25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14098

Tokoh Agama Jangan Hanya Sentuh Masalah Rohani

PEMBERITAAN kabar baik seharusnya tidak terbatas kepada masalah kerohanian saja, namun juga harus menyentuh masalah kesejahteraan jasmani juga, hal tersebut disampaikan oleh Pdt. Robert Litelnoni, Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Nusa Tenggara Timur saat menyoal masalah investigasi tambang mangan.

“Tetapi, terkait tambang mangan yang menyisakan banyak masalah sering diabaikan lembaga agama. Padahal, tambang mangan telah menyisakan berbagai problem kemanusiaan,” demikian pernyataan Litenoni yang dikutip oleh Kompas.com.

Menurutnya, saat ini banyak tokoh agama tidak memahami kondisi pertambangan mangan yang ada di NTT saat ini sehingga tidak melakukan tindakan advokasi dan berjuang untuk menyelematkan lingkungan hidup dan hak asasi manusia penduduk NTT. Masalah ini dikemukakan oleh Litelnono dalam seminar yang diselenggarakan oleh Jaringan Tokoh Agama NTT yang bekerja sama dengan Institute for The Social Economic and Culture Jakarta. Dalam seminar tersebut juga ditayangkan video kegiatan penggalian batu mangan di Desa Nian dan Desa Ponu, Kabupaten Timor Tengah Utara serta sejumlah desa lainnya di Kabupaten Belu.

Dari video tersebut terlihat jelas rusaknya alam disana yang mengakibatkan ancaman bencana longsor, selain itu para penambang juga tidak memperhatikan aspek keselamatan diri, padahal mereka melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi.

Adanya seminar seperti ini bertujuan agar gereja dan juga para tokoh agama mendapatkan informasi yang lebih lengkap akan kondisi masyarakat dimana mereka berada sehingga dapat menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dialami masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Pdt.Litelnoni, gereja dan para tokoh agama seharusnya dapat menjadi jawaban bagi umat dan masyarakat secara menyeluruh.(kcm)

Sempat Mau Pensiun Dini

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia Sempat Mau Pensiun Dini Pemain Indonesia yang merumput di Malaysia sudah bukan hal asing. Tetapi, kalau pemain Malaysia mengais rezeki di sini, itu baru mengejutkan. Hanya Safee Sali yang melakukannya.

AKHIR 2010, Safee Sali sempat menjadi perbincangan hangat di sejumlah media masa. Tidak hanya media di negerinya, Malaysia, media Indonesia pun tak luput memberitakan sepak terjang pemain bertubuh gempal tersebut.

Itu terjadi setelah dia berhasil mengu kuhkan diri sebagai pencetak gol terbanyak, lima gol, pada Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF).

Kontribusinya membuat Malaysia menjadi juara dengan mem permalukan Indonesia di laga final.

”Itu sebuah keistimewaan bagi saya. Selain menjadi pencetak gol terbanyak, negara kami berhasil membawa pulang trofi juara,” jelas Safee saat ditemui di sebuah hotel di Surabaya setelah membela Pelita Jaya melawan tuan rumah Deltras di pentas Indonesia Super League (ISL) 19 Desember lalu.

Anak kedelapan di antara 12 bersaudara itu mengungkapkan, keberhasilannya diraih berkat perjuangan keras sejak kecil. Safee memang menggandrungi olahraga kulit bundar sejak duduk di bangku sekolah kebangsaan atau setara dengan sekolah dasar (SD) di Indonesia.

Pemain kelahiran Kajang, Selangor, yang dibesarkan di Tapah, Perak, itu bermain bola sejak berusia delapan tahun. ”Saya dan adik (Mohd. Norli, Red) selalu bermain bola tanpa mengenal waktu. Kadang, meski sudah masuk rumah, kami masih bermain bola,’’ kenang nya.

Namun, lanjut Safee, olahraga yang pertama dia gandrungi bukan sepak bola, melainkan atletik. Nomor jarak pendek adalah spesialisasinya.

Tidak sekadar hobi, Safee juga mampu mengukir banyak prestasi dari sana. ’’Saya masih simpan koleksi medalinya, cukup banyak di rumah saya,” ucapnya.

Safee mulai serius di sepak bola saat berusia 12 tahun.

Ini terjadi setelah dia setiap sore melihat lapangan yang tak jauh dari rumahnya ramai dengan pertandingan sepak bola.

”Menarik. Sebab, ternyata lebih banyak yang menonton sepak bola daripada atletik. Dari situ saya tertarik belajar sepak bola,” lanjut Safee tentang alasannya me ninggalkan atletik dan mendalami sepak bola.

