27 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 14089

Golkar Sudah Punya Nama

Setahun Lagi Pilgubsu, Partai Besar Mulai Bicara Soal Koalisi

MEDAN-Kata koalisi seolah tak bisa dipisahkan, ketika berbicara mengenai pemilihan umum (Pemilu). Begitupun Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013.

Kemana arah koalisi partai-partai besar di Sumut seperti Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Indonesia Perjuangan (PDI P), dan Partai Demokrat dalam mengusung jago-jagonya dalam Pilgubsu 2013 mendatang?

Dalam perkembangan saat ini, dari sumber Sumut Pos diperoleh informasi bahwa arah koalisi partai-partai besar di Sumut saat ini masih cair. Maksudnya, masih sebatas simulasi atau masih bisa berubah-ubah setiap saat. Meski begitu, arah koalisi keempat partai besar tadi sudah bisa terlihat.
Menurut sumber tersebut, Partai Golkar sepertinya mengarahkan arah koalisinya ke Partai Hanura. Sedangkan untuk PKS, sangat berpeluang untuk mengulang apa yang telah dilakukan, khususnya pada Pilgubsu 2008 lalu. Dimana, PKS lebih memprioritaskan menggandeng partai-partai berbasis Islam seperti, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan partai Islam lainnya.

Untuk PDI P, kata sumber yang juga merupakan salah seorang elit partai di Sumut ini, untuk PDI P berpotensi menggandeng Partai Damai Sejahtera (PDS).
Bagaimana dengan Partai Demokrat? Untuk partai penguasa ini, kata sumber tersebut, berdasarkan aturan yang ada menyatakan, Demokrat bisa mengajukan atau mengusung calonnya sendiri, tanpa melakukan koalisi dengan partai lain.

“Partai yang mendapatkan 15 persen suara, atau untuk di legislatif Sumut berarti sekitar 15 kursi, maka partai itu bisa mengusung calonnya. Sudah mulai terlihat kalau di dewan, arahnya Golkar ke Hanura. Golkar punya 13 kursi, kalau koalisi dengan Hanura yang punya 5 kursi sepertinya sudah pas. Untuk PKS tetap ke partai Islam. PKS di legislatif punya 11 kursi, jika ditambah PPP yang gabung dengan PKB dengan 5 kursi juga sudah cukup. Kemudian PDI P. Partai ini  punya 12 kursi, jadi kalau berkoalisi saja dengan PDS yang punya 5 kursi sudah cukup. Yang sudah tenang Demokrat, karena punya 27 kursi di legislatif. Tidak koalisi pun, sudah bisa mengusung calon,” jelas sumber tersebut.

Mengenai calon-calon yang bakal maju, sumber tersebut menuturkan, PKS akan tetap dengan Gatot, PDI P juga kelihatannya tetap dengan Tri Tamtomo, sedangkan Demokrat memiliki jagoan HT Milwan selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumut.

Bagaimana dengan Golkar sendiri? Nah, mengenai itu, sumber itu menyatakan, sudah ada beberapa nama yang mulai merapat dan menunjukkan keinginannya untuk maju dari Golkar antara lain Anggota DPR RI Chairuman Harahap dan Bupati Langkat Ngogesa Sitepu.

“Yang maju dari Golkar ada Chairuman Harahap dan Bupati Langkat, Ngogesa Sitepu. Untuk Ngogesa, sebenarnya dia didorong oleh elit-elit partai. Dan pengaruh Syamsul Arifin, yang mendorong elit-elit Golkar di Sumut ini. Untuk Demokrat, HT Milwan cukup berminat dan berambisi. Tapi sebenarnya masih layak maju jadi nomor dua. Kemudian ada juga nama Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro. Untuk nama ini, memang sangat ambisius. Kalau PKS tetap Gatot, PDI P sepertinya Tri Tamtomo,” ungkapnya.

Terkait isu tersebut, Penasihat Fraksi PKS DPRD Sumut Muhammad Nuh yang dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (15/1) menyatakan, PKS sudah melakukan penjajakan arah koalisi. Dan bukan hanya koalisi partai, PKS juga melakukan survey dalam rangka koalisi figur yang akan diusung nantinya di Pilgubsu 2013 mendatang.

M Nuh juga menuturkan, sejauh ini ada beberapa nama yang telah diajukan oleh para kader PKS di Sumut, dan telah diserahkan ke Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS pusat.

Sayangnya, mantan Ketua Komisi A DPRD Sumut ini, enggan menjabarkan jumlah dan nama-nama yang diajukan ke DPP PKS pusat.
Begitu pula, ketika ditanya apakah Gatot masuk dalam nominasi yang diajukan ke DPP untuk maju ke Pilgubsu 2013 mendatang, serta kader PKS yang saat ini menduduki jabatan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Tiffatul Sembiring.

“Mengacu UU No.32 Tahun 2004 yang masih berlaku, peta koalisi saat ini masih dalam penjajakan. Tapi semuanya itu mungkin-mungkin saja. Selain itu, yang penting juga adalah koalisi figur. Koalisi figur ini, malah lebih jadi perekat. Ya, kita wait and see dengan regulasi yang ada. Secara formal, DPP belum memutuskan. Keputusan itu juga membahas dasar survey, pasangan calon serta mitra koalisi,” ungkapnya.

