh David dengan nomor punggung 8 yang juga bertindak sebagai kapten.

Demikian juga tendangan kedua hingga ketiga berhasil diselesaikan SSB SPM oleh Singgih dengan nomor punggung 9 dan Aziz dengan nomor punggung 10.

Tapi sayang, tendangan keempat Robi dengan nomor punggung 2 mengalami kesalahan dan tidak berhasil menyelesaikannya.

Tetapi tendangan terakhir berhasil dilaksanakan P Aziz yang menjadi gol terakhir dan penentu kemenangan SSB ini. Sementara SSB Hendra Delitua gagal pada tendangan kedua dan ketiga.

Maka dengan berakhirnya sesi adu penalti itu, SSB SPM tercatat sebagai pemenang dengan skor 4-3 dan berhasil masuk ke babak final.

Dengan demikian SSB Hendra Delitia harus puas sebagai juara ranner- up pada turnamen kali ini.

Sementara di partai sebelumnya SSB Generasi Medan telah mengalahkan SSB Medan Utara dengan skor 4-3 sehingga untuk babak final SSB SPM akan berhadapan dengan SSB Medan Utara.

“Sebagai pelatih tentunya saya bangga terhadap hasil sementara ini, dan formasi permainan akan kami sesuaikan lagi untuk final besok,” tutur Hendri kepada wartawan.

Surya Darma sebagai Ketua Umum SSB SPM mengatakan, semua pengurus akan terus memberikan perhatian yang lebih lagi demi kemajuan para pemain.

Di tempat yang sama, Ruslan mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada setiap peserta dan pendukung yang ikut ambil bagian pada pertandingan musim ini.

“Mudah-mudahanpertandinganfinal berlangsung baik dan lancar,” tambahnya.

(mag-10)

Gelar 120 Even dan Maksimalkan Sirkuit Multifungsi

MEDAN- Pengprov Ikatan Motor Sumatera Utara (IMI Sumut) telah mengagendakan 120 kegiatan sepanjang tahun 2012 nanti. Dari jumlah tersebut, tiga diantaranya merupakan event kejurnas serta tiga kejuaraan reli, seperti yang pernah digelar pada tahun 2011 lalu.

Demikian antara lain paparan Ketua Pengprov IMI Sumut Ijeck di hadapan peserta Rapat Kerja Daerah (Rakerda) IMI Sumut 2012 di Royal Room, Hotel Danau Toba, Medan, Sabtu (4/2).

Hadir dalam Rakerda IMI Sumut 2012 antara lain Gubsu yang diwakili Kadispora Sumut Ristanto SH, Dirlantas Poldasu Kombes Pol Drs. Bambang S mewakili Kapoldasu, Kadis Pertamanan Kota Medan Erwin Lubis mewakili Wali Kota Medan, Kabid Organisasi PP IMI Billy Marbun, dan Ketua KONI Sumut Gus Irawan Pasaribu.

Diungkapkan bahwa even kejurnas yang bakal bergulir di Sumut, nanti antara lain road race, drag race dan drag bike, sementara tiga seri kejuaraan reli Sumatera Utara 2011 masing- masing dijadwalkan pada April di Langkat, Juli di Sergai dan di Medan yang berlangsung Oktober mendatang.

“Pada tahun 2012 ini kita mentargetkan even yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya, dengan fokus kepada roda dua baik road race ataupun motocross. Apalagi sekarang ini sudah ada sirkuit road race dan sirkuit motocross sedang dalam persiapan,” sebut Ijeck.

“Mudah-mudahan dengan adanya sirkuit ini atlet-atlet kita bisa lebih berprestasi, karena keberadaan sirkuit itu memang untuk menggairahkan olah raga otomotif di Sumatera Utara. Hal ini dibuktikan dengan minimnya biaya yang dikenakan kepada pihak-pihak yang ingin menggelar kegiatan di sirkuit mutifungsi IMI Sumut tersebut,” tambah Ijeck lagi.

Ketua KONI Sumut Gus Irawan dalam sambutannya mengatakan, dengan 120 event yang digelar setiap tahun, maka Pengprov di Sumut yang paling banyak kegiatannya dan juga paling teratur adalah IMI Sumut.

Di kesempatan ini, Gus Irawan meminta IMI Sumut untuk lebih fokus membina tiga atlet balap motor yang lolos ke PON 2012, dengan harapan bisa meraih prestasi di Riau nantinya.