Nah, dengan modal berlari cepat tersebut, Safee mon cer di sepak bola. Bahkan, dalam setiap kejuaraan antarsekolah, Safee tidak lagi mewakili sekolahnya di cabang atletik, tetapi sepak bola.

Bahkan, di usianya yang sangat muda, Safee sudah dipercaya sebagai pemain inti Negeri Perak dalam kejuaraan nasional sepak bola anak di Malaysia.

Karirnya di lapangan hijau pun terus menanjak.

Memasuki usianya yang ke-15, Safee kembali mendapat kepercayaan yang lebih tinggi. Yakni, memperkuat timnas Malaysia U-15 dalam salah satu kejuaraan di kawasan Asia Tenggara yang disponsori oleh salah satu produk alat olahraga terkenal. ’’Kami waktu itu tidak juara, tetapi berhasil menjadi finalis,’’ kata suami Sabarina Binti Yusuf tersebut.

Dari situ, Safee yakin bakat olahraganya adalah sepak bola. Dengan latihan keras secara otodidak di rumah, Safee tumbuh menjadi pemain tangguh di tengah lapangan.

Kendati demikian, dia pernah mengalami masa sulit dalam meniti karir. Pengelaman pahit itu terjadi pada 2000. Saat itu, tanpa alasan jelas, Safee diberhentikan dari akademi sepak bola paling terkenal di negeri jiran. Safee berusaha mempertanyakan pe mecatannya kepada pihak pelatih dan manajemen.

Namun, jawaban yang mereka berikan tidak memuaskan. Bahkan, anak pasangan Mohd. Sali bin Mi’an dan Maripah binti Hussain tersebut disuruh angkat koper dari mes akademi secepatnya.

Peristiwa kelam itu membuat semangat Safee untuk bermain bola merosot. Dia memutuskan pensiun dini dari olahraga yang paling disukai sejagat tersebut.

Untung, Safee memiliki keluarga yang terus memberikan semangat.

Ini membuat dia bangkit kem bali.

’’Ayah dan saudara saya mendorong saya untuk tetap latihan. Seperti mendapat hidayah, saya mulai menemukan kembali jati diri sebagai pemain bola,’’ ucap Safee.

Dengan tekad kuat, Safee mulai melakukan pembuktian. Perlahan tetapi pasti, setahun kemudian, Safee bergabung dengan klub professional, Kuala Lumpur FA, salah satu tim professional peserta Malaysia Super League. Saat itu Safee masih bergabung dengan tim U-19.

Jenjang karirnya di kelompok umur berlanjut di timnas U-21. Setelah itu, dia dipercaya mengenakan kostum timnas senior Malaysia.

Untuk mengasah kemampuannya mengolah bola, Safee tidak hanya berlatih di dalam negeri. Dia juga meluangkan waktunya berlalang buana ke Eropa untuk menimbah ilmu. Beberapa waktu lalu, dia merasakan atmosfer latihan di klub level II di Liga Inggris (Championship Division) Cardiff City. (sidik maulana tualeka/c8/diq)

—-

Ingin Jajal Kompetisi Belgia

PIKIRAN Safee Sali saat ini sedang kalut. Itu seiring dengan konflik sepak bola Indonesia yang tak berujung.

Dengan gonjang-ganjing yang ada, seluruh pemain timnas yang berlaga di Indonesia Super League (ISL) musim 2011-2012 akan mendapat sanksi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional). Sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi pemain Indonesia, tetapi juga pemain timnas negara lain.

Safee Sali, salah satunya. Tak mau mengambil risiko dengan kontroversi sepak bola Indonesia, Safee berusaha mengambil jalan aman. ’’Sebab, pelatih dan pengurus sepak bola nasional di Malaysia juga risau dengan kontroversi ini. Mereka berkali-kali menghubungi saya untuk segera mengambil sikap,’’ ucap ayah Nur Syaza Syaqina, 4, dan Nur Syasya Sofirna, 2, itu.

Safee tidak segan meninggalkan Pelita Jaya, tim yang dibelanya sejak awal 2011. Menurut dia, timnas Malaysia jauh lebih penting daripada membela Pelita Jaya yang berada di kompetisi ilegal versi PSSI.

’’Saya tinggal menunggu keputusan resmi dari PSSI dan FIFA soal sepak bola Indonesia. Kalau memang ISL ini positif ilegal, saya siap keluar,’’ tegasnya.

Lantas, tim mana yang akan menjadi tujuan? ’’Saya belum memikirkannya. Mungkin saya akan kembali ke Malaysia sebelum memberikan keputusan,’’ tuturnya.