Lebih lanjut M Nuh mengatakan, dalam penentuan calon yang akan diusung pada Pilgubsu 2013, ditentukan berdasarkan rapat pleno DPP PKS pusat.
“Pilgubsu itu keputusannya berdasarkan rapat pleno DPP. Yang di daerah hanya mengikuti. Memang, suara kader di daerah sudah ada memasukkan beberapa nama, dan sudah diserahkan ke DPP. Belum defintif dan secara rinci belum untuk dipublikasikan dan akan diteliti di DPP. Jadi, karena di DPP maka di di daerah tidak membahasnya,” katanya.

Bagaimana dengan arah koalisi partai? Apalagi, diketahui pada 2008 lalu, PKS berkoalisi dengan PPP dalam mengusung Syamsul Arifin dan Gatot Pujo Nugroho (Syampurno).

Namun, beberapa waktu lalu PPP terlihat relatif keras mengkritisi Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu yang notabene berasal dari PKS. Apakah ada peluang tetap koalisi atau tidak melanjutkan koalisi dengan PPP?

Mengenai hal itu, M Nuh menuturkan, saat ini semua Partai Politik (Parpol) sudah bisa memasang kuda-kuda. Jadi, bisa saja nantinya PKS kembali melanjutkan koalisi dengan PPP, dan tidak menutup kemungkinan tidak melanjutkannya.

“Politik itu bisa berubah-ubah, tidak bisa ditentukan. Koalisi partai itu pasti, karena partai politik,” terangnya.

Sedangkan itu, dari pihak Golkar melalui Wakil Ketua DPRD Sumut Chaidir Ritonga yang berasal dari Fraksi Golkar, ketika dikonfirmasi nama-nama calon dari Golkar seperti, Chairuman Harahap dan Ngogesa Sitepu tidak menjawabnya secara eksplisit.

“Untuk yang itu, belum tahu dan belum ada perkembangan. Kalau soal kekuatan mengusung calon, benar bila harus ada 15 persen suara atau dengan kata lain, mesti ada 15 orang perwakilan yang duduk di legislatif. Tapi keadaan saat ini masih belum pasti. Segala kemungkinan masih berpeluang terjadi,” jawabnya.(ari)

Mencari Gubsu Cap Dahlan Iskan

Oleh : Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Dari 13 nama yang tercatat pernah memimpin Provinsi Sumatera Utara pascaberdiri Desember 1956, beberapa nama cukup diingat publik. Penyebabnya macam-macam.

Marah Halim Harahap misalnya, cukup melekat di benak kita dengan Piala Marah Halim-nya. EWP Tambunan dengan ‘nama bersihnya’ dalam hal korupsi, sampai-sampai dia hanya mampu mengontrak rumah pascalengser dari kursi gubernur. Raja Inal Siregar diingat dengan konsep Marsipature Hutana Be-nya. Tengku Rizal Nurdin dengan Lake Toba Summitnya. Selebihnya, bisa dibilang lewat begitu saja.

Setelah otonomi daerah diluncurkan, peran gubernur memang berkurang drastis dibanding sebelumnya. ‘Jenderal tanpa tongkat komando’ adalah istilah Tengku Rizal Nurdin semasa memimpin Sumut.

Meski tanpa ‘tongkat komando’ untuk menggetok para pejabat daerah yang bandel, seharusnya para pemimpin Sumut tak jadi malas dan memilih menghabiskan kepemimpinannya melulu untuk mengurusi hal-hal seremonial.

Mengutip Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia, negeri ini membutuhkan lebih dari sekadar pemimpin, melainkan pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif menyumbangkan dan mewariskan hasil. Pemimpin yang tidak efektif menyedot hasil.

Pemimpin yang efektif memfokuskan pikirannya untuk kegiatan-kegiatan produktif dan mendapatkan respek dari bawahan serta pengikut-pengikutnya. Sebaliknya,pemimpin yang tidak efektif kehilangan respek dan setiap hari hanya disibukkan mengurus konflik dan kekuasaannya.

Bercermin pada kepemimpinan Dahlan Iskan, tokoh pers yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, seorang pemimpin yang berkualitas adalah yang mau kerja. Simak saja motto pribadi Dahlan Iskan: Kerja Kerja Kerja. Karena tidak sibuk memikirkan kekuasaan, Dahlan Iskan terkesan sangat enjoy bekerja. Dalam tempo 6 bulan menjabat sebagai CEO PLN, beliau sudah mampu membedah masalah listrik di Indonesia, sekaligus mengatasinya. Dan baru beberapa bulan menjabat sebagai Menteri BUMN, rahasia dapur puluhan BUMN yang dinaunginya sudah terungkap ke public plus cara menanganinya.

Untuk Sumut, kita belum melihat ada gubernur yang sejago Dahlan Iskan. Buktinya, masalah-masalah di Sumut yang sudah karatan saja, banyak yang belum beres. Contoh simple saja, rencana pembangunan jalan tol Medan-Siantar sampai sekarang tak jelas juntrungannya. Ganti gubernur, jalan tol itu tetap saja jadi coretan di atas kertas.

Jalan provinsi di banyak daerah sebagian besar rusak dan butuh pelebaran. Namun yang ada hanya pembiaran dengan kondisi yang ada. Beberapa gubernur terakhir boleh dibilang tidak memiliki konsep jelas membangun Sumut.

Kembali ke Dahlan Iskan. Selain kerja keras, inovasi, dan semangat entrepreneurship tingkat tinggi, beliau juga jago mengomunikasikan apa yang dikerjakannya dengan sederhana. Catat lagi: dengan sederhana.