“Kita tentu berharap IMI Sumut bisa mensupport langsung atlet-atlet yang berlaga di arena PON nantinya,” ucap Gus Irawan.

Ketua Panpel, Kisharyanto Pasaribu menyebutkan, Rakerda IMI Sumut 2012 diikuti 31 klub.

Sebelum Rakerda, pagi harinya IMI Sumut bekerja sama dengan Bank Sumut menggelar bhakti sosial Peduli Sekolah, yakni menyerahkan bantuan buku kepada 1.000 anak di Belawan.

(jun)

Rp300 M untuk Bina Usia Muda

BOGOR- Dari dana Rp 900 miliar yang dianggarkan oleh PSSI untuk membangun sepak bola Indonesia, sekitar sepertiga bagiannya akan dialokasikan untuk pembinaan usia muda. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, di sela rapat kerja PSSI di Hotel Poencer, Cisarua, Bogor.

“Sekitar Rp 200-300 miliar itu ke usia muda,” ungkapnya.

Djohar menegaskan, pembinaan usia muda harus diutamakan karena akan menjadi cikal bakal pemain timnas senior. Untuk memenuhi pencapaian kebutuhan dana itu, Komite Keuangan dan Pemasaran PSSI mempersiapkan penggalangan sumber dana dari pihak luar.

PSSI sendiri, lanjutnya, harus bekerja keras. Pasalnya, PSSI tak bisa terlalu berharap kepada pemerintah untuk memenuhi semua kebutuhan dana tersebut.

“Kalau dari pemerintah kan tidak mungkin kami harapkan semua. Jadi fund rising harus kerja keras, karena dana yang diperlukan tidak sedikit. Prestasi itu mahal, karena itu fund rising harus bekerja keras menggandeng apapun yang bisa digandeng untuk mencari dana untuk pembangungan sepak bola Indonesia,” katanya. (net/jpnn)

8 Pegulat Sumut Siap Tampil

MEDAN- Sebanyak delapan pegulat Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara siap tampil di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) antar PPLP yang berlangsung di Jambi Mei 2012 mendatang.

Kedelapan pegulat pelajar Sumut itu adalah Ikbar Surya (50 kg), Oktavianus (54 kg), Muhammad Muksid Reda (58 kg), Efraim Ginting (54 kg), Febrianto Ginting (58 kg), Almario Naibaho (42 kg), Husaini Barus (50 kg) dan Ferry (80 kg).

“Sekarang kedelapan pegulat ini masih dalam pengemblengan intensif guna memberikan bekal latihan yang maksimal,” bilang Mangasi Simangunsong Pelatih Gulat PPLP Sumut, Sabtu (4/2) di PPLP Sumut Jalan Sekolah Pembangunan/Sunggal Medan.

Dilanjutkannya, materi latihan yang diberikan itu berupa latihan fisik dan teknik. Dimana latihan fisik dilakukan dengan cara menyuruh atlet lari keliling lapangan dan mengangkat beban.

“Selain itu, kita juga selalu memberikan latihan berenang kepada atlet guna mengoptimalkan organ tubuh,” sebutnya.

Kemudian untuk latihan teknik dasar gulat meliputi teknik mengunci lawan supaya tidak bergerak.

“Kalau lawan sudah berhasil dikunci dengan genggaman kedua tangan. Tentunya, lawan baru bisa dibanting keluar arena. Dimana, skor yang diperoleh sangat tinggi bila lawan berhasil dibanting keluar arena,” terang Mangasi.

Selain itu, pihaknya juga melakukan try out ke beberapa dearah Sumatera Utara. Dimana try out dilakukan guna mengetahuai perkembangan atlet dalam menerapkan latihan yang diberikan.

Terkait atlet yang mampu meraih hasil terbaik saat di Kejurnas antar PPLP nanti, sambung Mangasi semua atlet yang di PPLP Sumut ini mempunyai potensi yang baik.

Hanya saja, ada dua pegulat seperti Almario Naibaho dan Husaini Barus yang potensi lebih baik, ketimbang rekan-rekannya. Pasalnya, kedua tersebut telah berhasil meraih medali perak dan perunggu saat Kejurnas antar PPLP 2011 lalu.

“Diharapkan pegulat Sumut lainnya juga dapat termotivasi untuk merebut medali,” katanya.(omi)