Namun, bila diberi kesempatan, Safee ingin merumput di Australia. ’’Tetapi, sangat mungkin saya juga bergabung bersama CS Visse Belgia (tim Divisi II Liga Belgia milik keluarga Bakrie),” ucap pria yang sangat mengidolakan David Beckham tersebut.

Batas akhir kontrak Safee dengan Pelita Jaya akan berakhir seiring dengan pergantian tahun. Namun, Safee belum tahu kontrak tersebut akan diperpanjang atau tidak. (dik/c8/diq)

Tak Bawa Keluarga ke Indonesia

KESUKSESAN Safee Sali di lapangan sepak bola menyita banyak pengorbanan. Salah satunya, menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak normal. Safee tinggal di Indonesia karena memperkuat Pelita Jaya dalam Indonesia Super League (ISL). Sang istri, Sabarina binti Yusuf, beserta dua anaknya, Nur Syaza Syaqina (4 tahun), dan Nur Syasya Sofirna (2), tinggal di Malaysia. Berat memang. Tetapi, itu adalah risiko yang harus dijalani seorang profesional seperti Safee.

’’Saya sengaja tidak mengajak keluarga ke Indonesia. Sebab, anakanak saya mulai bersekolah di Malaysia. Jadi, mau tidak mau istri saya harus menjadi pendamping anak-anak saat ini,’’ tutur pemain yang mengantarkan timnas Malaysia juara Piala AFF 2010 itu.

Bagi pemain dengan tinggi badan 171 cm tersebut, awalnya sulit menjalani hubungan seperti itu.

Saat pertama masuk Indonesia pertengahan 2010, Safee terpaksa memboyong semua keluarganya ke Indonesia dan tinggal di sebuah apartemen di Jakarta.

’’Namun, karena rumah kami di Malaysia tidak ditempati, saya dan istri memutuskan berbagi tugas.

Saya tetap bermain bola di Indonesia, sementara istri saya kembali ke Malaysia dengan anakanak.

Untung, meski masih kecil, dua anak saya bisa menerima,’’ ucap pemain yang suka memakai nomor punggung 10 itu.

Meski begitu, setiap ada waktu libur panjang, Safee langsung mengemas pakaiannya dalam sebuah koper.

Dia lantas mencari tiket de ngan tujuan Malaysia. Harapannya, dia bisa mengunjungi anak dan istri.

”Jadi, setiap bulan saya bisa lima kali pulang pergi Malaysia–In donesia,” ungkapnya Nah, bila jadwal kompetisi padat, satu-satunya jalan untuk mengobati rasa rindu kepada keluarga adalah telepon atau saling mengirim pesan singkat. ’’Itu hukumnya wajib. Bahkan, sebelum pertandingan atau setelah pertandingan, saya selalu mengabari mereka,’’ terangnya.

Bisa jadi, telepon atau pesan singkat tersebut membuat Safee selalu tampil garang di lapangan. Aksinya setiap kali membela Pelita Jaya tak pernah mengecewakan.

Penyerang berusia 27 tahun tersebut membuat lini belakang lawan kocar-kacir. Tembakan, tandukan, atau gerakan tanpa bolanya membikin suporter lawan dag-dig-dug. Apalagi, di Pelita Jaya dia mempunyai tandam yang tak kalah lincah, Greg Nwokolo.

Pemain naturalisasi tersebut ikut memudahkan Safee mencari ruang kosong dan menggedor gawang lawan. Saat melawan Persiram Raja Ampat di Stadion Singaperbangsa, Karawang, 7 Desember lalu, Safee mencetak gol pada menit ke-45.

Sayang, saat dijamu Deltras di Gelora Delta, Sidoarjo, pada 19 Desember lalu, dia dikawal ketat. Para pemain belakang The Lobster, julukan Deltras, tak mau penyerang Malaysia ini merajalela. Akibatnya, Pelita Jaya pun harus takluk dua gol tanpa balas. (dik/c8/diq)

Kakek Berasal dari Mojokerto

KEPUTUSAN Safee Sali berkompetisi di Indonesia bisa dibilang pilihan yang tepat. Secara silsilah, Safee masih memiliki darah Indonesia.

Menurut cerita, sang kakek, Mi’an, berasal dari suku Jawa.

’’Safee masih memiliki darah Indonesia. Ayahnya, Sali bin Mi’an pernah bercerita bahwa kakek Safee berasal dari Mojokerto. Jadi, Safee ini bukan orang asing untuk Indonesia, apalagi bagi orang Jawa Timur,’’ ungkap I Made Pasek Wijaya, asisten pelatih Pelita Jaya.