Dengan tulisan-tulisannya, Dahlan Iskan mampu mengajak kita ikut “memikirkan” PLN atau BUMN lain yang sedang ditanganinya saat itu. Saat menjabat sebagai CEO PLN, beliau mampu menciptakan positive campaign tentang kinerja PLN. Apa saja targetnya, apa yang telah dilakukan, kendala apa yang masih menghadang, dan pe-er apa yang masih menghalang. Kata seorang penggemar tulisan beliau, Pak Dahlan telah memberi “kursus berpikir” logika CEO kepada para pembacanya.

Barangkali, ada juga gubernur kita yang sudah berbuat ‘sesuatu’. Namun karena tidak dikomunikasikan, publik tak bisa menilai hasilnya. Lebih jeleknya lagi, tidak ada pula hasil nyata di lapangan. Alhasil, gubernur kita bertukar tanpa ada prestasi yang patut dibanggakan.
Saat ini, fakta yang terungkap ke publik Sumut adalah asyiknya gubernur kita dengan persoalan remeh-temeh. Tentang siapa duduk di kursi mana, siapa yang harus dibuang atau didudukkan, dan sebagainya. Sibuk dengan persoalan-persoalan internal organisasi, sementara persoalan rakyat Sumut tidak dipikirkan.

Maret 2013, rakyat Sumut akan memilih gubernur secara langsung. Marilah kita jeli melihat kinerja calon yang akan kita contreng. Jangan memilih berdasarkan fulus. Ini soal masa depan Sumut. Ayo kita cermati kiprah tokoh-tokoh yang berniat maju dengan jernih dan pikiran sehat. Semoga yang terpilih kelak adalah sosok yang memiliki kepemimpinan yang efektif bak Dahlan Iskan, dan mampu melakukan terobosan positif untuk Sumut. Bravo Sumut! (*)

Wali Kota Didesak Copot Bob

MEDAN-Ketua Komisi A DPRD Medan, Ilhamsyah, mendesak Wali Kota Medan untuk mengevaluasi kinerja Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Medan, Syarif Armansyah Lubis dan Kabid Perparkiran, Pahmi Harahap, terkait dugaan korupsi retribusi parkir Rp24 miliar yang tengah diusut Kejatisun

Menurutnya, dugaan korupsi tersebut sudah bisa menjadi pertimbangan wali kota untuk mencopot Syarif Armansyah alias Bob dan Pahmi Harahap dari jabatannya. “Kita sangat menyayangkan munculnya kasus tersebut. Artinya, status penilaian wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan Pemko Medan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) baru-baru ini, sepertinya ternoda dengan temuan kasus dugaan korupsi itu,” kata Ilhamsyah, kemarin.
Sikap tegas wali kota, lanjutnya, bisa menjadikan warning bagi kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya untuk berkerja lebih baik lagi.

“Jangan gara-gara ulah segelintir oknum pejabat, penilaian laporan keuangan Pemko Medan oleh pihak BPK kembali seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni disclaimer.

Dijelaskannya, sejak awal anggota dewan meragukan dan mempertanyakan kredibilitas Bob yang secara tiba-tiba ditetapkan sebagai Kadishub Medan. “Sebab kita meragukan kemampuannya, karena dia sepertinya salah satu pejabat karbitan juga,” jelasnya.
Sementara itu, analis anggaran Kota Medan, Elfenda Ananda, juga mendesak wali kota mengevaluasi kinerja Kadishub. “Wali Kota Medan harus mengevaluasi kinerjanya. Kalau perlu bila terbukti ada indikasi merugikan masyarakat dalam menggunakan anggaran tersebut, Kadishub Medan harus segera diganti,” cetusnya.

Berita sebelumnya, Bob membantah keterangan Kasi Penyidikan Pidana Khusus (Kasidik Pidsus) Kejatisu, Jufri Nasution SH.  Bob membantah telah diperiksa Kejatisu terkait kasus tersebut. Sementara Jufri mengatakan, pihaknya telah memeriksa 19 pejabat Dishub Medan, termasuk Bob dan Pahmi Harahap. (adl)

Tiga Hari Disekap tanpa Makan

Kisah Warga Deli Serdang yang Disandera di Aceh

Aceh seperti tidak pernah diam. Bumi Rencong itu terus bergolak. Ujung-ujung, mereka yang tidak berkepentingan pun menjadi korban, beberapa di antaranya adalah warga Deli Serdang.  Bahkan, ada yang sempat disekap.

Ari Siworo,  Medan

Cerita ini berdasarkan penuturan salah seorang warga Deli Serdang sebut saja namanya, Galung, berusia sekitar 60 tahun, yang bertemu Sumut Pos, Sabtu (14/1) malam. Menurut pria berkulit hitam ini, sekitar beberapa hari lalu lebih tepatnya setelah 1 Januari 2012, salah seorang putranya sebut saja, AK (26) sempat disandera dan disekap oleh kelompok bersenjata di Aceh selama tiga hari. “Oalah, buktinya, anakku disekap kelompok bersenjata. Kalau nggak salah, selama tiga hari dan lokasinya di hutan. Berarti kelompok bersenjata masih ada. Udahlah, jangan ke Aceh lagi,” ungkap Galung.

Tak terlihat rona wajah Galung yang ketakutan atau cemas dan sebagainya. Wajahnya terlihat tenang, begitu pula saat menceritakan kisah anak kelima dari enam putra-putrinya tersebut. Sembari menyulut sebatang rokok, Galung kembali menuturkan, kelompok bersenjata yang menyandera putranya tersebut, secara tiba-tiba mendatangi barak. Di tempat itulah putranya serta 13 orang pekerja bangunan lainnya menginap. Kelompok itu datang dengan menenteng senjata dan melakukan perusakan terhadap barak yang ditempati para pekerja yang keseluruhannya berasal dari Medan dan Deli Serdang.
“Memang katanya, orang-orang bersenjata itu mencari orang Jawa. Entahlah, kenapa orang itu benci sama orang Jawa ya?” keluhnya.

Dari sekelumit perbincangan itu, Minggu (15/1), Sumut Pos menyambangi kediaman Galung. Terlihat Galung mengenakan kemeja putih, dan celana panjang warna krem serta mengenakan sebuah topi Lelaki itu duduk di sebuah kursi plastik di halaman depan rumahnya, tepatnya di bawah sebuah Pohon Seri. Rumah itu terlihat rentah, terbuat dari kayu yang sudah tua.

Halaman rumah yang ditempati Galung, istrinya serta kelima putra-putrinya (anak keduanya tinggal di luar kota) masih tanah. Istrinya sebut saja, Har (57), terlihat tengah menggendong salah seorang cucunya yang tertidur lelap. Sedangkan cucu-cucu Galung dan Har lainnya, tengah asyik bermain di seputaran halaman.

Anak ketiga pasangan Galung dan Har yakni, sebut saja Dan, serta salah seorang menantunya sebut saja Jul, juga tengah duduk-duduk bersama di bawah Pohon Seri di sebuah bangku kayu.

Sayang, Galung tidak memiliki waktu panjang menemani Sumut Pos. Dia harus kembali bekerja. Beruntung, Har, bsai menjadi pecerita yang baik. Dia menuturkan, Ak baru pulang ke rumah mereka lagi pada tanggal 9 Januari 2012 lalu, sekira pukul 20.00 WIB. Ak beserta tiga rekannya menggunakan sebuah mobil rental yang konon merupakan bantuan dari seorang aparat TNI asal Jawa Timur. “Tak bawa apa-apa dia (Ak), gaji pun tidak. Tidak usah bawa gaji, yang penting dia bisa kembali ke rumah sudah syukur Alhamdullillah daripada disandera kelompok bersenjata di Aceh,” ceritanya.

Karena tidak membawa gaji, saat Ak tiba di kediaman mereka, Ak meminta uang untuk membayar ongkos mobil yang mereka tumpangi dari Tapaktuan. “Jadi kami harus jual ayam untuk bayar ongkos mobil itu. Ongkosnya satu orang Rp150 ribu. Sedangkan ketiga teman Ak diantarkan ke rumah mereka masing-masing dengan ongkos yang sama. Untunglah, ada bapak tentara itu yang menolong dan sempat diberi makan di rumahnya di Aceh sana. Anak saya bilang, memang tidak merokok waktu diberi makan di rumah bapak tentara itu. Tapi, nggak apa-apa yang penting sudah selamat,” urai Har.
Tidak itu saja, Har menuturkan kalau perjuangan Ak dan kawan-kawan cukup keras. “Ak dan teman-temannya tidak makan selama tiga hari waktu disekap di hutan. Dari hutan ke Tapaktuan itu, Ak dan teman-temannya jalan kaki. Awalnya mereka 14 orang, saat sudah dibebaskan dari penyenderaan itu, mereka pisah. Ak dengan tiga kawannya dan yang 10 orang lainnya masing-masing,” urainya.

Jul istri Ak, yang saat itu memegangi putri keduanya Andini (1) berulang-ulang mengucapkan syukur. “Syukur bisa selamat Bang. Waktu pulang itu, Bang Ak untung masih bawa pakaian. Karena waktu kelompok-kelompok bersenjata itu mengobrak-abrik barak mereka, Ak langsung menyelamatkan pakaiannya. Syukurnya pun handphone Bang Ak masih ada. Kalau yang lain, semua Hpnya diambil sama kelompok bersenjata itu,” papar ibu dari Amelia (4) dan Andini (1).

Ak sendiri, masih sempat menghubungi pihak keluarga melalui ponselnya, pada tanggal 2 Januari 2012, sekitar pukul 20.00 WIB. “Tapi setelah tanggal 2 itu, tidak ada kontak lagi,” katanya.

Lalu, kemana Ak? Jul sang istri sedikit tersenyum. Ak sudah tidak di rumah lagi karena pergi merantau ke Labuhan batu Selatan. Akhirnya, Sumut Pos meminta nomor ponsel Ak yang bisa dihubungi.

Saat Ak dikonfirmasi, Ak membenarkan hal itu. Mereka disekap oleh puluhan orang yang membawa senjata. “Wah, orangnya banyak gitu dan bawa senjata. Mana berani kami melawan. Tapi kalau misalnya cuma tiga orang, kami nggak takut. Pasti kami lawan. Kawanku saja, ada yang dipukul pakai pistol. Kami nggak berani melihat, saat kawanku itu dihajar salah seorang kelompok bersenjata itu. Setelah itu, kami dibawa dengan berjalan kaki ke hutan. Nggak tahu entah dimana,” akunya.

Ak juga membenarkan, dia dan ke-14 temannya tidak diberi makan selama tiga hari. “Nggak makan kami selama disekap itu,” katanya.
Bagaimana mereka bisa lolos? Ak menuturkan, pihak kelompok bersenjata meminta tebusan kepada pemborong yang membawa Ak dan teman-temannya ke Meulaboh.

“Kami membuat rumah milik adm PTPN. Pemborongnya etnis Tionghoa. Kelompok bersenjata itu, minta tebusan. Nggak tahu berapa. Setelah itu lah kami dilepaskan dari hutan. Kami belum nyampe ke Kota Meulabohnya. Kami di  Kampung Nelayan. Sudah masuk wilayah Meulaboh memang,” cerita pria kelahiran 17 Mei 2985 tersebut.