Mendengar pernyataan Pasek tersebut, Safee mengangguk tanda setuju. Sayang, Safee tidak begitu tahu secara detail perjalanan nenek moyangnya hingga bisa menjadi warga negara Malaysia.

’’Ayah saya juga bercerita bahwa keluarga kami memiliki darah Indonesia. Tetapi, saya tidak tahu Indonesia mana. Sebab, itu sudah lama sekali,’’ jelasnya.

Menurut Safee, dirinya sangat ingin menemui sanak keluarganya di Indonesia. Sayang, dia tak mengetahui garis keturunannya dari sang kakek.

Selain itu, Safee punya misi mulia di balik kedatangannya ke Indonesia.

Yakni, memperbaiki hubungan antara Malaysia dan Indonesia yang sering memanas, terutama dalam sengketa perbatasan.

’’Tetapi, herannya, problem seperti itu tidak terselesaikan lewat jalur perundingan dengan maksimal. Bahkan, sebagian besar kasus menguap tanpa solusi. Maka, saya mencoba mengambil jalan lain untuk menemukan solusi strategis lewat sepak bola,’’ ung kapn ya.

Safee optimistis, langkah baiknya akan menuai hasil maksimal.

Sebab, sepak bola di In donesia begitu populer.

Du kungan dan apre siasi dari warganya sangat kuat.

’’Apalagi, saat ini saya dipercaya sebagai duta perdamaian oleh duta besar Malaysia di I n d o n e s i a ,’’ pungkasnya. (dik/ c8/diq)

Indonesian Kart Prix 2012 Diikuti 14 Negara

JAKARTA- Ikatan Motor Indonesia (IMI) akan punya hajatan besar pada penghujung bulan Januari ini.

Mereka akan menyelenggarakan perlombaan Indonesian Kart Prix 2012 yang diikuti pembalap dari 14 negara.

Indonesian Kart Prix 2012 akan dihelat pada 27-29 Januari 2012 mendatang.

Sirkuit Sentul di Bogor, Jawa Barat, dipilih sebagai tempat penyelenggaraan event ini.

“Ini merupakan awal pekerjaan kita dan ini tentu saja tidak terlepas dari pengejawantahan komitmen kita untuk mempersatukan segenap komponen dan tokoh para pegiat otomotif di tanah air, agar kiprah lomba semakin menggeliat lagi,” ungkap Ketua Umum PP IMI, Nanan Soekarna, di Restoran Hangang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sejumlah pembalap ternama nasional dan internasional akan ambil bagian dalam event ini. Mereka antara lain Rio Haryanto, Sean Gelael, Alexandra Asmasoebrata, Zahir Ali, Antonio Giovinazzi (Italia), Sami Luka (Belgia), dan Esteban Ocon (Prancis).

“Sekitar 95 persen pembalap di Formula 1 berasal dari gokart, seperti (Lewis) Hamilton, (Sebastian) Vettel. Rio Haryanto juga mengawali karier dari gokart,” ujar Nanan.

“Oleh karena itu, kita kepengurusan baru IMI bertekad memajukan ini dan mengundang pembalap dari 14 negara,” kata pria yang juga menjabat Wakapolri ini.

Indonesian Kart Prix 2012 memperlombakan kelas KF2, Rotax Junior, Mini Rok, dan Veteran (Legend). Ke depannya event ini diharapkan bisa digelar rutin tiap tahun.

“Kita mengundang berbagai pihak untuk datang ramai-ramai ke Sirkuit Karting Sentul untuk menyaksikan perlombaan itu. Ini untuk berkenalan sesama atlet dan pecinta serta pengusaha otomotif, serta untuk nostalgia. Karena akan ada juga acara balap di kalangan veteran dan legenda,” tutur Nanan, yang juga berencana ikut ambil bagian di kelas legenda.(bbs/ jpnn)

Demi Adik, Gelapkan Motor Pacar

MEDAN-Yudistira (27) alias Yudi, warga Jalan Badik Gang Tengah, Kelurahan Pahlawan berbuat nekad. Ia rela menggadaikan sepeda motor Scoopy milik pacarnya sendiri demi adiknya. Alhasil Yudi ditangkap polisi di Aksara Plaza, Sabtu (14/1) sekira pukul 17.00 Wib.

Menurut Yudi, selama ini ia tinggal bersama neneknya. Sebelum menggadaikan sepeda motor Scoopy milik pacaranya, Heni, sebesar Rp1,5 juta, ia sempat permisi dengan pacarnya itu.

Uang gadaiannya itu diberikan kepada adiknya yang lagi butuh uang untuk sekolah. “ Adikku yang sekolah SMK Negeri Setabat lagi butuh uang, makanya aku gadaikan motor itu”, tutur Yudi di Mapolsekta Percut Seituan.

Yudi tak menyangka ia dilaporkan ke polisi, oleh Heni yang ia kenal di Thamrin Plaza saat lebaran kemarin.

“ Aku nggak yangka bakal begini, padahal aku sudah janji akan mengembalikan uang itu”, ucap Yudi yang ngaku bekerja ikut proyek yang memasarkan sejenis oli ke hotel-hotel.

Kanit Reskrim Polsek Percut Seituan AKP Faidir Chaniago mengakui penangkapan Yudi itu. Menurut mentan Kanit Jahtanras Polresta Medan ini kedua belah pihak kini sedang mengupayakan damai.” Lagian tersangka juga yang memberikan uang DP kepada korban untuk membeli sepeda motor yang digadaikan tersangka itu,” katanya.(gus)

Pilih Margaret Mitchell atau Ayu Utami?

Oleh: Ramadhan Batubara

Setelah banyak yang terpesona dengan novel Gone with the Wind, penggemar Margaret Mitchell seakan kecewa. Bagaimana tidak, jurnalis cantik dari Atlanta Amerika Serikat, itu tak lagi melahirkan karya. Bahkan, hingga dia meninggalkan dunia setelah hidup selama 48 tahun.

BERBICARA tentang Margaret Mitchell maka akan tergambar dua sisi yang berlawanan. Pertama, sebagai novelis dia hebat hingga bisa menghasilkan novel yang luar biasa.

Kedua, sebagai novelis, dia dianggap mandul karena hanya menghasilkan satu karya saja. Bahkan, untuk pemikiran kedua, ada yang menganggap kalau sejatinya Margaret tak mampu menulis novel; Gone with the Wind dianggap kisah nyata yang dialami Margaret – tokoh Scarlett O’Hara tak lain adalah Margaret sendiri.

Soal keluarbiasaan Margaret tidak usah diperbincangkan lagi. Setidaknya, melalui Gone with the wind dia telah meraih Pulitzer pada 1937. Bahkan, novel yang terbit pada 1936 tersebut langsung difilmkan dua tahun kemudian. Ya, pada 1938, kisah ini diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh Clark Gable sebagai Rhett Butler dan Vivien Leigh sebagai Scarlett O’Hara. Film ini mulai diputar di Atlanta, Georgia pada 15 Desember 1939 dengan biaya produksi sekitar US$4 juta, dan hingga kini merupakan film dengan pemasukan terbesar sepanjang sejarah (sesuai perubahan inflasi).

Film ini mendapatkan 13 nominasi Oscar dan memenangkan delapan di antaranya.

Pertanyaannya, kenapa perempuan kelahiran 8 November 1900 itu tidak menghasilkan karya yang lain? Apakah dia sudah tak mampu lagi? Apakah dia sudah merasa puas dengan satu karya saja? Atau, dia ketakutan kalau karya keduanya tidak bisa mengimbangi karya pertama? Apapun jawabannya, pasti memiliki latar belakang sendiri. Yang jelas, dari salah satu literatur yang sempat saya baca, Margaret dikatakan tidak menulis novel lagi karena sibuk membalas surat pembaca alias surat penggemar.

Fiuh.

Saya jadi teringat dengan munculnya Saman karya Ayu Utami pada akhir 1990-an lalu. Novel ini memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Persis dengan Margaret, Ayu adalah seorang jurnalis juga. Dia sempat bekerja di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R.

Lalu, apakah Ayu bisa dianggap mengalahkan Margaret? Ups, jika ada yang mengatakan begitu, bisa mendidih darah penggemar Gone with the Wind. Alasan sederhana amuk para penggemar adalah Saman belum juga difilmkan. Dan, Saman belum juga dianggap sebagai karya terbaik di dunia.

Ingat kata ‘dunia’, bukan Indonesia.

Selain itu, sempat pula keluar rumor kalau Saman tidak murni karya Ayu; dalam proses pembuatannya dia dibantu para pendekar sastra yang ada di Komunitas Utan Kayu tempat Ayu bergiat. Selain itu, Ayu dianggap tidak melakukan observasi serius karena data yang ada dalam Saman tak lain adalah berita-berita yang dimuat di Majalah Tempo. Ayu dikabarkan hanya mengganti latar, seperti pertambangan di Sumatera Selatan yang sejatinya adalah pertambangan di Langkat Sumatera Utara.