Sayang, belum sempat berbincang panjang, hubungan harus terputus karena ponsel Ak kehabisan daya. “Lowbat batere Hpku,” katanya. Tak berapa lama terdengar suara tut, tut, tut…. (*)

Dewan: Ada yang Tidak Dapat Jatah

Tentang Diskotek di Rutan Tanjung Gusta Medan

MEDAN-Keberadaan diskotek di Rumah Tahanan (Rutan) Tanjung Gusta mengundang komentar tak sedap. Bahkan, fungsi Rutan sebagai tempat pembinaan mulai dipertanyakan.

“Hah, memang seperti itu? Aduh, gawat kali sudah. Harusnya Rutan atau Lapas itu, jadi tempat pembinaan, tapi malah seperti itu. Ini karena kuat adanya permainan antara petugas Rutan atau Lapas dengan para tahanan itu,” cetus Anggota Komisi A DPRD Sumut Syamsul Hilal kepada Sumut Pos, Minggu (15/1).

Keberadaan diskotek diketahui setelah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sumut melakukan penggeledahan pada Jumat (13/1) malam lalu. Saat itu, ditemukan alat hisap sabu-sabu dan kamar-kamar yang disinyalir, telah sudah disulap menjadi tempat hiburan ala dunia malam layaknya bar, pub ataupun tempat karaoke di Rutan Tanjung Gusta.

Meski begitu, Syamsul Hilal, tidak sekadar menyalahkan para tahanan. Politisi gaek asal Fraksi PDI P Sumut ini menyatakan dengan tegas, ada kemungkinan orang atau oknum yang membocorkan hal itu adalah orang-orang yang tidak mendapat ‘jatah’. “Birokrat kita ini korup, pejabat korup, semuanya korup.

Ya, bisa jadi ada orang yang membocorkan sehingga dilakukan razia itu. Orang itu kemungkinan besar adalah orang yang tidak dapat jatah. Atau malah pimpinan-pimpinan perwakilan Kemenkumham di Sumut itu sendiri tidak dapat jatah, jadinya dilakukan penggeledahan,” tegasnya. Apakah ada sinyalemen keterlibatan dari pihak Kemenkumham Sumut, dalam peredaran narkoba, penyediaan kamar-kamar yang dijadikan tempat hiburan dan sebagainya?

Mengenai hal itu, Syamsul Hilal menyatakan, tidak tertutup kemungkinan ke arah sana. Karena pola koruptif yang berkembang dan menjadi tren adalah setoran harus sampai ke pimpinan. “Saya bilang tadi, tidak mungkin petugas tidak tahu, pimpinan Rutan, Lapas atau pihak Kemenkumham Sumut tidak tahu. Dugaannya salah satu pihak itu, ada yang tidak dapat jatah. Jadi dibocorkan,” terangnya.

Apa sanksi yang harus diberikan, agar masalah ini tidak terulang? Menurutnya, tidak lain dan tidak bukan adalah sanksi pemecatan yang kemudian juga dikenakan sanksi pidana. “Dipecatlah. Proses hukumnya juga harus berjalan,” imbuhnya.

Sedangkan itu, pengamat hukum asal Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Farid Wajdi menilai, apa yang terjadi di Rutan dan Lapas Tanjung Gusta itu, merupakan isu seksi yang sebaiknya dijadikan bahan masukkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Pria yang juga Dekan Fakultas Hukum (FH) UMSU ini menyatakan, faktor yang membuat hal-hal seperti itu terjadi, pada prinsipnya dikarenakan adanya disorientasi pengelolaan Lapas dan Tanjung Gusta. “Disorientasinya, terlihat lebih dominannya uang dalam proses pengelolaan Lapas dan Rutan. Jadi, Lapas atau Rutan tidak lagi menjadi tempat yang ditakuti, melainkan menjadi tempat yang disenangi. Harusnya Lapas atau Rutan menjadi tempat rehabilitasi sosial dan rekonstruksi mental, saat ini telah berubah menjadi tempat yang sangat mudah digunakan untuk melakukan tindak kriminal lainnya atau disebut sekolah kejahatan,” ulasnya.

Lanjutnya, dari semua itu, orang-orang yang ada didalamnya saat ini sudah tidak lagi merasa dikucilkan, dan malah merasa lebih aman untuk melakukan tindak kejahatan.

“Rutan atau Lapas sekarang sudah menjadi kerajaan di dalam negara. Salah satu buktinya, pihak kepolisian saja sulit masuk ke sana,” pungkasnya. (ari)

Dewan: Ada yang Tidak Dapat Jatah

Tentang Diskotek di Rutan Tanjung Gusta Medan

MEDAN-Keberadaan diskotek di Rumah Tahanan (Rutan) Tanjung Gusta mengundang komentar tak sedap. Bahkan, fungsi Rutan sebagai tempat pembinaan mulai dipertanyakan.

“Hah, memang seperti itu? Aduh, gawat kali sudah. Harusnya Rutan atau Lapas itu, jadi tempat pembinaan, tapi malah seperti itu. Ini karena kuat adanya permainan antara petugas Rutan atau Lapas dengan para tahanan itu,” cetus Anggota Komisi A DPRD Sumut Syamsul Hilal kepada Sumut Pos, Minggu (15/1).

Keberadaan diskotek diketahui setelah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sumut melakukan penggeledahan pada Jumat (13/1) malam lalu. Saat itu, ditemukan alat hisap sabu-sabu dan kamar-kamar yang disinyalir, telah sudah disulap menjadi tempat hiburan ala dunia malam layaknya bar, pub ataupun tempat karaoke di Rutan Tanjung Gusta.