Mungkin karena banyak yang menyangsikan keberhasilan Ayu, maka dia menelurkan novel berikutnya. Sebut saja novel Larung pada 2001 dan Bilangan Fu pada 2008. Hasilnya? Hm, seperti ‘ketakutan’ Margaret, dua novel Ayu itu seakan ditelan novel pertamanya.

Apakah ini berarti Margaret tak mau bernasib seperti Ayu (meski masa hidup Margaret jauh lebih dulu) hingga dia tidak menelurkan novel baru? Belum tentu bukan? Bisa saja benar apa yang dikabarkan kalau Margaret terlalu sibuk membalas surat penggemar.

Tapi, bukankah setelah Saman terbit, Ayu juga direpotkan dengan itu? Bahkan, Ayu juga disibukkan dengan seminar dan sebagainya. Hm, bagaimana jika Margaret dianggap tak mampu menulis novel karena Gone with the Wind tak lain adalah kisah hidupnya sendiri? Jawabnya, lalu bagaimana dengan Ayu yang dianggap banyak dibantu? Kehebatan Margaret adalah bagaimana dia bisa bertahan dari rongrongan.

Dia bertahan dengan satu novel saja. Sedangkan, Ayu, tergoda untuk membuktikan diri sebagai penulis andal. Hasilnya, Margaret tetap harum, sementara Ayu tergerus oleh karyanya sendiri. Ayolah, semua orang paham kalau Larung dan Bilangan Fu, tidak sehebat Saman. Dan, semua orang tahu kalau Gone with the Wind tidak punya lawan.

Di sinilah kelebihan seorang Margaret dibanding Ayu. Margaret jauh lebih dewasa menyikapi karyanya. Dia tidak peduli kalimat orang lain, baginya karyalah yang bicara, bukan ego penulis agar dibilang hebat. Hingga, kekuatan Gone with the Wind menjadi kekal. Sementara Ayu, hingga kini masih sibuk mencari Saman lain dalam hidupnya. Ya, sebuah siksaan yang hebat karena sebagian pecinta sastra mafhum seperti apa Saman tercipta.

Lalu pilih mana, menjadi Margaret atau Ayu? (*)

Alkitab Bahasa Gaul Jangkau Anak Muda

DALAM rangka menjangkau anak muda, pekerja sukarelawan pemuda dan Pendeta Daniel de Wolf menterjemahkan Injil dengan bahasa baru yang pas untuk anak jalanan dan diberi judul ‘de torrie van Mattie’. Mattie adalah bahasa gaul untuk teman atau sobat. Bahasa prokem tidaklah mudah karena gabungan kata-kata dari bahasa Inggris, Papiamento, Suriname, Maroko, Turki, dan Belanda. Dalam menterjemahkan, De Wolf dibantu anak muda dari berbagai latar belakang.

“Terjemahan semacam ini sudah ada di Inggris dan dinamakan the Word on the street (Firman di jalan). Ide ini lalu diadopsi di Belanda dan saya diminta untuk melakukannya. Saya pikir ini ide yang baik.” kata De Wolf. Di Inggris, buku ini beberapa kali berhasil memenangkan penghargaan buku (rohani Kristen) dan juga menjadi salah satu buku terlaris di toko buku rohani. Amerika dan Jerman juga memiliki Injil versi jalanan mereka sendiri.

Lantas apakah anak muda berbondong-bondong membaca Injil karena tidak semuanya suka membaca? Karena itu de Wolf juga merekam kisah-kisah Injil dalam versi MP3, yang bebas diunduh di situs yang sudah dia sediakan. Tanggapan yang masuk rata-rata positif, namun reaksi negatif juga dia terima terutama dari orang-orang yang menganggap Alkitab sebagai kitab sakral, yang tidak boleh diutak-atik.

Kalau dibuat dalam bahasa Indonesia, terjemahan bebas Alkitab bahasa gaul kurang lebih akan berbunyi begini, “Maria, cewek yang mungkin waktu itu masih berumur 14 tahun, rencananya mo merit sama Yusuf bin Yakub. Mereka udah sampe tunangan segala. Pada jaman itu, menurut tradisi Yahudi, nge-seks mah kagak boleh sama sekali (sampe sekarang kali yee). Tapi eeh, Marianya, tek dung…” Tentu bahasa gaul yang seperti itu akan membuat anak jalanan lebih suka dan mudah dimengerti oleh mereka. Apalagi Alkitab tersebut lebih menyerupai cerita, sehingga menarik minat pembaca.