Meski begitu, Syamsul Hilal, tidak sekadar menyalahkan para tahanan. Politisi gaek asal Fraksi PDI P Sumut ini menyatakan dengan tegas, ada kemungkinan orang atau oknum yang membocorkan hal itu adalah orang-orang yang tidak mendapat ‘jatah’. “Birokrat kita ini korup, pejabat korup, semuanya korup. Ya, bisa jadi ada orang yang membocorkan sehingga dilakukan razia itu. Orang itu kemungkinan besar adalah orang yang tidak dapat jatah. Atau malah pimpinan-pimpinan perwakilan Kemenkumham di Sumut itu sendiri tidak dapat jatah, jadinya dilakukan penggeledahan,” tegasnya. Apakah ada sinyalemen keterlibatan dari pihak Kemenkumham Sumut, dalam peredaran narkoba, penyediaan kamar-kamar yang dijadikan tempat hiburan dan sebagainya?

Mengenai hal itu, Syamsul Hilal menyatakan, tidak tertutup kemungkinan ke arah sana. Karena pola koruptif yang berkembang dan menjadi tren adalah setoran harus sampai ke pimpinan. “Saya bilang tadi, tidak mungkin petugas tidak tahu, pimpinan Rutan, Lapas atau pihak Kemenkumham Sumut tidak tahu. Dugaannya salah satu pihak itu, ada yang tidak dapat jatah. Jadi dibocorkan,” terangnya.

Apa sanksi yang harus diberikan, agar masalah ini tidak terulang? Menurutnya, tidak lain dan tidak bukan adalah sanksi pemecatan yang kemudian juga dikenakan sanksi pidana. “Dipecatlah. Proses hukumnya juga harus berjalan,” imbuhnya.

Sedangkan itu, pengamat hukum asal Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Farid Wajdi menilai, apa yang terjadi di Rutan dan Lapas Tanjung Gusta itu, merupakan isu seksi yang sebaiknya dijadikan bahan masukkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Pria yang juga Dekan Fakultas Hukum (FH) UMSU ini menyatakan, faktor yang membuat hal-hal seperti itu terjadi, pada prinsipnya dikarenakan adanya disorientasi pengelolaan Lapas dan Tanjung Gusta. “Disorientasinya, terlihat lebih dominannya uang dalam proses pengelolaan Lapas dan Rutan. Jadi, Lapas atau Rutan tidak lagi menjadi tempat yang ditakuti, melainkan menjadi tempat yang disenangi. Harusnya Lapas atau Rutan menjadi tempat rehabilitasi sosial dan rekonstruksi mental, saat ini telah berubah menjadi tempat yang sangat mudah digunakan untuk melakukan tindak kriminal lainnya atau disebut sekolah kejahatan,” ulasnya.

Lanjutnya, dari semua itu, orang-orang yang ada didalamnya saat ini sudah tidak lagi merasa dikucilkan, dan malah merasa lebih aman untuk melakukan tindak kejahatan.

“Rutan atau Lapas sekarang sudah menjadi kerajaan di dalam negara. Salah satu buktinya, pihak kepolisian saja sulit masuk ke sana,” pungkasnya. (ari)

Mahasiswa Malaysia Tewas di Sibolangit

SIBOLANGIT-Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Universitas Sumatera Utara (USU) warga negara Malaysia, Sethu Bathi Rao (20), tewas di Air Terjun Dua Warna Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Minggu (15/1) sekitar pukul 12.30 WIB.

Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lapangan, korban meninggal  dengan posisi terjepit di antara batu, di bawah air terjun yang terletak di kaki Gunung Sibayak itu.

Menurut Koordinator Posko Pencaharian asal SOBT (Sibolangit Outbond Trainer), Hendi Maratua Sagala, peristiwa naas kemarin diketahui, setelah seorang pengunjung lainnya melaporkan kejadian kePosko Ranger  Pintu Rimba, Bumi Perkemahan Sibolangit.

Tidak lama berselang, 26 orang anggota Ranger,  melakukan penyusuran ke lokasi. Menempuh perjalanan  sekitar 2-3 jam, tim awal ini berhasil berjumpa dengan rombongan korban di air terjun yang berada di ketinggian 1.500 dpl.

Tidak lama berselang, Tim Penyelamat dan Kantor SAR Medan langsung menggelar proses evakuasi. Tetapi, angin kencang memperngaruhi kondisi air sekaligus mempersulit evakuasi. Tekanan air dari dalam, khusunya arah hulu air terjun,  merupakan faktor utama penghambat penyelaman telaga seluas 1.000 meter persegi itu.

Sekitar pukul 15.00 WIB, setelah angin mereda,  jasad pria asal Malaysia itu dapat di bawa ke darat. Usai magrib, jasad korban tiba di Pintu Rimba Sibalongit dan dimasukkan ke mobil ambulans untuk dibawa ke RSUP H Adam Malik Medan.

Keterangan tambahan  yang diperoleh dari Tim Pencari, Hendi Maratua Sagala dan Ipul, Sethu dan 10 orang lainnya asal FKG USU yang kesemuanya warga Negara Malaysia, berangkat menuju Telaga Dua Warna sekitar pukul 09.00 WIB, Minggu ( 15/1).  “Setelah mendaftar ke Posko Ranger, mereka naik dengan dipandu 20 orang anggota Pemandu Wisata yang ditunjuk,” kata Hendi.

Setelah lelah berjalan kaki, di antara hutan kaki Gunung Sibayak, rombongan sampai di Telaga Air Terjun Dua Warna. Panorama alam dari Air Terjun, setinggi 70 m itu, membuat wisatawan ini  berhasrat, langsung mandi. Kabar yang diperoleh dari saksi mata, Sethu yang melihat temannya dalam keadaan bahaya, mencoba melakukan pertolongan.

Tetapi malang tidak dapat ditolak, usaha menolong teman yang diduga kuat tidak dapat berenang itu, ternyata membuat Sethu, masuk semakin dalam ke dasar telaga. Hingga, kaki korban terjepit di antara batu batu air yang berada di dasar telaga yang ditaksir sedalam 2,5 meter.

Sementara kondisi Sethu  yang berada di ujung maut, teman yang sebelumnya hendak ditolong berhasil selamat dari maut. Sethu tercatat menjadi korban pertama, wisatawan yang meninggal di Telaga Air Terjun Dua Warna. Namun demikian, informasi latar belakang tewasnya Sethu masih akan ditelusuri, pihak Kantor SAR Medan dan Tim Ranger Sibolangit .

“Apakah peristiwa naas kemarin ada hubungannya dengan human error atau hal lain, baru akan kita temukan setelah evaluasi beberapa hari ke depan. Kita tidak mau membuat kesimpulan secara premature, tadinya kami hanya fokus pada proses evakuasi korban,”  kata Hendi.

Menurut keterangan Kapolsek Pancur Batu Kompol Ruruh Wicaksono Sik SH MH, dari hasil keterangan 10 rekan-rekan korban yang dimintai keterangan, korban dkk memang sedang berlibur. “Saat dilakukan olah tempat kejadian perkara dan kondisi tubuh korban tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan,” ujar Ruruh.

Ruruh juga mengatakan, pihaknya telah berkordinasi dengan konjen Malaysia. “Korban berwarga negara Malaysia, untuk itu kita telah berkordinasi dengan pihak konjen Malaysia,” ujar Ruruh. (wan/mag-5)

Wanita Hamil Tewas Telanjang di Kebun Tebu

Diduga Bernama Sri yang Mengandung saat Suami di Kalimantan

BINJAI-Heboh melanda warga Kampung Lama, Tanjung Anom, Tandem Hilir I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang. Pasalnya, sesosok mayat wanita hamil ditemukan di lahan perkebunan tebu milik PTPN II Tanjung Morawa, Tandem Hilir, Minggu (15/1) sore sekira pukul 15.00 Wib. Mayat ditemukan dalam kondisi telanjang dan telah dipenuhi belatung.

Keterangan dihimpun Sumut Pos, jasad wanita muda yang diperkirakan berumur 35 tahun itu diduga bernama Sri, warga Kota Datar, Dusun 10, Kecamatan Hamparan Perak, Deliserdang.

Mayat korban pertama kali ditemukan seorang bocah penggembala kambing. “Kami lagi menggembala kambing, Bang. Tiba-tiba tercium bau bangkai. Setelah kami dekati, rupanya mayat. Kami pun langsung lari,” kata Sari (14), seorang penggembala.

Kabar penemuan mayat tersebut langsung menyebar hingga ratusan masyrakat berbondong-bondong mendatangi TKP (tempat kejadian perkara).
Aparat Polsek Binjai bersama Polres Binjai langsung turun ke lokasi untuk melakukan identifikasi dan olah TKP. Selanjutnya petugas membawa jasad korban dengan menggunakan ambulans ke rumah sakit Pirngadi Medan.

Setelah jasad dibawa ke RSUP Medan, Polsek Binjai didatangi tiga wanita, yang menduga sosok mayat tersebut adalah anggota keluarga mereka. Ketiga wanita itu masing-masing Yatmi (36), Jamila (46), serta Pina (15). Pina adalah putri Sri.

“Pak Polisi, itu (korban, Red) mungkin adikku bernama Sri, yang pergi meninggalkan rumah habis lebaran kemarin. Ciri-cirinya mirip. Tapi kami berharap bukan dia. Adikku itu pergi karena hamil lagi, sementara suaminya sedang berada di Kalimantan,” kata Jamila, sambil menangis.

Pina sendiri masih ragu apakah wanita yang ditemukan tewas itu adalah ibunya. “Saya enggak berani lihat, Pak. Tapi mungkin saja itu mamak,” ucap Pina, sambil menangis sesenggukan.

Aparat Sat Reskrim Polres Binjai masih berupaya memastikan identitas korban, karena pihak keluarga tidak berani melihat langsung jasadnya.
KBO Sat Reskrim Polres Binjai, Ipda S Harahap ketika dikonfirmasi Sumut Pos di TKP, mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas keterangan warga yang mengaku keluarga korban. “Dugaan sementara, korban tewas dibunuh karena hamil,” ucap Harahap. (dan)

Pelajar SMP Cabuli Murid Kelas 2 SD

Dipukuli Warga, Ngadu ke Polisi

MEDAN-Seorang pelajar kelas dua SMP, berinisial RS (15), dituduh mencabuli tetangganya, seorang murid kelas 2 SD, sebut saja namanya Bunga, Jumat (13/1) sekira pukul 11.00 Wib. Kejadian berlangsung di rumah orangtua RS, di Jalan Benteng Hilir, Bandar Klippa, Deliserdang. Buntutnya, RS dipukuli warga. Kasusnya bergulir ke polisi.

Kejadian bermula pada Jumat siang. Saat itu Bunga mendatangi rumah sekaligus warung orangtua RS, yang jaraknya berkisar 20 meter dari rumah orangtua Bunga.