Tuhan kita adalah Tuhan yang kreatif, begitu juga dengan ciptaan-Nya. Maka dari itu, bisa jadi ide ini pun Tuhan yang berikan agar dapat menjangkau banyak jiwa.(lh3/jc)

City Buat Martinez Ketakutan

MANCHESTER-Pelatih Wigan Athletic Roberto Martinez menilai skuad Manchester City memiliki lebih banyak berkualitas dibandingkan dengan Barcelona sekalipun.

“Anda harus ingat bahwa dalam sistem seperti apapun anda pasti memiliki pemain-pemain kunci, dan di Manchester City David Silva tampil dengan sangat luar biasa,” ujar Martinez.

“Di Barcelona, pemain kunci mereka tentu saja Lionel Messi dan di Real Madrid anda akan menemukan Cristiano Ronaldo. Tidak banyak pilihan apabila klub-klub tersebut mendapati pemain itu cedera, tetapi tidak dengan City,” ungkapnya.

“Pada sosok Samir Nasri mereka memiliki pemain luar biasa lain yang mampu mengisi peran Silva. Dan jika anda melihat skuad mereka, City memiliki dua atau tiga pemain yang melapisi setiap posisi,” tambahnya.

“Karena itulah saya merasa mereka memiliki posisi yang lebih baik untuk memulai musim ini, bahkan lebih baik dari Barcelona,” tambahnya lagi.

Menanggapi hal tersebut asisten manajer Manchester City David Platt menegaskan klubnya tersebut tidak membeli kesuksesan dengan uang.

Platt merasa berang dengan anggapan dari pelatih Tottenham Harry Redknapp yang menyatakan bahwa City mampu meraih kesuksesan karena mengeluarkan banyak dana.

“Anda tidak akan mendapatkan trofi juara dengan menghabiskan dana, anda mendapatkan trofi dengan memuncaki klasemen. Ketika saya melihat tim ini, saya melihat tim yang berambisi meraih kemenangan dan memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk meraih juara,” tegas Platt. (net/jpnn)

Korban Agresifitas Nuggets

DENVER- Pekan ketiga musim reguler NBA 2011-2012 memberi hasil buruk bagi Miami Heat. Langkah salah satu kandidat kuat juara itu tersendat cukup serius.

Tiga kekalahan beruntun mereka bawa pulang hasil dari away ke kandang tim-tim dari wilayah barat. Heat harus menelan kekalahan ketiga dalam kurun waktu sepekan terakhir saat mengunjungi kandang Denver Nuggets.

Heat menyerah 104-117. Kekalahan tersebut menjadi yang keempat dan membuat mereka kehilangan posisi dua besar di klasemen sementara wilayah timur.

Heat kesulitan menemukan jawaban dari strategi agresif yang diterapkan Nuggets. Terutama di babak kedua, Nuggets tak memberikan kesempatan pada Heat untuk menemukan ritme.

“Instruksi saya di tiap timeout cuma jangan berhenti berlari. Berusaha untuk berlari siapa pun yang menguasai bola. Saya tak tahu kalau lawan tak bermain dengan laju yang sama, tapi cedera (Dwyane) Wade mungkin ikut membantu kami,” ujar pelatih Nuggets George Karl.

Ya, kekalahan tersebut juga masih diiringi kabar buruk pada skuad Heat. Wade mengalami cedera lutut kiri di kuarter keempat.

Saat laga menyisakan 7 menit 24 detik, Wade mendarat sangat buruk dengan engkel kanan saat mencoba melakukan block. Dia berbaring di lapangan cukup lama sebelum kembali ke bangku cadangan dengan terpincang- pincang. Setelah itu, dia tak lagi kembali bermain.

Cedera itu membuat Wade diragukan tampil saat Heat kembali ke kandangnya untuk menjamu San Antonio Spurs pada Selasa (17/1) waktu setempat.

Kebetulan, di hari yang sama, dia berulang tahun yang ke-29. Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan sinar X, tak ada jaringan yang terganggu.

Tapi, Wade mengaku dia benar-benar kesakitan.

“Saya berharap bisa main, itu tepat di ulang tahun saya,” ujar Wade. “Saat mendapatkan cedera, tak ada yang bisa Anda lakukan.

Saya hanya akan melanjutkan terapi.

Hal seperti ini terjadi dalam olahraga,” tambahnya.

Nuggets sempat meraih keunggulan hingga 14 poin di kuarter pertama.

Tapi, Heat bisa memperkecil ketinggalan hingga hanya tertinggal dua poin 55-53 saat babak pertama berakhir.

Namun, Nuggets kembali menjauh.

Di awal kuarter keempat, mereka nyaman dengan keunggulan hingga 19 poin. Kerja keras Heat untuk kembali mengejar terbentur cedera yang didapatkan Wade.

“Saat mereka membentur pertahanan kami, mereka melakukan tembakan tiga angka, saat kami menahan mereka di luar, mereka mendapatkan layup. Mereka mendapatkan yang mereka inginkan dan benar-benar membuat kami terpuruk,” ujar LeBron James, superstar Heat yang kemarin meraih 35 poin.

Dengan hasil itu, Heat mendapatkan rekor menang kalah 8-4. Untuk pertama kalinya Heat terlempar dari tiga besar wilayah timur musim ini dan menduduki peringkat keenam. (ady/diq/ jpnn)

Tontowi/Natsir Tersingkir

Malaysian Open 2012

KUALA LUMPUR- Indonesia harus menelan pil pahit kedua di awal 2012 dan mengulang kegagalan Victor Korea Open 2012.

Kali ini, wakil Merah Putih Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tersingkir pada semifinal turnamen bulutangkis Malaysia Open 2012.

Tontowi/Natsir dikandas ganda campuran Cina, Xu Chen dan Ma Jin dalam dua set langsung, 17-21, 14-21.

Kegagalan ini membuat Indonesia sama sekali tidak mengirimkan wakil pada partai final, Duta Indonesia lain seperti Taufik Hidayat dan Markis Kido/Hendra Setiawan gagal di perempat final kemarin.

Sebelumnya, pada 12 Januari, Alvent Y Chandra/Hendra A Gunawan dan Angga Pratama/ Ryan Agung Saputra gagal di babak kedua. Sementara itu, pasangan ganda putri Anneke Feinya Agustine/Nitya Krishinda Maheswari dan pemain tunggal putra Dyonisius Hayom Rumbaka terpaksa undur diri dari turnamen karena cedera.

Sejatinya, Tontowi/Natsir mampu memberikan perlawanan ketat bagi pasangan Xu Chen/ Ma Jin.

Pada permulaan set pertama, terjadi kejar mengejar angka yang sengit, hingga akhirnya skor sama kuat 10-10. Mulai dari sini, pasangan Cina tampil tanpa cela dan terus mengungguli wakil Indonesia tanpa bisa terkejar dengan skor 17-21.

Pada set kedua, performa Tontowi/ Natsir tidak mengalami peningkatan.

Bahkan mereka harus tertinggal 3-0 di awal set kedua.

Terjadi saling mencuri poin hingga akhirnya skor sama kuat 10-10.

Namun seperti di set pertama, pada situasi ini pasangan Indonesia malah kedodoran, dan membuat pasangan Cina dengan mudah mencuri poin hingga menang 14-21.

Kemenangan tersebut membuat Xu Chen/ Ma Jin melaju ke final dan menciptakan final sesama wakil Cina karena bersua Zhang Nan/Zhao Yun Lei. Sementara bagi Indonesia, hal ini tentu menjadi pil pahit kedua setelah pada Victor Korea Open Indonesia juga gagal meraih juara, dan sekaligus bukti penurunan prestasi olahraga Indonesia di cabang bulu tangkis.(bbs/jpnn)

Pemda Diminta Atur Hunian Berimbang

JAKARTA-Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat Iskandar Saleh meminta pengembang perumahan menerapkan pola hunian berimbang.

Ini sesuai amanat UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mewajibkan badan hukum melakukan pembangunan perumahan untuk mewujudkan perumahan dengan hunian berimbang.

“Dengan hunian berimbang backlog (kekurangan kebutuhan) perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang mencapai 13,6 juta unit dapat diatasi,” kata Iskandar di Jakarta.

Saat ini, lanjutnya, sedang dilakukan finalisasi Peraturan Menteri Perumahan Rakyat terkait hunian berimbang sebagai implementasi UU Nomor 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Prinsip dasar regulasi ini adalah memberikan kesempatan yang sama dan berkeadilan bagi masyarakat untuk memiliki rumah serta hunian yang proporsional.

“Kami menargetkan Permenpera Hunian Berimbang dapat terbit akhir bulan ini. Salah satu poinnya adalah penentuan komposisi pola hunian berimbang 1:2:3. Ini merupakan kesepakatan dari hasil konsultasi dengan para stakeholder perumahan. Di antaranya unsur pemkab/ pemkot, pemprov, perguruan tinggi, DPP/DPD REI, DPP/ DPD APERSI, Perum Perumnas, dan lainlain,” tandasnya.

Lebih lanjut dikatakan, rancangan Permenpera tersebut juga mengamanatkan kepada pemda untuk mengatur pelaksanaan pembangunan perumahan dengan hunian berimbang sesuai rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pembangunan serta pengembangan perumahan. (esy/jpnn)