Niat gadis cilik berusia 8 tahun itu, untuk menjumpai adik perempuan RS, yang kebetulan satu sekolah dengannya. Tujuannya, hendak menanyakan jam berapa mereka masuk sekolah. Saat itu, kedua orangtua RS tidak berada di rumah.

Menurut cerita Bunga kepada ibunya, ia telah dicabuli RS yang selama ini dipanggilnya abang. “Ini awak dijolok-joloknya, Mak,” kata Bunga, sambil menunjukkan kemaluannya kepada sang bunda.

Mendengar hal tersebut, kontan sang bunda berang. Ia pun menceritakan kejadian itu kepada para tetangga. “Di tempat kami itu rata-rata masih famili. Orangtua RS dengan kami juga masih ada hubungan famili, tapi famili jauh,” tutur ibu Bunga di kantor polisi.

Bersama sejumlah tetangga, ia pun mencari RS ke rumahnya. Setelah menemukan RS, sejumlah tetangga memukul remaja tersebut. Ayah RS ikut memukul anaknya, setelah mendengar anaknya mencabuli Bunga. Ibu Bunga mengaku, dirinya tidak ikut memukul RS.

Keesokan harinya, Sabtu sekira pukul 21.00 WIB, RS ditemani orangtuanya mengadukan kasus pemukulan itu ke Mapolsek Percut Sei Tuan.
Satu jam kemudian, Bunga dan kedua orangtuanya balik mengadukan kasus percabulan itu ke Polsek yang sama. Ia membawa hasil pemeriksaan Bunga dari sebuah klinik, yang menyatakan pada bagian kemaluan Bunga ada yang rusak. “Saya tak menyangka, anak saya yang dirusak, malah kami yang diadukan memukuli RS. Tapi biarlah hukum yang menentukan siapa yang salah,” tutur ibu Bunga, sedih.

Terpisah, kedua orangtua RS, Rubina dan Sabran yang membuat laporan pemukulan ke polisi, meyakini anaknya tidak berbuat cabul kepada Bunga.
“Kami tidak yakin anak saya berbuat seperti itu. Dia (RS) mengaku hanya memegang tangannya (Bunga), waktu mau jajan ke warung saya,” kata Sabrina.
Tak terima anaknya dipukuli, mereka pun memilih mengadu ke polisi.

“Anak saya mengaku dipukuli 6 orang. Selain dipukuli, badan anakku juga ditembaki dengan pintol mainan,” kata Sabina.
Pantauan Sumut Pos di Mapolsek Percut Sei Tuan, RS tidak diperbolehkan pulang dan ia terpaksa tidur di ruang penyidik, ditemani ayahnya.
Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Maringan Simanjuntak yang dikonfirmasi melalui Kanit Reskrim AKP Faidir Chan, membenarkan pengaduan keduanya. “Kedua belah pihak sudah sepakat berdamai,” katanya. (gus)

Korban Dipukuli, Motor Dibawa Kabur

PERCUT SEITUAN-Aksi brutal geng motor kembali mengambil korban. Kali ini, mereka menyerang dan memukuli seorang mahasiswa Budi Darma, Bahagia (23), hingga korban pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit Haji. Selain dipukuli, sepeda motor Honda Revo warna putih milik korban juga dibawa kabur anggota geng.

Penyerangan itu berlangsung di atas jembatan tol di Jalan Haji Anif, Desa Sampali, Percut Sei Tuan, Sabtu (15/1) tengah malam. Atas kejadian ini, teman-teman korban membuat laporan ke Mapolsek Percut Sei Tuan.

Keterangan dari Saifuddin, malam itu dirinya bersama sejumlah temannya asal Aceh, yang kuliah di Kampus Budi Darma, yakni Bahagia (korban), Amri, dan Sahali, berkeliling Kota Medan naik sepeda motor. Akhirnya, mereka tiba di atas jembatan tol Jalan Haji Anif, dan beristirahat menikmati angin malam .

Berselang 10 menit, tiba-tiba muncul segerombolan pengendara sepeda motor yang membawa linggis, kelewang, dan batang bambu. Geng motor itu langsung menghampiri Saifuddin Cs dan langsung memukuli para mahasiswa tersebut.

Naas dialami Bahagia. Dia dipukul hingga tak sadarkan diri saat hendak melarikan diri. Setelah geng motor itu kabur membawa motor korban, teman-temannya kembali ke lokasi dan membawa korban ke rumah sakit. Selanjutnya, membuat pengaduan ke Mapolsek Percut Sei Tuan.

Informasi diperoleh wartawan, malam itu juga ada 2 aksi perampokan sepeda motor yang diduga dilakukan geng motor. Selain Bahagia, korban lainnya adalah seorang warga Dusun II Desa Sei Rotan Percut Sei Tuan. Sepeda motor Mio warna hijau miliknya dilarikan geng motor, saat korban berhenti di depan Toko Baja Utama di Dusun I Sei Rotan.

Terpisah, di daerah Sukaramai pada dinihari yang sama sekira pukul 4, sepeda motor Honda Beat BK 4502 ACG , yang dikendarai seorang warga yang melintas, juga dicuri anggota geng motor.

Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan, AKP Faidir Chan mengatakan, malam itu pihaknya sudah melakukan razia rutin di wilayah hukumnya. “Kita minta kepada seluruh masyarakat, setiap kali ada geng motor yang berakli ugal-ugalan, agar segera melapor ke pihak kepolisian terdekat,” katanya. (gus/smg)